16

1.8K 378 86
                                    

Hampir senja.

Geunmin terbangun.
Mengedarkan pandangan pada langit. Langit langit kamar, kemudian langit sungguhan.

Lewat jendela, ia beradu pandang dengan sorot melotot si surya.

Merasa tidak tahan akan keindahannya, perempuan itu mencari cara, cara agar ia dapat menikmati semuanya dengan seksama.


Srr..

Bunga bunga mini dalam pot jadi sasarannya.
Tanaman Bonsai juga.
Sembari menyiram ia menikmati panorama langit favoritnya.

"Siapa yang menyuruhmu menyiram tanaman?"

Sebuah suara ketus namun datar terdengar dari arah belakang.

Sang empunya rumah.

"Letakkan."

Menyiram tanaman seharusnya bukan sesuatu yang salah, tapi Laki-laki itu melarangnya juga.
Menyebalkan.

"Maaf.."

Meletakkan selang panjang itu, Geunmin lalu membungkuk, sejurus kemudian beranjak dengan kaki yang belum sepenuhnya berjalan tegak.

"Mau kemana?"

Geunmin terdiam, berhenti melangkahkan kakinya. Tangannya ditahan tatkala langkahnya tepat berpapasan dengan berdirinya laki-laki itu.

Diamnya itu kemudian membuat posisinya sejajar dengan laki-laki yang menahannya—namun dengan arah posisi yang berlawanan.

Untuk sesaat keduanya diam di tempat, masih dengan tangan yang saling menahan.


"Jangan pergi dulu" Winwin akhirnya bersuara, meski terdengar malas.

Menyiram tidak boleh, tapi pergi juga tidak boleh.
Memang tidak ada yang bisa mengerti jalan pikiran seorang Winwin Dong.

Masih menunggu maksud dari laki-laki itu Geunmin terdiam. Tak berselang lama Winwin menarik pelan tangan Geunmin untuk mengikuti langkahnya.
Membawanya duduk pada pinggir rerumputan halaman itu. Dengan percaya diri Winwin duduk, tanpa tau Geunmin masih berdiri ditempat seperti orang bodoh. Cukup lama hingga kemudian Winwin menyadarinya.

"Kenapa?"
"Duduk" Perintahnya.

Geunmin menunjuk nunjuk lututnya dengan jari telunjuknya. Mengisyaratkan bahwa lututnya adalah penyebab ia tidak duduk.

Lututnya yang beberapa hari lalu terluka masih belum sembuh sepenuhnya. Untuk duduk pada rerumputan dengan posisi sangat rendah begitu, tentu Geunmin kesulitan.

"Belum sembuh juga?" Tanyanya menghardik.

"Manja"

Bangkit dari duduknya Winwin merangkul bahu Geunmin untuk dibawanya duduk dengan pelan. Sangat pelan dan berhati-hati.

"Duduk disini sampai malam tiba" Ucap Winwin seenaknya.

"U-untuk apa?" Tanya Geunmin sedikit melotot, heran.

"Untuk menikmati senja. Kemudian langit dan bintang."

" Kamu suka senja dan saya suka langit biru. Jadi, impas."

"Tapi nanti langit hitam, bukan biru?"

"Tetap biru"

Memangnya iya, ya?

Malas berdebat, Geunmin diam.

Winwin mengambil beberapa unting rumput yang sudah cukup tinggi untuk kemudian dimainkannya. Rumput hijau halaman rumahnya itu memang serbaguna. Untuk duduk nyaman, untuk mainan juga aman.

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang