B. 16 (singgungan Mars)

6.1K 390 33
                                    

DI VOTE, DONG! JANGAN DIEM AJA, KOMEN KEK :( RAMAIKAN LAPAK GUE NAPAH SIH *+* RAMAIKAN YAK~

JANGAN DI BAKAR, SUSAH REDANYA. KEK CEMBURU. AWOKAWOK

NGELANTUR TERUS GUE YA_-

OKEH.

HAPPY READING'S TO READERS PRETTY AND HANDSOME.

"Ada yang berbeda."

"Apanya?" tanya Kivyar.

"Itu," pelan Felix memberi kode agar Kivyar melihat kearah lelaki menggunakan jaket kulit berwarna hitam.

Kivyar berbinar-binar bukan main. Anjir mengapa Zen terlihat hot dan menggoda di mata Kivyar.

"Tampan, cuk. Lagi dandan dia," senggol Kivyar pada Felix.

Mereka saling bertanya mengapa Zen terlihat sangat keren dengan wajah tampannya. Apa yang ingin lelaki itu lakukan? Apa karna codet-codet itu telah hilang, hingga wajahnya terlihat mulus berseri? sungguh Kivyar iri sekali.

Zen membenarkan rambutnya, membuat siapa saja yang melihat akan salah fokus. Begitu memancing iler keluar. Di mana tangan putihnya membenarkan rambut lembut basah-basah, dan helaian rambut itu diterpa angin dengan indah dan membuat fresh mata mereka yang melihat. Ya tuhan, tampan banget. Tidak ada yang mampu mengalahi ciptaanmu.

Zen turun dari motor sport miliknya. Ia terlihat keren menggunakan motor tersebut.

"Ekhem, ekhem! Pakek motor nih," cetus Kivyar mendelik Zen dengan kode-kode ambigu miliknya.

Zen terkekeh. Sore-sore gini, enaknya bawa motorlah. Berpelukan manja dengan angin sore, sepanjang jalan. Lah gue kapan di peluk?

"Ngiri?" Zen berbicara dengan gaya songongnya, membuat Kivyar meneguk saliva ketakutan.

Kivyar menggeleng. "Enggak, enggak."

"Mars?" tanya Zen dengan mata yang tajam-tajam dengan alis mengerut. Toh itulah gaya, alias mimik wajahnya.

"Belum. Paling bentar lagi. Lagian kita yakin nih ngumpul di sini? Nggak ke kafe gituh?" tutur Felix.

"Nggak."

Kivyar menyenggol Felix, "lupa tempat rindang penuh dengan rumput hijau dan pepohonan rimbun, juga aroma sejuk ini, heh?"

Felix tersenyum kecut, "gimana mau lupa, di sinikan gue hampir mati," cetus Felix.

Kivyar nyengir, "gue juga. Hehe. Inget kagak lu, pas wajah lu bengkak karna nantang Zen adu jotos, heh?"

Bagaimana bisa Felix melupakannya? Ia sempat 3 hari tidak hadir sekolah. Bonyok wajahnya yang tampan ini, gara-gara jotosan Zen yang penuh dengan kesetanan. Kalau saja hari itu tidak ada polisi lewat, mungkin Felix sudah kehilangan nyawa.

Tamparan Zen hampir seperti si Saitama di anime one punch man. Satu kali tamparan langsung mimisan dan pingsan. Tapi kalau kekuatan Saitama emang di luar akal. Jadi Zen-pun nggak mampu nyaingin tuh si kepala botak.

Nah kalau Kivyar, beda lagi permasalahannya. Pernah kena tonjok gara-gara terobsesi pengen jadi teman Zen. Tapi caranya bikin kesel Zen. Masa pakek stalking dan kirim-kirim surat, juga bunga, di loker Zen. Di kira Zen homo. Bahkan tiap hari memuja Zen dengan kata-kata tampan, ganteng, keren. Pokoknya kagumnya itu berlebihan. Saat itu masa-masa paling Zen kesal, hingga tonjokan mampir di pipi Kivyar.

Sekarang si Rey. Entah bagaimana pertemanan tercipta. Yang pasti ada kejadian tinju meninju. Maksudnya Rey dan Zen pernah tanding tinju di perguruan mereka. Sekali-kali Rey tidak pernah menang. Ya entah gimana cara mereka dekat.

Nah kalau Mars. Udah temenan sebelum berojol. Dulu ya, si Zen gaya-gaya cool padahal umur di bawah 5 tahun. Sok-sokan ketus sama Mars. Elah ternyata dia nggak tahu kayak gimana Mars. Cueknya minta ampun. Kalau Zen ngomong nggak pernah di gubris, hingga emosi meningkat. Zen bahkan melempar Mars dengan batu sampai dahi Mars bocor dan menangis ria. Di saat itulah Mars selalu menggubris perkataan Zen. Karna takut di lempar batu lagi.

"Eh Zen, lo jahat sama kita ya... cuman Mars tuh yang nggak pernah di tonjok sampe mimisan," gerutu Kivyar.

Zen menarik tangannya untuk keluar dari kantong celana. "Oh, jadi lo berdua ngerasa nggak adil?"

Kivyar dan Felix mengangguk.

"Ya sudah, cari batu," titah Zen.

Kivyar dan Felix saling tatap.

"Buat apa?" bingung mereka.

"Kalian bilangkan gue nggak adil. Ya sudah, karna gue pernah lempar batu kekepala Mars sampe darah muncrat. Jadi lo berdua harus rasain juga," jelas Zen dengan senyum miring andalannya.

"Enggak-enggak! Kita cuman bercanda kok, Zen. Hehe." Felix dan Kivyar tidak ingin kepalanya muncrat darah. Bisa mati dalan sekejap.

Pas kecil saja, Zen sudah lihai berkelahi, apalagi saat ini. Ia sudah berlatih bela diri. Ia juga punya ABS lo. Aduh pengen sentuh.

"Eh semuanya, lo tau nggak kalau bakalan ada party di sekolah kita?" lontarkan Kivyar.

"Udah tauk," respon Zen seadanya.

"Kenapa emang?" Felix mengambil handphone Rey. Toh sedari tadi Ia hanya fokus dengan handphone.

"Ada pesta topeng," sambung Rey.

Felix tersenyum lebar, "wiih mantep nih."

"Kapan?" tanya Zen.

Felix dan Kivyar menggaruk kepalanya, ia juga tidak tahu kapan. Yang ia tahu hanya pada saat HUT sekolah. Nah harinya dan tanggalnya itu yang lupa.

"Nggak tahu, lupa." Kivyar nyengir kuda.

Zen membuang muka. Yang pasti Ia punya rencana saat pesta topeng itu terjadi. Haha ia akan melaksanakan aksinya. Tunggu saja hari jadinya.

Tak lama Mars datang. Mereka pun mengobrol ria dan ada saja yang Kivyar dan Felix bahas. Sesekali ia menghina Mars yang satu-satunya jomblo di antara mereka.

"Cari pacar dong lo, masih betah aja ngejomblo." Sungguh terdengar menghina Mars.

Untung Mars bukan tipe yang mudah tersinggung, jadi itu tidak bermasalah.

"Elo sih terlalu cuek. Sok-sok gaya bisu, ngomong lo terlalu irit. Kehabisan bensin lo?" celetuk Kivyar.

Membuat mereka tertawa.

Zen menggeleng kepala.

"Cari pacar gih," suruh Rey.

"Iya, kesihan gue liat lo," ucap Felix kemudian cekikikan.

Mars menghela nafas. "Biar gue perjelas. Gue nggak suka di bilang kasihan. Maaf, bukannya belagu. Dengan wajah ini, gue bisa aja dapet pacar dalam satu hari."

Sekali keluar perkataanya, mantap bener.

"Masa, sih?" ragukan Felix.

"Felix, gue nggak bisa seperti lo yang pacaran gonta-ganti dan permainin hati perempuan." Mars berhenti sebentar, "dan Rey, gue juga nggak bisa pacaran online, karna menurut gue itu hubungan yang sia-sia kalau nggak ada pertemuan."

Felix dan Rey tersinggung dengan apa yang baru saja Mars katakan.

"Zen, gue nggak seberani lo yang langsung ngeklaim perempun itu milik lo tanpa ada pendekatan."

Tinggal Kivyar saja lagi yang belum. "Nah gue nih." Kivyar nyengir.

"Kivyar gue nggak kayak lo, gengsi gue tinggi. Satu kali penolakan. Nggak akan pernah ada lagi penolakan lainnya."

Beh pedes, semuanya kebagian. Yang paling menohok sepertinya punya Kivyar, atau punya Rey. Mungkin semuanya sama-sama singgungan dari Planet dingin yang jarang ngomong ini.

Tbc_

Badboy KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang