After Wedding #6

601 72 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. 6D baru saja pulang beberapa menit yang lalu. Aku sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Sedangkan mereka sedang membersihkan diri masing-masing.

Keadaannya masih sama. Renjun tidak berbicara apapun padaku. Jangankan berbicara, menyapa pun tidak. Saat pulang, dia langsung pergi ke kamar tanpa menemui Ibkar yang sedang menonton kartun di ruang tengah. Biasanya juga ketika pulang, dia akan memelukku tapi ini tidak.

Huft... Apa aku salah karena membentaknya? Tapi aku melakukan itu karena dia membentak Ibkar sampai Ibkar ketakutan. Akhirnya aku memutuskan untuk diam dan melihat saja apa yang akan dia lakukan.

Tak lama 6D keluar dari kamar masing-masing dengan keadaan rapi. Tapi aku tidak melihat pergerakan dari pintu kamar ku. Renjun tidak keluar. Ah mungkin sebentar lagi juga keluar.

Ibkar juga datang ke ruang makan. Karena dia menunggu 6D pulang supaya bisa makan malam bersama-sama.

"Sail, tolong panggil Appa." Ucapku pada Ibkar setelah sekian lama menunggu Renjun tapi tidak keluar juga.

Ibkar menggeleng. Aku yang bingung pun mendekatinya. Dia menunduk sambil memperhatikan jati-jari kakinya yang menggantung dari kursi. Aku bertanya pada anakku. Tapi dia menggeleng sekali lagi.

"(Y/n)-a, Renjun sudah makan di SUM tadi sebelum pulang." Ujar Haechan.

Aku melihat kearah Haechan. Kemudian aku mengangguk mengerti.

Lihatkan. Bahkan Renjun tidak mau makan malam di rumah. Kenapa dia jadi seperti ini? Seharusnya aku yang marah bukan dia.

Aku mengambilkan makanan untuk 6D dan Ibkar. Setelahnya aku duduk di samping Ibkar untuk menyuapinya.

"Kau tidak makan?" Tanya Jeno.

"Aku sudah makan tadi. Aku kan puasa jadi aku sudah makan." Jawabku tanpa mrlihat kearah Jeno.

Setelah itu 6D makan dalam diam.

Author

(Y/n) tidak tahu saja kalau ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Dia sedikit merasa cemas dengan wanita itu. Tapi dia belum tahu kebenarannya jadi dia lebih memilih diam. Dia menghela nafas membuat teman-temannya melihat kearahnya.

"Kau kenapa, Jisung?" Tanya Jaemin.

"Eoh? Tidak, Hyeong. Aku hanya lelah." Jawab Jisung berbohong. Sebenarnya dia sangat mencemaskan wanita yang sedang menyuapi Ibkar.

"Ya sudah. Setelah makan malam kalian istirahat. Aku yakin bukan hanya Jisung yang lelah, tapi semuanya."

Ceklek.

Mereka semua mengalihkan atensinya pada suara pintu terbuka. Ternyata itu berasal dari pintu kamar Renjun. Tak lama sosok Renjun keluar dari balik pintu. Dia sempat melirik kearah meja makan. Tapi setelahnya dia langsung berjalan kearah TV.

"Kau juga pasti lelah, (y/n). Kau sendirian mengurus anak kecil dan melakukan pekerjaan rumah. Biar aku saja yang merapikannya dan kau istirahat." Ujar Haechan.

"Tidak, Haechan. Itu memang tugas seorang ibu rumah tangga. Kau tidak perlu mengatakan hal seperti itu." Ucap (y/n) yang masih sibuk menyuapi Ibkar.

Sekitar 30 menit, 6D sudah selesai makan malam. Haechan masih bersikeras untuk mencuci piring tapi (y/n) segera menolaknya. Akhirnya dia hanya pasrah dan menuju ruang tengah bersama yang lainnya. Sedangkan (y/n) merapikan meja makan dan mencuci peralatan makannya.

Di ruang tengah 6D asyik menonton film di TV. Ibkar akan pergi ke ruang bermain untuk bermain.

"Ibkarie, mau kemana? Sini, duduk bersama Hyeong." Tanya Jaemin saat Ibkar berjalan melewati ruang tengah. Ibkar menggeleng sambil menunduk. Dia melanjutkan jalannya menuju ruang bermain.

"Njun, anakmu kenapa?" Tanya Jaemin pada Renjun. Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahu.

Tanpa mereka sadari, Jisung sedari tadi memperhatikan apa yang mereka bicarakan. Mulai dari gerak-gerik Ibkar yang seperti orang ketakutan. Dan saat Jaemin bertanya pada Renjun, sedangkan Renjun hanya diam.

Jisung memilih untuk bangun dari duduknya dan menuju ke dapur. Dimana (y/n) sedang melakukan pekerjaannya.

Jisung melihat (y/n) memegangi perutnya saat. Dia mengernyit bingung saat wanita itu mengusap pipinya.

"Noona." Panggilnya. Wanita itu pun menoleh melihat kearah Jisung.

Jisung bisa melihat wajah (y/n) sembab. Tapi dia tidak tahu kenapa. Setelah itu, (y/n) tampak mengusap pipinya dan tersenyum. Jisung tahu sekali kalau senyuman itu adalah senyuman palsu. Jisung sangat tahu.

"Noona, kau kenapa?" Tanya Jisung sambil mendekati wanita itu dengan raut cemas.

Jisung sangat mencemaskan wanita yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Dia tidak akan membiarkan kakaknya itu merasakan kesedihan atau kesakitan. Karena wanita itu berbeda. Wanita itu istimewa bagi Jisung. Jisung tidak akan membiarkan wanita itu terluka dan tersakiti.

Walau Jisung tahu sudah ada Renjun yang pastinya akan melindunginya, tapi Jisung rasa Jisung juga harus melindunginya. Siapa tahu Renjun sedang tidak berada di sampingnya.

"Aku baik-baik saja. Kau sedang apa?" Tanya (y/n) masih dengan senyuman palsunya.

"Bohong. Aku tadi melihatmu memegangi perutmu. Apa kau sakit?"

"Tidak. Aku rasa tadi aku salah makan jadi aku merasa sakit perut. Aku akan ke kamar dulu ya..." (Y/n) meninggalkan Jisung yang masih belum percaya dengan jawaban yang dilontarkannya.

(Y/n) berlari masuk ke kamarnya. Jisung segera mengikuti langkahnya tapi dia terlambat. Karena (y/n) sudah masuk terlebih dahulu ke kamarnya.

"Noona!!" Teriak Jisung di depan kamar (y/n). Dan suaranya itu membuat kakak-kakaknya mengalihkan perhatian padanya.

"Ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu pada (y/n)?" Tanya Jeno.

Jisung hanya tersenyum dan menggeleng. Dia pun memutuskan untuk kembali bergabung dengan yang lainnya menonton TV.

"Jisung Hyeong, Eomma dimana?" Tanya Ibkar yang entah sejak kapan sudah berada di ruang tengah. Jisung segera menjawab. Setelah itu, Ibkar segera berlari masuk ke kamar untuk menemui ibunya.

(Y/n)

Ibkar masuk ke kamar. Aku yang sedang dalam posisi berbaring segera duduk karena Ibkar berjalan kearahku. Aku tersenyum kearahnya. Dia memelukku.

"Kenapa, Sayang?" Tanyaku.

Ibkar menggeleng masih di pelukanku. Aku tersenyum. Dia mungkin mengantuk jadi dia memelukku. Untuk itu aku mengangkat tubuh anakku untuk berbaring di sampingku. Aku mengelus punggung anakku supaya dia bisa tenang dan tidur. Semakin lama, aku merasakan ketenangan pada Ibkar. Dan ternyata anak itu sudah terlelap.

Aku kembali memegangi perutku karena tiba-tiba merasakan sakit seperti tadi. Aku tahu ini sakit apa. Karena sedari pagi aku tidak makan, aku tahu pasti maag ku kambuh.

Aku mencari obat di laci tapi tidak ku temukan sama sekali. Aku pun memutuskan untuk pergi keluar sebentar untuk membeli obat di apotek.

Aku keluar dari kamarku. Aku melihat 6D masih asyik dengan filmnya. Hanya Jisung yang melihat kearahku. Aku tersenyum padanya dan dia pun membalas senyumanku. Aku melangkah melewati mereka.

"Mau kemana?" Tanya Jaemin.

"Aku akan pergi ke depan sebentar. Aku pergi dulu."

"Ini sudah malam, (y/n)." Tambah Jeno.

"Aku akan menemani (y/n) Noona." Cletuk Jisung.

"Aku akan ikut." Tambah Chenle.

"Ya sudah."

Tbc.

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang