Aku mengajak Renjun jalan-jalan ke mall. Ya sebenarnya aku merindukan masa ketika aku dan Renjun menghabiskan waktu dengan berbelanja. Tapi sekarang itu susah, karena kita terlampau jarak yang cukup jauh.
Jadi sekarang kita sudah berada di lantai 2 mall yang kita kunjungi. Ibkar berjalan bersama Renjun. Sedangkan Yara berada di gendonganku seperti biasa.
Mata Renjun jelalatan melihat macam-macam pakaian yang menurutku biasa saja. Sungguh, bukan maksudku pakaian di sini tidak menarik. Tapi aku adalah orang yang tidak mementingkan fashion. Jadi menurutku semenarik apapun gayanya, tetap biasa saja di mataku.
Lain halnya dengan Renjun, setiap melihat pakaian yang dia suka Renjun pasti berhenti dan mengambilnya kemudian menanyakannya padaku, apakah itu cocok untuk dirinya. Aku yang jengah sendiri. Kenapa jadi Renjun yang terlihat seperti seorang wanita rempong yang selalu menanyakan penampilannya?
Sampai akhirnya kami berhenti di sebuah permainan anak-anak. Aku sengaja membawa mereka kesini supaya Renjun berhenti bertanya tentang pakaian yang ingin dia beli. Biarkan itu jadi urusan terakhir.
Kami bermain-main di tempat ini. Sebelumnya aku dan Renjun memang diizinkan untuk masuk karena bagaimanapun juga anak-anak masih membutuhkan penjagaan dari orang tua.
Sekitar 1 jam, kami keluar dari area bermain. Dan kami menuju cafe yang ada di mall itu, untuk mengganjal perut kami yang sudah sangat lapar. Apalagi Renjun yang memang orangnya tidak bisa kelaparan walau hanya 1 menit. Haha... 6D kan memang begitu.
Setelah cukup kenyang, Renjun memohon padaku untuk kembali ke toko pakaian. Dia ingin membeli beberapa pakaian yang dia suka.
Tunggu? Beberapa pakaian? Artinya Renjun tidak akan membeli 1 macam pakaian saja. Wahhh Renjun memang tidak bisa menahan keinginannya kalau masalah fashion.
"Kamu gila?" Tanyaku kesal.
"Apa?" Tanya dia yang bingung.
"Beli cukup 1 aja, aku 1, Ibkar dan Yara juga cukup 1, gak usah banyak-banyak."
"Apa salahnya sih?" Tanya dia tanpa rasa berdosa.
"Heh. Kamu tuh harus berhemat donk. Jangan mentang-mentang sekarang lagi di Indonesia, jadi kamu mau buang uang kamu cuma-cuma. Nabung donk!!"
"Kamu apaan sih? Sejak kapan kamu jadi perhitungan gitu?" Elak Renjun.
"Aku nggak perhitungan. Tapi ya jangan kayak gitu juga donk. Kamu tuh kayak anak kecil tau."
"Udah kamu nggak usah khawatir. Uang aku nggak bakal abis walau aku borong semua yang ada di sini."
Aku melongo. Sejak kapan seorang Huang Renjun berubah menjadi tuan muda Zhong Chenle.
Sombong banget ya. Aku tarik telinganya sampai dia benar-benar mengaduh kesakitan.
"Siapa yang ngajarin kamu sombong kayak gitu? Hah? Aku nggak pernah ngelarang kamu buat beli sesuatu yang kamu mau, silahkan kamu beli, toh itu uang kamu. Tapi nggak perlu kayak gitu. Ingat, Renjun. Di dunia ini sifatnya hanya sementara. Harta, kekayaan, semuanya akan hilang kalau kamu mati nanti. Enggak mungkin kamu mati bawa harta benda. Enggak mungkin kalo nanti kamu mati harta benda kamu bakal nangisin kamu. Mereka semua sirna. Dan asal kamu tau, harta yang bisa nyelamatin kamu cuma harta yang kamu gunai buat sedekah. Sedangkan berapa banyak harta yang kamu gunain buat sedekah dan seberapa banyak harta yang kamu keluarin secara cuma-cuma gak ada tujuannya."
Selama aku bicara Renjun diam saja. Kenapa jadi terbalik seperti ini? Bukankah biasanya seorang pria yang mengatakan hal itu pada wanita jika wanitanya menghamburkan uangnya? Ah lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2
RomanceWo Ai Ni 2 ~ After Wedding LuthfiyL Comeback Again, Readernim... 25 November 2018 - 15 Mei 2020