Buku dan Es Krim

264 29 2
                                    

Pagi ini, Ibkar tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Sebenarnya ini hari Minggu, tapi Ibkar ada tugas kelompok bersama teman-temannya, dan mereka mengerjakannya di sini.

Saat mereka tengah serius mengerjakan tugas, tiba-tiba Ibkar memanggilku dengan berteriak.

"Eomma."

"Iya, Sail. Ada apa?" Aku tak kalah berteriak. Pasalnya aku sedang berada di dapur. Sedang membuatkan teh untuk Renjun yang sedang menonton TV.

Ada alasan kenapa Renjun belum kembali ke Korea.

"Eomma. Ini Yara nya." Teriak Ibkar lagi.

"Renjun, tolong donk itu Ibkar kenapa, tengokin. Kok Yara dibawa-bawa?" Aku berteriak lagi, kali ini pada Renjun yang diam saja padahal sudah jelas ada masalah pada Ibkar dan Yara.

Aku tidak mendengar suara Renjun sedikitpun. Aku segera membawa teh nya ke ruang tengah dimana Renjun berada. Tapi aku tidak mendapati keberadaannya.

Pandanganku jatuh pada ruang tamu, tak lama Renjun datang membawa Yara yang menangis.

"Yara ngerecokin Sail sama temen-temennya." Ucap Renjun. Sedangkan Yara masih menangis.

Aku mengambil alih Yara, menyuruh Renjun untuk meminum tehnya, kemudian membawa Yara keluar.

"Ada apa, Sail? Kenapa teriak-teriak kayak gitu?"

"Yara mau nyobek buku Putra, Eomma."

"Oh? Yara mau buku? Ya udah yuk beli buku di toko ya? Yang bagus kayak punya kak Putra ya?"

Yara hanya mengangguk. Aku kembali masuk ke dalam untuk mengambil dompet dan memakai kerudung.

Aku berpamitan pada Renjun untuk keluar sebentar akan membeli buku untuk Yara. Awalnya Renjun ingin ikut, tapi aku melarangnya. Dia sedikit kesal, tapi karena aku berjanji akan membelikan es krim, jadi dia mau untuk tetap di rumah. Dasar, memangnya anak kecil.

Aku segera keluar dari rumah dan berjalan ke toko buku terdekat. By the way, dulu aku pernah menjadi karyawan di toko itu. Tepat setelah lulus sekolah, sekitar 5 bulanan aku bekerja di toko buku itu. Ah aku harap bos ku masih ingat padaku.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki, aku dan Yara sudah sampai di toko buku. Wah ramai sekali. Di sini memang jarang sepi, pasti ramai. Suasananya masih sama seperti dulu saat aku bekerja disini. Mungkin hanya beberapa bagian yang direnovasi.

"Assalamu'alaikum, Pak."

Aku mengucapkan salam pada bosku, kebetulan bosku sedang berada di sana.

"Wa'alaikumsalam, (y/n). Apa kabar kamu?"

Aku tersenyum, "Alhamdulillah sehat, Pak. Bapak apa kabar?"

"Oh ya sehat."

"Tambah rame ya, Pak. Hehe." Ucapku basa-basi. Bosku hanya tertawa. Beliau sedang sibuk-sibuknya karena pelanggannya memang sedang banyak.

Karyawannya padahal sudah ada 3 tapi tetap saja terlihat kewalahan.

Setelah kurasa cukup lenggang, aku mendekati etalase.

"Pak, buku tulis biasa."

Kemudian bosku itu mengambilkan buku tulis merk SIDU padaku.
"Empat ribu."

"Shireoyo." Ucap Yara saat aku menunjukkan buku itu padanya.

"Kenapa? Ini bagus loh." Ucapku membujuk Yara. Tapi lagi-lagi dia menggeleng.

"Pak, boleh liat gambar yang lain? Biar milih."
Bosku dengan baik hatinya membawakan buku tulis dengan berbagai macam gambar. Yara mulai melihatnya satu-persatu. Aku juga ikut memilihnya.

"Eomma. Tidak ada lagi?"

"Eoh? Gak suka?" Yara mengangguk.

Kemudian bosku lagi-lagi dengan baik hatinya, dia mengambilkan beberapa buku tulis dengan gambar-gambar yang berbeda dari sebelumnya.

"Tidak mau, Eomma. Itu tidak bagus. Yara ingin buku seperti kak Putra." Yara kembali menangis.

"Ya udah dicari lagi. Lagian punya kak Putra itu punya laki-laki. Yara itu perempuan. Carinya yang gambarnya cantik ya." Yara mengangguk.

Kemudian aku mengambil beberapa gambar barbie yang sesuai dengan Yara. Tapi Yara berulang kali menolak dengan menggelengkan kepalanya.

Aku benar-benar sangat malu pada pembeli yang lain.

"Tidak mau." Final Yara dan memelukku menghadap ke belakang.

"Aduh, Pak. Maaf, lagi agak nggak karuan ini. Nanti gampang kesini lagi ya, Pak."

"Oh iya, nggak papa."

Akhirnya aku pergi dari toko buku tanpa membeli 1 pun buku. Kemudian aku ingat Renjun ingin es krim. Jadi aku mampir ke minimarket untuk membeli es krim.

Yara lagi-lagi sangat antusias saat aku membuka freezer es krim di minimarket itu. Dia memilih beberapa es krim untuknya sendiri. Aku hanya diam saja. Aku sudah menduga sesuatu.

Dan benar dugaanku, Yara meletakkan es krim es krim itu lagi ke dalam freezer. Dia bilang tidak suka. Aku hanya menghela napas. Kemudian aku segera menggendongnya, tidak peduli dia menangis. Entah kenapa dia sangat rewel hari ini.

Aku mengambil beberapa es krim untuk Renjun, Ibkar dan juga teman-temannya, serta untukku dan Yara. Dengan rasa yang sama.

Aku pergi ke kasir dan segera membayarnya, kebetulan kasir sedang sepi. Setelah membayar, aku pun keluar dan pulang. Sepanjang perjalanan, Yara terus saja menangis. Sampai orang-orang tetanggaku mengira kalau Yara sakit.

Akhirnya aku membuka salah satu es krim cup dan memberikannya pada Yara. Barulah dia mau diam tidak menangis lagi dan melahap es krim nya.

Lucu sekali wajahnya yang masih sembab bekas air mata dan mulutnya yang memakan es krim itu seolah mengunyahnya. Aku tersenyum geli melihatnya.

Tatapanku tiba-tiba berhenti pada sebuah toko mainan. Aku berpikir di toko itu pasti ada buku mainan yang cocok untuk Yara belajar menulis.

Aku melangkah ke dalam toko dan buku itu sudah terlihat. Buku itu semacam buku diary kecil berwarna-warni. Aku menunjukkannya pada Yara dan dia sangat menyukainya.

Aku membayar buku itu dan pergi dari toko.

Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di rumah. Yara turun dari gendonganku dan duduk di samping Ibkar. Lagi-lagi dia mengganggu Ibkar dengan merebut pensil yang sedang dipakai kakaknya itu.

Ibkar hampir berteriak jika saja dia tidak melihat Yara yang sedang belajar menulis.

Sedangkan aku segera membagikan es krim pada Ibkar dan teman-temannya, tentu saja dengan Renjun juga.

Kemudian tersisa 1 buah untukku. Dan aku bisa bernapas lega kala Yara tidak mengganggu Ibkar dan teman-temannya lagi.




Sorry pendek.

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang