B. 21 (Kembali)

5.6K 391 33
                                    

Happy reading😊

Typo bertebaran, maklumi aja yak😉 entar bakalan direvisi kok.

Sampai diparkiran,  baru saja turun, belum sempat narik nafas tiga kali. Seseorang sudah teriak-teriak menghampiri Ayla bak kehilangan celana dalam. Eh?

"Z-zen!" Teriak Rumi. "Zen berantem!"

"Terus?" Ayla mengangkat alis satu.

NGGAK PEDULI. Yang berantem Zen dan itu bukan urusannya!

"Lo itukan pacarnya. Cepetan!" Tarik Rumi pada lengan Ayla tanpa permisi.

"Rumi!" Berontak Ayla.

"Itu tuh," tunjuk Rumi pada gerombolan siswa.

Ayla melihatnya. Ya, lelaki itu. Ck.

"Rumi, lo ngapain ngajak gue kesini?" Ketus Ayla.

Rumi menghela nafas, kiranya Ayla sudah tau tujuan Rumi. "Lo kan pacar-"

"Gue udah nggak ada hubungan sama dia," sela Ayla.

Rumi menganga, "hah?"

Ayla menghempas nafas. Tiada niatan sama sekali untuk melirik Zen barang satu detik.

Marah? Iyalah! Dasar childish! Kalau lihat wajah lelaki itu rasanya pengen hujat-hujat, hati udah haus makian.

Lelaki itu menarik kerah baju cowok yang Ia hajar habis-habisan saking dongkolnya. Meski Ia pun mendapat memar juga.

Pandangannya teralihkan pada gadis yang lewat dengan wajah mengeras, seolah sengaja ditujukan pada Zen. Senyum miring lelaki itu mengembang.

Shit. Zen mengantup keras rahangnya. Persetanan dengan tukang adu pada guru. Kini  Ia duduk tepat di hadapan seorang guru BK.

"Kenapa kamu mukul Ridho?" Tanya Buk Lilis.

Cih. Ia paling kesal dengan guru yang satu ini.

"Pengen," jawab Zen cuek.

Buk Lilis mengeraskan alisnya, "pengen? Itu alasan kamu?"

Zen memutar bola matanya jengah, "dia senggol saya."

"Terus? Cuman karna itu kamu pukul dia?" Buk Lilis sungguh tidak menyangka. "Kamu tahu kalau kamu salah?"

Hah? Zen menarik sudut bibirnya. Tentu saja Ia tidak terima.

"Salah? Seenak jidat ngeklaim orang salah tanpa tahu masalahnya," singgung Zen.

"Tapi kamu nampar dia duluan!" Tuding Buk Lilis.

Tentu saja Zen tidak mau kalah.

"Ck. Tapi dia pengen tampar saya duluan!" Tegas Zen.

Buk Lilis menatap tajam Zen. "Tapi kamu kan yang duluan tampar dia? Kamu harus minta maaf."

Zen melirik Ridho dengan aura menyeramkan. Dasar kamvret! Diem aja dari tadi.

"Ibu punya akalkan? Dan Ibu bisa mikir," ujarnya. "Apa harus ditampar dulu baru lawan? Mikir, Buk. Makanya banyak yang goblok. Pengen mati dulu baru bertindak?"

"ZEN ALAZXAR," tegas Buk Lilis. Kiranya Zen sudah melampaui batasnya.

Buk Lilis geram dan Zen lebih geram lagi.

Zen Alazxar melirik Ridho si pecundang ini. Bawaannya geram pengen nindas kek kutu.

"Gue nggak pernah minta maaf sama orang yang nggak membuat gue merasa bersalah," jelas Zen.

Ia melenggang tanpa pamit. Ia ingin mengumpat, memaki Ridho dan Buk Lilis habis-habisan.

Sebuah panggilan membuatnya menoleh. Ya itu Kivyar. Sekedar menoleh, Zen kembali melangkah. Kivyar menyesuaikan langkahnya.

Badboy KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang