SILAHKAN VOTE.
Baca dan tinggalkan jejak.Happy reading to readers
"Zen, kita pulang aja, yuk? Udah jam berapa nih?" Ayla menatap lelaki itu.
Zen mengangkat satu alisnya, "kita? Pulang aja sendiri," ketusnya.
Dasar jantan, mau lu tuh apa coba? Batin Ayla.
Cewek itu menghentakan kakinya lalu beranjak dari parkiran menuju kelas. Pasti sekarang sudah dimulai pelajaran. Malu sekali kalau Ia masuk di jam segini.
Ayla menenangkan degup jantungnya. Ia mengambil nafas panjang, kemudian mengetuk pintu kelas yang tentu saja mengundang sorotan mata.
"Pagi, Buk. Maaf telat." Ayla menunduk.
"Wih, tumben Lala telat," ucap Panji. Hal tidak biasa tentunya. Mengenal Ayla yang terus tepat waktu.
"Maklumlah, dia sibuk mikirin gue, makanya lupa kalau hari ini sekolah," sahut Bemo dengan sombong, mendapati sorakan dari teman-temannya.
Ibu Sarah menghela nafas, "kamu tau, ini jam berapa?" nadanya terlihat tak berselera.
"jam sembilan lebih, Buk." Ayla menggigit bibir bawahnya.
"kenapa bisa telat?"
Ayla belum memikirkan alasan itu, Ia menengok teman-temannya yang sedang ikut serta menunggu jawaban dari gadis langsing itu .
"A-nu Buk. Ummm tante saya dirawat di rumah sakit, jadi saya jenguk tante saya, pas pulang macet, Buk."
Kalau masalah alibi mah, Ayla hebat. Tapi perlu kekuatan agar ngomong nggak salah dan nggak gagap. Entar keliatan kalau lagi bohong.
Veon yang mendengar alasan itu tiba-tiba mendehem dan tersenyum ke arah Ayla. Ia menggeleng, karna sudah tau perempuan itu sedang berbohong. Veon sangat hafal kelakuan Ayla.
"Hm, silahkan duduk," ketus Buk Sarah, nadanya benar-benar tak ikhlas.
"makasih, Buk." Ayla duduk di bangkunya dengan lega. Syukur-syukur tidak diberi sanksi.
Di samping itu lelaki yang berstatus ketua dari Genk Siswa Nakal, dengan santainya keluyuran di koridor. Bajunya yang tak pernah ia masukan dengan rapi. kima di buka dengan jelas, celana yang sudah dibikin jens, sisi wajah menggunakan perban, anting tak pernah lepas di ujung telinganya, kalung yang selalu nangkring mengkalungi leher.
Ia berhenti di depan kelas 12 IPS 2. Di dalam sana terlihat perempuan paruh baya sedang mengajar, namun kedatangan Zen bak model menghentian aktifitas semua murid di sana. Mereka sedang terfokus pada Zen yang dengan wajah innocent duduk di bangku tanpa minta mengucap salam atau sekedar basa-basi.
"Dari mana kamu, Zen?" tanya perempuan paruh baya itu.
Zen mengambil handphonenya, Ia menscroll layar tanpa niat menatap si Buk Guru.
"Koridor," jawabnya cuek dan lama. Sebenarnya Zen malas menjawab.
Buk Ambar melipat kedua tangan di depan dada. "kancing baju kamu, lepas anting, lepas kalung, kamu juga tidak pakai lambang kelas, celana dibikin jeans, wajah pakai perban, sepatu kenapa beda? Gaya preman. Niat kamu sekolah apa gaya-gaya-an?" sinis Buk Ambar.
Zen tak medengarkannya, lelaki itu memilih fokus dengan hadphone.
Mendengar tak ada respon sama sekali, apalagi Zen begitu sengaja memainkan handphonenya. Buk Ambar mulai gondok.
"Zen, taruh handphone kamu!" tegas Buk Ambar.
Zen berdecak. Dan hanya berdecak. Memang begitulah sifatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Killer
Novela Juvenil♪「DALAM MASA REVISI」 ♪ BUDAYAKAN PENCET FOLLOW. NO PLAGIAT!! Highest rank!!! #1 in menulis [14/09/2019] #3 in kiss [07/07/19] #2 in perusuh [12/09/2019] #3 in genk [12/09/2019] #2 in nakal [12/09/2019] #2 in troublemaker [21/11/2019] #3 in ceritasm...