Typo bertebaran yak.
Happy reading~
.
.
.
.Zen melepas ganggang pintu dengan pasrah. Mata lelaki itu tambah sendu. Hari ini keberanian Zen perlu ditanyakan. Lelaki itu tidak punya kekuatan membuka pintu. Biarlah Ia sepengecut ini.
Pangeran tidur sudah menemukan tuan putrinya. Yasa telah kembali menemukan Ayla. Lalu tidak ada tempat Zen lagi.
Tenggorokan Zen tercekal. Sungguh dahsyatnya perasaan ini, merasuki relung-relung pada dirinya, membuat sesak rasa yang ia miliki. Seolah kabut tebal terukir dengan pasti.
Zen bisa apa? Demi Yasa juga Ayla. Demi ibunya dan juga dirinya.
Demi dunia yang punya banyak cerita ini. Zen mundur.
Mata Zen mulai perih, "Yasa, maaf udah rebut posisi lo pas lo terbaring dikasur rumah sakit...." Lirihnya.
La, gue pergi. Jangan pernah bilang gue harus berhenti suka sama lo.
Buat apa Zen membohongi perasaannya? Ia benar suka dengan Ayla. Ia juga tidak sanggup melihat adiknya terluka lebih parah lagi. Zen tidak bisa membawa hatinya menjauh, namun keadaan mengharuskannya pergi.
.
.
.
.Tidak ada surat, pesan teks, sebuah telpon, bahkan jejak. Zen membawa hatinya sendiri, dirinya sendiri, juga membawa lukanya sendiri. Ia menjauh sebisa mungkin. Jangan pernah cari dia.
5 hari setelah Ayla pingsan dan kembalinya Yasa. Kiranya Hani sedang resah, Ia baru saja tahu kalau Zen dan Yasa kakak-adek. Hani bisa menjamin Ayla tidak tahu itu. Apalagi Hani tidak menemukan Zen, setelah usai perayaan hut sekolah, lelaki itu benar-benar menghilang.
Hani menggigit bibir bawahnya. Melirik Rumi yang merona, sebab ada Felix juga. Ayla juga disibukkan mengerjakan tugas dikelas.
"Ngomong-ngomong, elo beberapa hari ini ada ketemu Zen, nggak?" Tanya Hani pada Felix.
Felix diam. Ia juga tidak tahu dimana lelaki itu berada saat ini.
"Oi Felix! Orang ngomong malah bengong!" Geram Hani.
Felix berdecak. "Gue juga nggak tahu."
"Elo temennya masa nggak tahu?" Hani tidak percaya itu.
"Suwer. Tuh orang ngilang gitu aja. Gue tanya Mars juga nggak ngeh, tanya Kivyar malah curhat. Kalau tanya Rey dia EGP!"
Hani memutar bola matanya. Ah jangan-jangan .....
"Mungkin nggak dia liburan? Ke Korea, Eropa, Hongk-"
"Nggak mungkin!" Potong Felix.
Rumi menghela nafas.
Di dalam kelas. Ayla menopang wajahnya. Ia memikirkan tentang perasaannya. Aduhai, Ia turut senang Yasa hidup dan kembali. Tapi kembalinya Yasa membuat seseorang menghilang. Ayla tidak dapat mempungkiri kalau ada yang kosong.
Memang ya, hilangnya orang menyebalkan sungguh berpengaruh dan begitu terasa. Semenyebalkan Zen.
Ayla memijat pelipisnya. Resaaaaaah, gundaaaah! Apalah itu, perasaan ini sungguh menyiksa.
Ayla mencoba memanggil Zen via telpon. Nihil! Pesan teks? Jangan harap ada satu balasanpun. Menghilang! Menghilang! Tidak ada kabar!
"Baru baikan, sekarang udah ngilang. Maunya apacoba?" Gerutu Ayla.
Mmmm apa perlu tanya temen-temennya?
Mungkin.
Ayla beranjak dari bangku menuju taman sekolah. Tapi Rumi dan Hani baru saja datang bersama Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Killer
Teen Fiction♪「DALAM MASA REVISI」 ♪ BUDAYAKAN PENCET FOLLOW. NO PLAGIAT!! Highest rank!!! #1 in menulis [14/09/2019] #3 in kiss [07/07/19] #2 in perusuh [12/09/2019] #3 in genk [12/09/2019] #2 in nakal [12/09/2019] #2 in troublemaker [21/11/2019] #3 in ceritasm...