Romantic (End)

515 36 51
                                    

Mungkin agak panjang dari biasanya

Terinspirasi dari lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah cuma ada yang diganti

Saranku, kalian siapkan suara kalian siapa tahu ada yang ingin berteriak.

Dan juga siapkan beberapa tisue

Selamat membaca

•••

20.30 KST

"Sayang, sini donk maen bareng sama kita. Kita udah jarang maen bareng." Renjun memanggilku yang sedang duduk membaca novel di kamar. Renjun hanya berdiri di samping pintu masuk kamar.

"Aku capek, maaf ya. Aku nggak bisa gabung." Sahutku. Aku bisa melihat Renjun melangkah masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Dia duduk di hadapanku sambil punggung tangan kanannya menyentuh keningku.

"Badan kamu panas. Kamu demam, kenapa gak bilang?" Tanyanya khawatir.

"Aku nggak papa kok, besok juga sembuh." Ucapku. Sekarang fokusku kembali ke novel.

Renjun bangkit, sedikit berlari keluar kamar. Tak lama aku mendengar suaranya memanggil Jaemin dengan teriakannya seperti biasa.

Aku tidak mempedulikan itu. Masih sibuk dengan novel yang ku baca.

Kemudian setelah itu Renjun masuk bersama Jaemin yang menggendong Yara. Dia duduk di depanku dengan membawa segelas air mineral dan nampan berisi bubur dan beberapa obat.

"Aku nggak mau minum obat." Ucapku sambil menutup mulutku dengan buku novel yang sedang ku baca. Ah Renjun mengganggu saja.

"Kamu nggak boleh begitu. Aku khawatir. Aku tahu besok juga sembuh. Tapi kalo nggak minum obat gimana mau sembuh?"

"Jaemin-a, Ibkar di mana?" Tanyaku pada Jaemin.

"Dia tidur di kamarku." Aku hanya mengangguk.

Renjun menyingkirkan buku novel dari mulutku. Aku bahkan sampai menggeleng saking tidak inginnya meminum obat. Tapi pastinya kekuatan Renjun lebih besar dariku. Dia meletakkan buku novelnya di nakas.

Dia mulai menyuapkan bubur yang dibawanya tadi. Tunggu, dari mana bubur itu? Siapa yang membuatnya?

"Jaemin tadi bikin bubur." Ucap Renjun seolah mengerti apa yang aku pikirkan. Ya baiklah, aku tidak akan meragukan kemampuan Jaemin.

Satu sendok bubur berhasil masuk ke mulutku. Dan saat aku mengunyah buburnya kepalaku terasa sangat sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Aku bahkan tidak sanggup untuk untuk mengeluarkan suara sekedar mengatakan "kepalaku sakit".

Renjun kemudian meletakkan nampan itu di nakas dengan sedikit khawatir.

"Kenapa? Sakit?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Tak lama, aku mengangkat kepalaku sambil menghembuskan napas. Kemudian aku menatap Renjun dan tersenyum.

"Nggak papa, Njun."

"Ya udah cepet minum obatnya." Ucapnya sambil menyerahkan 1 tablet obat dan segelas air mineral. Walaupun aku sangat membenci obat, tapi aku harus tetap meminumnya.

Setelahnya, Renjun membantuku membaringkan tubuhku. Dia tidak mengizinkanku untuk membaca novel yang sempat terhenti tadi.

"(Y/n)-a, kau sangat pucat." Jaemin tiba-tiba bersuara. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Aku akan menidurkan Yara, biar dia nanti tidur di kamarku saja bersama Ibkar ya. Lagipula kau sedang sakit." Ucap Jaemin.

"Gomawo, Jaemin-a." Renjun yang menyahut karena aku sudah tidak sanggup mengucapkan kata-kata.

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang