After Wedding #1

4K 153 4
                                    

Keterangan :
Ucapan dengan bahasa baku, adalah percakapan dalam bahasa asing.
Sedangkan ucapan dalam bahasa non baku adalah percakapan dalam bahasa Indonesia.

***

1 Tahun kemudian

Aku saat ini sedang menyiapkan sarapan untuk Renjun. Dia masih belum bangun. Mungkin dia terlalu lelah karena semalam dia pulang terlalu malam. Aku bahkan tidak tahu dia pulang jam berapa. Karena tiba-tiba saat aku bangun tadi, dia sedang memelukku dari belakang.

Aku pun membiarkan dia tidur sebentar lagi.

Aku mengalihkan perhatianku saat mendengar suara langkah kaki mendekat kearahku. Tapi aku tidak berniat untuk menoleh karena aku sedang membuat omlete.

Tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang memeluk pinggangku. Aku sedikit terkejut tapi aku segera tahu siapa pelakunya. Tentu saja suamiku, Renjun.

"Huang (Y/n). Kamu bangun tapi gak bangunin aku. Aku tadi jadinya nyariin kamu waktu aku bangun gak ada kamu di samping aku." Ucapnya.

Aku tersenyum seraya mengelus tangan kekarnya yang masih setia melekat di pinggangku.

"Kamu pasti laper. Nih makan dulu sebelum berangkat."

"Hari ini gak ada latihan." Ujar Renjun sambil mengikuti langkahku saat aku menyiapkan makanannya di meja makan.

Aku mengalihkan perhatianku pada suamiku saat dia lagi-lagi memelukku dari belakang. Karena itu sangat mengganggu aktifitasku.

"Terus, mau kemana?" Tanyaku sambil membantu dia duduk di kursi. Daripada dia terus-menerus memelukku.

"Jalan aja yuk. Sama Dreames." Jawabnya. Aku pun mengangguk antusias.

Pasalnya, Ibkar akan sangat bahagia kalau sedang bermain bersama Dreames. Apalagi Jaemin yang memang tipe orang berhati hangat. Jadi Ibkar sangat nyaman berada di dekatnya.

Tapi Ibkar akan memilih Renjun ketika dia sudah mengantuk. Ibkar tidak mau tidur bersama Dreames kecuali Renjun entah kenapa. Mungkin karena Renjun adalah ayahnya, dia akan lebih nyaman jika tidur bersamanya. Dan juga tidak merasa merepotkan orang lain. Jadi setiap dia lelah setelah bermain dan ingin tidur, dia pasti mendekati Renjun. Renjun hanya untuk pelarian saja.

Tapi walau begitu, Renjun tidak pernah mengeluh. Renjun justru bahagia jika Ibkar terlihat senang. Dia juga tidak masalah jika Ibkar hanya menjadikannya pelarian saja. Karena kebahagiaan Ibkar adalah kebahagiaannya juga. Lagipula dia bisa menghabiskan waktu bersama Ibkar ketika bermain di rumah. Tentunya bersamaku juga.

"Ya udah. Kamu makan dulu. Aku mau bangunin Sail dulu."

Aku dan Renjun memanggil Ibkar dengan panggilan yang berbeda. Sail. Panggilan itu Ibkar sendiri yang minta padaku dan Renjun waktu itu.

Aku sudah melangkah tapi Renjun menjangkau lenganku.

"Kamu temenin aku makan dulu. Bangunin Sail nya nanti aja. Aku kangen sama kamu."

Aku menghadap kearahnya dan duduk di depannya.
"Kita setiap hari ketemu, Njun."

"Tapi aku kangen kamu. Sini ah, aku pengen peluk kamu."

Renjun menarik tubuhku kedalam pelukannya. Dia mendusalkan kepalanya di perpotongan leherku. Dia kangen padaku dan ingin memelukku. Padahal semalaman selama tidur dia sudah memelukku tapi masih ingin saja. Dasar modus.

"Ya udah, aku temenin kamu makan dech."

"Aku pengen peluk kamu, Sayang. Tangan aku kayaknya gak mau lepas dech dari pinggang kamu. Gimana donk?"

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang