Tuh Zen, liat mulmed, uwuwu. Bias gue tuh. :v
Vote aja dulu~
Happy reading to readers ♪♪
"Perkenalkan, nama saya Fiyera, umur 17 tahun. Anak kedua dari 2 bersaudara." tanpa gugup sedikitpun, Fiyera memperkenalkan dirinya.
Karna tubuh dan wajah Fiyera yang bagus banyak saja yang memperhatikannya sekarang.
"Cuuit, cantik tinggalnya di mana?" tanya Doni mendapati sorakan dari siswa lainnya. Mulai deh beraksi para pengais cinta.
Fiyera tersenyum manis, baru saja Ia ingin menjawab. Seseorang dengan keras menendang pintu masuk kelas.
Keringatnya mengalir dari atas kepala hingga leher, semua memandangya dan ia pun sudah biasa menjadi perhatian. Maklumlah Ia termasuk orang yang berpengaruh.
Lelah juga mengejar Ayla, perempuan itu lari lumayan kencang, meski akhirnya Zen mendapatkannya, karna Ayla jatuh. Haha Zen geli mengingat itu. Rasanya Ia senang dengan tingkah Ayla hati ini.
"Zen! Yang sopan!" pekik Buk Ambar.
Zen mengatur nafasnya yang sedikit terengah, ia haus, tenggorokannya kering. Harusnya Ia kekantin terlebih dahulu.
Fiyera menatap Zen tanpa berkedip, Zen sungguh sempurna di pandangannya. Hidung mancung, wajah tampan, postur tubuh yang istimewa, mata agak sipit dan alis yang lumayan tebal. Sangat menarik perhatian.
Zen tak menggubris. Dengan segera ia duduk kemeja miliknya. Kemudian menaruh kaki keatas. Ini melelahkan tahu. Kakinya perlu refresing dengan khusus.
Buk Ambar menatap Fiyera dengan tatapan minta dimaklumi, "anak yang satu ini, emang bandel."
Fiyera mengangguk, "nggak papa, Buk."
"Yasudah," ucap Buk Ambar. Kamu duduk di sana." perempuan berumur 30 tahun itu menunjuk bangku kosong.
Fiyera mengangguk dan berterimakasih. Keberuntungan sekali, Ia duduk berseberangan dengan Zen. Ya, kalau tidak salah namanya Zen.
Buk Ambar medelik tajam Zen, tentu saja itu tak mempan. Hey, kakinya sedang refreshing, mau naik keatas kek, kesamping, nggak papa, asal nggak kena wajah orang.
"Rindu, mana?" tanya Buk Ambar.
Felix tertawa, "nggak sekolah Buk."
"Kenapa? Biasanyakan hadir selalu," perempuan dewasa itu mengernyit.
"Maklum, Buk. Karna duduk di depan Zen, mungkin Ia risih dengan kaki Zen. Hampir kena muka loh, Buk." Felix nyengir.
Buk Tati semakin tidak suka dengan Zen. Sudah tidak sopan, sukanya gangguin orang. Rasanya geram sekali. Namun ia tetap bersabar karena bentuk siswa kayak Zen adalah spesial yang perlu dibimbing dengan benar.
••••••••
Gadis itu mengurut kakinya, nyeri sekali. Gara-gara Zen mengejarnya. Dasar Zen! Awas saja!
"Napa, La?' tanya Hani.
"Sakit," jawab Ayla.
Sekarang mereka jam kosong, di karenakan Buk Ratih cuti melahirkan, mereka akhirnya bisa menikmati jamkos. Ini sangat jarang lo. Suatu hal yang langka.
Trengg
Ayla mengambil handphone di bawah meja. Siapa gerangan yang sedang menchatnya.
Gika ketos.
Hari ini rapat, setelah istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Killer
Teen Fiction♪「DALAM MASA REVISI」 ♪ BUDAYAKAN PENCET FOLLOW. NO PLAGIAT!! Highest rank!!! #1 in menulis [14/09/2019] #3 in kiss [07/07/19] #2 in perusuh [12/09/2019] #3 in genk [12/09/2019] #2 in nakal [12/09/2019] #2 in troublemaker [21/11/2019] #3 in ceritasm...