DI VOTE, nggak rugi kok. Nggak pake uang juga.
Coba liat mulmed -*
Zen menaiki rumah besar dengan pengamanan yang cukup ketat. Tentu saja ini rumah kakeknya. Satu-satunya yang bisa menampung dirinya.
Zen mendekati lelaki berumur 57+ itu, kemudian tersenyum hangat. Kakeknyalah yang selama ini membuatnya kuat. Apapun yang ia butuhkan kakeknya selalu mengabulkannya selagi mampu.
"Dari mana?" tanya lelaki tua dengan kacamata bertengger di daun telinganya.
"Habis pulang sekolah," ucap Zen dengan sopan. Ternyata Zen bisa sopan juga.
Agara Aditama Hiraya, kakek Zen yang sangat sayang dengan Zen. Zen pun sayang dengan kakeknya. Toh hanya lelaki itu yang tak pernah menghajarnya, menghinanya, mengatai kelakuannya, kakeknya selalu memahami Zen.
"Tadi, ayah kamu kesini," kata Agara.
Zen menatap sengit, "ngapain?"
Agara menarik nafas panjang, "Zen, lebih baik kamu baikan dengan Arsen," usul Agara dengan tutur lembut.
Zen segera menepisnya, "nggak. Baikan? Dia aja ngirim preman buat bunuh anaknya."
Agara menganga, "Arsen kirim preman bayaran?"
Zen menatap jengah sekitarnya, "hm, mungkin karna perempuan penggoda itu, ayah berubah."
"Zen," tegur Agara. "Adeylina sudah keluar dari rumah sakit."
Oh, Zen tidak ingin tahu tuh.
"Yasudah, kamu istirahat saja." Agara berdiri dari kursinya dan beranjak kekamar dengan jalan pelan menggunakan tongkat.
Zen berdecak memasuki kamar, kemudian membanting tas dengan kasar. Sampai kapanpun ia tidak akan memaafkan Arsen.
Zen mengambil handphone merah yang ada di saku kemudian mengirim pesan pada seseorang.
Lama-lama ia membuka bajunya dan mengambil pakaian di lemari super luas itu. Dari pada pikirannya hanya dongkol saja, mending dia jalan-jalan.
"Bilangin kakek, gue pergi, nggak tahu kapan pulang," sampaikannya pada pelayan.
Sesudahnya ia mendekati mobil hitam yang bonyok lumayan parah, ini gara-gara ayah setan itu. Inilah yang membuat Zen tetap kukuh untuk egois.
Huuh. Tidak masalah, selagi mobil masih bisa jalan itu tidak akan berpengaruh besar.
Di perjalanan Zen berhenti untuk membeli ice cream, mungkin ia akan memberikannya pada seseorang.
Setelahnya macet melanda. Zen memukul setirnya dengan kesal. Macet, macet, macet! Suara klakson mobil dan dempet-dempetan. Tidak menyenangkan.
Zen menerima pesan. Mata sipit lelaki itu memutar. 15 menit menunggu macet kelar, akhirnya ia kesal dengan dunia.
Tengtrerengtengtererengteng....
Zen berdecak, "apa?" ketusnya.
Lo nggak bilang--
"Entar aja nelponnya, gue nyetir!" Zen mematikan panggilan dari Kivyar.
Di jalan yang kurang penghuni, lagi-lagi ada saja yang membuatnya berdecak dan menghumpat.
Gadis itu memberhentikan mobil Zen, sungguh Zen tidak kenal siapa gadis ini. Ada apalagi? Atau ada penggalang dana?
"Bisa bantuin gue nggak?" pinta perempuan tersebut. Mobil perempuan itu mogok, namun ia tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Nggak," tolak Zen mentah-mentah.
![](https://img.wattpad.com/cover/182745273-288-k263589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Killer
Roman pour Adolescents♪「DALAM MASA REVISI」 ♪ BUDAYAKAN PENCET FOLLOW. NO PLAGIAT!! Highest rank!!! #1 in menulis [14/09/2019] #3 in kiss [07/07/19] #2 in perusuh [12/09/2019] #3 in genk [12/09/2019] #2 in nakal [12/09/2019] #2 in troublemaker [21/11/2019] #3 in ceritasm...