D-Day

445 34 3
                                    

Apa kabar, Readernim?

Aku harap kalian semua senantiasa sehat selalu

Langsung aja ya, Chingu

Check It Out⬇️⬇️⬇️

®®®

Aku baru saja menutup panggilan dari ibuku. Beliau memberitahukanku bahwa Ibkar baru saja terjatuh dari sepeda dan kepalanya bocor. Ibuku mengatakannya sambil menangis. Beliau juga berulang-kali meminta maaf, dengan alasan tidak bisa menjaga Ibkar dengan baik.

Aku? Tentu saja aku juga menangis. Saat itu, aku juga mendengar teriakan Ibkar dari seberang telepon. Mungkin ibu sedang membawa Ibkar ke dokter. Ibkar juga memanggil namaku berulang-kali menyuruhku untuk datang.

Tentu saja jika kondisiku baik-baik saja, aku pasti akan datang. Tapi lihatlah sekarang, aku berada di salah satu bangsal rumah sakit. Aku tidak bisa menahan tangisanku kala teriakan kesakitan Ibkar terdengar di telingaku.

Bahkan tadi ada perawat yang sedang memeriksa kondisiku. Perawat itu terlihat kebingungan melihatku menangis kencang. Untuk, itu aku segera memutuskan panggilannya sepihak. Aku tidak sanggup mendengar teriakan Ibkar. Setelah itu aku baru menjelaskan pada perawat apa yang terjadi. Dia ikut prihatin melihat keadaanku dan juga Ibkar di sana.

Kenapa aku berada di rumah sakit? Iya, jadi sudah 2 hari tepatnya aku berada di ruangan ini. Penyebabnya karena kehamilanku. Menurut dokter waktu itu, aku tinggal menunggu hari saja menuju proses persalinanku. Dan kondisiku lemah jadi aku harus dirawat dulu.

Renjun? Jangan tanya, jawabannya... Semuanya juga pasti sudah tahu.

Tapi jangan khawatir, ketika pulang latihan, Renjun akan datang kesini dan menginap di rumah sakit.

Tapi hari ini, Renjun tidak sedang latihan. Melainkan sedang melaksanakan Come Back Stage. Yah, karena beberapa hari yang lalu 6D baru saja mengeluarkan Mini Album, dan pastinya beberapa hari setelah itu, mereka pasti melaksanakan Come Back Stage nya.

Saat ini sudah pukul 2 siang. Biasanya, aku akan melaksanakan sholat Dzuhur dengan tiduran dan setelah itu aku mengaji.

Tapi kali ini aku sangat tidak tenang. Aku masih menangis memikirkan Ibkar. Seharusnya aku ada di sana menemaninya yang tengah kesakitan. Tapi aku justru berada sangat jauh darinya.

Maafkan Eomma, Sail. Sungguh. Aku mencoba untuk tenang. Tapi rasanya sangat sulit. Jantungku berpacu lebih kencang dari biasanya, dan itu terasa sakit. Perawat tadi mengatakan padaku, supaya tidak terlalu memikirkan sesuatu yang berat karena sebentar lagi aku akan melakukan proses persalinan. Aku tidak boleh stres.

Tapi aku tidak bisa. Bayangkan saja. Siapapun seorang ibu yang mengalami hal seperti ini, apalagi menyangkut anaknya yang tengah berada jauh dari jangkauannya, pasti pikirannya kacau. Jika saja aku bisa bergerak bangun dari bangsal, aku akan berlari sekencang mungkin untuk pergi ke Jakarta bagaimana pun juga.

Aku gila. Tentu saja. Kelahiranku tinggal menunggu hari saja, mana mungkin aku bisa berlari kencang. Ditambah lagi aku sekarang berada di negara yang berbeda dengan Ibkar.

Ahh... Aku kalut. Bagaimana ini? Aku harus apa?

Aku tidak harus melakukan apapun. Aku hanya perlu berdoa. Aku berusaha meyakinkan diriku seperti itu. Tapi hasilnya sia-sia. Aku tetap saja mendengar suara Ibkar yang berteriak tadi.

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang