38. (penyebab kemarahan Mars)

2.5K 188 46
                                    

Di vote dulu, komen juga. :)
Maaf atas typo yang bikin susah baca atau ketidak nyambungan kalimat, bisa dibilang gaje.

Selamat membaca :)
.
.
.

Zen melirik gadis yang baru saja tiba di hadapannya. Zen dengan sigap memeluk Ayla.

"La, maaf," lirihnya.

Ayla hanya diam membeku. Ia rindu pelukan ini, pelukan hangat Zen. Tapi ini bukan saatnya menikmati semuanya.

Mars menarik Ayla menjauh dari Zen.
"Jangan deket-deket sama orang yang gak bisa menghargai orang lain."

Sebenarnya Ayla agak terkejut dengan ucapan Mars. Tidak biasanya Ia berbicara seperti itu. Apa ini benar Mars?

"Maksud lo apa?!" Zen kembali menarik lengan Ayla dengan kasar.

Mars benar-benar di luar kepribadiannya. Atau inikah sosok Mars yang sebenarnya?

"Mars. Udah, banyak orang," bujuk Violla yang setia di samping Mars.

Mars memberi lirikan dingin, "diem."

"Kalian kenapa sih?! Masalah yang tadi udah selesai, gak perlu sampai berantem kayak gini! Kalian gak malu diliatin tamu undangan? Kalian juga gak mikir kalau ini hari bahagia teman kalian! Kalian mau hancurin semuanya?!" geram Ayla.

Yang lainnya hanya bisa menyaksikan apa yang terjadi. Rumi dan Felix saling tatap penuh arti. Tentu Ia tidak ingin acara pernikahan mereka hancur berantakan karna percintaan teman-temannya.

Mars dan Zen sama-sama diam namun saling memberi tatapan dingin seolah perkelahian ini masih berlanjut.

"Sorry," kata Mars dengan datar.

Ayla menarik nafas panjang. Baru saja Ia mau pergi lagi, Zen menggenggam lengannya dengan tatapan memohon.

"Aku jelasin oke?" bujuknya.

Ayla ingin egois, sekali saja ingin egois. Andai saja ia tidak dipernikahan Rumi, maka Ayla sudah menampar Zen saat ini juga. Lagi-lagi Ayla menahannya. Untuk terakhir kalinya.

"Kita jelasin bertiga, tapi gak sekarang," ketus Ayla melepas genggaman Zen secara baik-baik. Namun bagi Zen itu adalah penolakan.

Pernikahan Rumi dan Felix tidak bisa dikatakan lancar. Suasana terkesan aneh. Bisa dikatakan Mars dan Zen berhasil membuat pernikahan Felix berjalan tidak sesuai keinginan.

Teman-teman hanya saling berbisik. Tidak ada yang bersuara nyaring.

Hani menatap Ayla yang diam saja dengan mata memerah. Pasti gadis itu habis menangis.

"La?" panggil Veon pelan.

Sedangkan 2 orang lelaki itu sedang mengamati Ayla dari tempat masing-masing.

"Iya?" Ayla menyahut pelan.

Veon memberi senyuman pada Ayla. "Mau apa? Biar gue ambilin."

Ayla menggeleng pelan. Ayla tidak mau apa-apa. Ayla hanya ingin semua cepat berakhir. Ayla ingin memeluk guling sembari meluapkan rasa emosionalnya.

Gadis itu melirik kecil kearah Zen, tapi ternyata lelaki itu sudah lebih dulu menatapnya. Ayla mengalihkan pandangan ke Mars, lelaki itu juga sedang menatap Ayla.

Apasih yang membuat Mars sampai bertengkar dengan Zen? Kalau itu perihal Ayla rasanya tidak wajar.

Tapi memang Mars sangat perduli terhadap hubungan Zen dan Ayla. Saat Ayla kehilangan Zen dulu, Mars yang membawanya kerumah sakit untuk menemui Zen. Dulu juga saat Zen jarang memberi kabar, Mars yang mengucapkan kalau Zen mungkin sibuk karna akan meneruskan perusahaan keluarganya. Di pandangan Ayla, Mars adalah sosok yang baik, meski juga kadang judes.

Badboy KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang