-1- KETUA ASGARD. [REVISI]

48.7K 2.2K 204
                                    


"Anak nakal memang terlihat seenaknya, seakan tidak ada beban masalah. Namun, bukan berarti mereka tidak pernah rapuk."

~~~

"BIASANYA TAK PAKAI MINYAK WANGII.. BIASANYA TAK SUKA BEGITU.. SAYA CEMBURU ASALOLE JOS! SAYA CURIGAAA.."

Lantunan lagu dangdut menyebar di segala penjuru kantin SMA Pradipta. Semua murid di kantin langsung mengalihkan pandangan kepada sekawanan laki-laki kelas 12 yang baru saja memasuki kantin. Laki-laki biang rusuh, biang kerok, biang segalanya yang buruk buruk, Asgard, di ketuai oleh Gibran Algebara.

"Cuy cuy kita duduk sini aja. Banyak ceweknya." Darrel, cowok dengan badan tinggi tegap, bisa di bilang juga tampan. Hanya saja penggoda wanita. Tapi anehnya, dia tak pernah menggaet para wanita itu sampai tahap pacaran.

"Bangsat emang lo! Pikirannya cewek mulu." Mario, cowok dengan rambut sedikit gondrong itu menoyor kepala Darrel keras membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Suka suka gue lah! Ini tuh jackpot buat dapet cewek baru minggu ini!"

"Ganteng doang, deketin cewek tapi nggak di pacarin. Cih!"

"Kita duduk di tempat biasa." Gibran, cowok dengan bandana abu-abu yang sering terikat di lengan kanannya, paling berperan di perkumpulan tersebut. Paling gila, paling segalanya. Katanya pelopor dari terbentuknya anak-anak nakal, padahal tidak sepenuhnya benar. Mempunyai jabatan paling tinggi, yang memimpin kenakalan tapi tidak tahu saja dalamnya penuh kesolidaritasan.

Semua murid menatap sekawanan itu dengan tatapan horor. Ada pula yang menatap kagum, karena memang rata rata semua anggotanya berwajah tampan. Tapi, kelakuannya mampu membuat siapapun geleng kepala. Salut. Saking nakalnya.

Kalau sudah ada mereka, kantin pasti ramai membuat beberapa orang agak terganggu saat asyik mengisi perut. Makanan langsung menipis, setiap hari selalu di borong karena Gibran yang selalu traktir teman-temannya.

"Bos, kali ini traktir lagi, kan?" Gavin, cowok dengan kepala plontos menepuk bahu Gibran.

"Vin, gue sampe bosen denger lo minta traktiran mulu! Jangan keliatan malu-maluin deh!" Darrel membuat Gavino melotot. Gavino ini anak yang paling sering di ledekkin, di julid sana sini sama temannya. Karena rambut yang botak nggak tumbuh-tumbuh, membuat semua orang gemas melihatnya. Gemas ingin di hujat.

"Jangan mentang-mentang lo anak sultan jadi ngatain anak menengah bawah kayak gue dong! Ini urusan kaum pecinta gratisan, lo diem aja!" Mimik wajah kesal Gavino membuat teman-temannya tertawa. Selain sering di julid, Gavino ini juga rajanya bacot.

"Gue lagi nggak traktir dulu, Vin. Lagi miskin, uang jajan di potong sama babeh." Gibran berujar agak sedih, membuat teman-temannya melongo.

"Yah, bos, padahal gue lagi nggak bawa duit, nih. Niatnya mau di traktir lo." Gavin menunjukkan wajah melas, memakai embel-embel seperti itu agar Gibran mentraktirnya.

"Ada akhlak lo begitu? Temen lagi berduka lo masih sibuk minta traktir." Mario menyenggol lengan Gavino membuat cowok itu berdecak kesal.

"Ambil yang lo mau, kali ini gue masih traktir." Muka Gavin yang tadinya lesu kini langsung segar bugar. Senyuman lebar tercetak di bibirnya. Cowok itu langsung sigap berdiri dan menatap beberapa jejeran makanan yang akan ia pilih.

"AHAY! Rezeki anak sholeh!" Cowok itu dengan cepat melesat pergi menuju kedai bakso.

"Burung merpati di atas genteng,
Gentengnya warna merah hati,
Disini ada Gavin ganteng,
Mau beli baksonya Mang Budiiii!"

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang