"Resiko mencintai orang yang udah punya pacar ya kek gini, pengen terbang. Eh nggak punya sayap." :v
Vote aja dulu...."Ayla," panggil seseorang diiringi ketukan.
Mereka berdua menoleh ke arah pintu. Ayla melebarkan pupil matanya.
"Pa-pa!" Ayla refleks memanggil ayahnya.
"Sayang, kamu di dalem?" tanyanya lagi.
Ayla menatap Zen panik. Ia harus apakan manusia yang satu ini?
"Sembunyi," pekik Ayla menepuk bahu lelaki itu.
"Elo yang tidurin gue, gue yang disuruh sembunyi."
Ayla menganga. Ayolah ini bukan saatnya bergurau Zen. "Ini gawat, kalau papa gue tau kita bisa di nikahin!"
Zen mengangkat satu alisnya, tidak ada raut panik sama sekali. "Bagus, biar lo bisa terus nidurin gue."
Ayla kembali menganga. Ayla? Nidurin Zen?
"Ayla," panggilnya lagi.
"Iyaa tunggu, Pa," teriak Ayla.
Ayla mendorong Zen kekamar mandi, dengan terpaksa Ia melakukannya, demi keselamatan dirinya dan juga Zen.
"Diem! Dan jangan keluar!"
Ayla menutup pintu kamar mandi. Selanjutnya ia mengambil nafas panjang dan tersenyum.
"Iyaaa, Pa." Ayla membuka pintu.
"Loh kamu tidur disini?" Dika menengok isi kamar.
"Hmmm iya, pa. Kenapa?"
Dika mengangguk, "nggak papa. Papa pengen ke kantor lagi, banyak yang harus dikerjain. Jadi papa sempetin buat pulang."
Ayla mengangguk paham.
"Yaudah. Kamu nggak sekolah?"
Ayla berpikir sejenak, "mmmm nggak kayaknya, Pa, badan aku rasanya sakit."
Dika mengelus rambut anaknya lembut. "Istirahat aja sayang. Papa pamit dulu."
"Iya papa gans." Ayla tersenyum manis bak gulali.
Setelah Ayahnya pergi, Ayla bernafas dengan puas. Ia sangat lega, bahkan jantungnya berdetak sekeras ini. Ia sudah berakting dengan bagus.
Ayla segera menutup pintu dan berlari ke kamar mandi. Ia membuka pintu dengan panik, lalu menampilkan sesosok lelaki dengan aura menyeramkan, dan tatapan intens.
"Hehe, maaf," tutur Ayla hati-hati.
Zen mengangkat satu alisnya dengan tangan melipat di depan dada, "udah nidurin, sekarang ngunci di kamar mandi? Boleh juga."
"B-Bukan gitu!" protes Ayla mundur beberapa langkah karna Zen mendekatinya.
Zen tak menggubris apapun, Ia menyudutkan Ayla hingga ke tembok. Gadis itu dibuat panik.
"Stop!" Ayla menatap Zen tajam.
Lelaki itu malah tersenyum sinis. Seperti pemeran antagonis di film-film ajab biasanya.
Zen mengangkat dagu Ayla lalu menatap mata gadis itu. Zen membasahi bibirnya dengan sengaja membuat Ayla lemah pikiran. Tentu terbesit sesuatu di kepala Ayla, apa yang akan lelaki itu lakukan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Killer
Novela Juvenil♪「DALAM MASA REVISI」 ♪ BUDAYAKAN PENCET FOLLOW. NO PLAGIAT!! Highest rank!!! #1 in menulis [14/09/2019] #3 in kiss [07/07/19] #2 in perusuh [12/09/2019] #3 in genk [12/09/2019] #2 in nakal [12/09/2019] #2 in troublemaker [21/11/2019] #3 in ceritasm...