23

1.6K 308 64
                                    

Sederet buku yang tertata rapi pada rak dinding ruang tengah begitu terlihat menarik ketika Geunmin tak sengaja mengusapnya dengan kemoceng ditangan.

Tak berani mengambilnya sebab buku buku itu adalah milik Winwin membuat Geunmin hanya memandangnya lama.

Ya, biasanya ia hanya membaca majalah majalah yang ada pada meja ruang tamu. Atau sesekali membaca koran dimana ia harus berbagi untuk dibacanya bersama Bibi.

"Sibuk?"

Lamunan Geunmin buyar ketika suara yang ia yakini milik Winwin bertanya acuh.

Geunmin menoleh, mendapati Winwin yang hampir selesai menuruni anak tangga.

Menggeleng ringan Geunmin membuka suara "Hanya sedang membersihkan"

"Membersihkan?" Tanya Winwin dengan dengusnya "Tidak ada yang kotor" Katanya lagi.

Winwin menghela nafas dengan gerak tangan yang merebut kemoceng "Tadi bermain tanah sekarang bermain kemoceng"

"Tadi membantu bibi menanam tanaman baru" Ucap Geunmin membenarkan, tentu saja ia tidak ingin dikatakan bermain tanah.

"Lalu sekarang masih ingin membersihkan barang barang berdebu di ruangan ini?" Winwin menggeleng berlagak tak mengerti.

"Cobalah berpikir untuk beristirahat"

Mendengarnya, wajah menunduk Geunmin perlahan terangkat, menatap laki-laki yang berdiri tegap dengan bersilang tangan. Raut wajahnya tampak bersungguh-sungguh.

Hanya untuk sekedar mengerjap, kemudian Geunmin menunduk lagi.
Meratapi ketidakbiasaan Winwin yang terbilang peduli.

Hei, apa si Jaehyun itu baru saja menghipnotisnya?

"Atau perlu?" Tanya Winwin menggantung.

Geunmin mengernyit dalam tunduknya. Menunggu kata selanjutnya.

Perlu? Perlu bagaimana maksudnya?

"Pergi ke toko buku atau perpustakaan yang kamu mau?"

Untuk sejenak Geunmin terhenyak. Entah, Winwin seolah mengerti isi hatinya. Sejak mengunjungi koleksi buku buku milik Winwin semalam, Geunmin memang ingin sekali pergi membaca. Ia rindu. Sungguh sungguh rindu.

Semua terasa kebetulan. Mengangkat wajahnya lagi, Geunmin mendapati sosok Winwin yang seolah benar-benar menunggu jawaban darinya. Geunmin menelan salivanya perlahan untuk menekan ego yang sudah di ujung. Ia hampir saja mengatakan sederet kalimat bahwa ia mau, ia perlu, dan ia ingin ke toko buku atau perpustakaan kota—dengan lantang.
Ya, hampir. Tapi Geunmin menahannya. Sebab ia ragu.

"Bilang iya tidak sulit" Winwin mendengus tawa "Kenapa harus diatahan, rindu membaca, kan? Sejak semalam" Ujarnya lagi.

Geunmin terpaku dengan bola mata yang seolah beku. Dengan tatapannya itu ia merasa tidak percaya juga terkesima, bagaimana Winwin bisa tau semua tentang hatinya saat ini.

Ditatap seperti itu Winwin tertawa ringan, dengan kedua bola matanya yang turut berputar "Akhir-akhir ini saya mempelajari ilmu ramal dan sihir, jadi tidak perlu heran" Kelakarnya sambil tertawa—tertawa kecil pastinya, kemudian memukul ringan kepala perempuan dihadapannya dengan kemoceng di tangan.

"Ganti pakaianmu" Ucap Winwin singkat lalu pergi dengan kemoceng yang diletakkannya ke sembarang tempat.

"A-Winwin -ssi!"

Winwin berhenti melangkah, menoleh dengan kedua alis terangkat.

"Tapi, apa.. Winwin-ssi sudah sembuh?"

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang