30. (Kecewa)

3K 199 67
                                    

Kapan ya, Badboy killer 100k? Eh eh eh. Kira-kira entar tembus nggak yak? Udah deh bahas 100k ituh, mending bahas cerita aku dan kamuuu #plaaak!1!1!
.
.
.

Ini udah berapa kali Zen buat Ayla nangis nggak karuan. Kali ini Ayla benar-benar kecewa. Zen sudah menghancurkan kepercayaan Ayla. Zen menghancurkan segalanya.

"Hiks, gue udah mencoba tegar karna nggak pernah dia beri kabar. Gue... hiks." Ayla mengambil tisu.

Rumi hanya bisa menatap Ayla yang marah-marah dan meluapkan kekesalannya.

"Hampir 4 tahun, Rum. Dan..hiks...gue bodoh! Harusnya gue akhirin aja hubungan kita pas dia pergi ke Singapore."

Rumi turut sedih. Dan Zen sangat jahat.

"Ayla.... lo jangan nyalahin diri lo," ucap Rumi menenangkan.

Gadis itu terdiam dengan mata sembab juga hidung merah. Pokoknya hancur berantakan. Sia-sia Ayla pertahankan. Omong kosong tentang tangisnya tiap malam ketika Zen tidak mengirimnya kebar. Percuma Ia berharap Zen akan kembali.

"Rum.... gue nggak tahu harus ngapain, hiks. Dia udah hancurin perasaan gue, hiks. Sekarang dia nggak tahu gimana sakit hatinya gue karna dia selingkuh."

Rumi memeluk Ayla. "Gue paham, La. Tapi jangan gini. Gue tahu lo berpura-pura baik-baik aja selama ini. Gue tahu lo juga sering nahan air mata karna Zen. Tapi kita belum tau apa Zen beneran selingkuh."

Ayla memeluk erat Rumi. Pikiran gadis itu kacau, hati gadis itu terluka parah.

Sial. Setelah tidak ada kabar dan menghilang begitu saja, berani-berani memberi luka sedalam ini.

Hari-hari Ayla kembali seperti dulu. Sungguh dejavu. Padahal Ia sudah pernah ditinggalkan Zen, tapi Ayla belum juga bisa mengatasinya.

Kosong. Hatinya kosong. Malas membuka hati. Nanti tersakiti. Belum tentu yang menyakiti mau tanggung jawab. Ahhh masalah perasaan.

Ayla menatap datar semuanya di ruangan ini. Malas senyum, malas berdiri, malas melakukan apapun.

"Kenapa tuh?" bisik salah satu cewek.

"Nggak tahu deh."

"Ayla emang beberapa hari ini tambah cuek. Mungkin lagi ada masalah."

"Coba liat! Itu si Veon deketin dia."

"Merekakan emang udah lama sahabatan."

"Masa sih."

Veon menarik pipi Ayla. Membuat gadis itu memincingkan matanya tak suka.

"Santai dong," ujar lelaki itu.

Ayla menatap Veon datar.

"Lo kenapa sih? Jadi beda gini," tanya Veon.

Ayla menutup rapat-rapat bibirnya. Nyatanya cowok yang selalu ada disamping Ayla adalah Veon.

Ayla bersyukur karna lelaki itu masuk kampus yang sama dengan Ayla, bahkan dengan jurusan yang sama. Meski perteman mereka sedikit melonggar.

"Lo sama Zen gimana?"

Ah sial. Ini pertanyaan yang sangat Ayla hindari.

Ayla menjentikan bahu.

Veon mengerti.

"Jangan cemberut. Entar jerawat lo tumbuh lagi," rayu lelaki itu.

Ayla mengambil nafas panjang, lalu mengelurkannya pelan.

Badboy KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang