Geunmin duduk bersandar pada bantal putih berukuran cukup besar, sedang Winwin hanya bersandar pada dinding kasur. Dalam satu ranjang yang sama, keduanya duduk berjajar.
Langit yang bersusun bintang tampak menghiasi seluruh kaca jendela yang dibiarkan terbuka. Keduanya sama sama diam, memandang elok langit itu, dan sama pula, ketika diam diam ada doa doa diantara keduanya yang disandarkan bersama kilaunya bintang paling bersinar di atas sana.Malam itu, semua mendadak berubah. Entah, tidak ada percakapan yang cukup untuk keduanya merubah atmosfir itu namun—ikatan batin yang terjalin terasa berubah. Tak ada beban, tak ada canggung, tak ada pula takut, hanya saja keduanya sama sama tetap diam dalam kenyamanan.
Memandang langit hitam yang cerah, Winwin merapalkan doa nya. Ada bayangan Kang Moonji disana. Lagi-lagi ada suatu rasa aneh yang keluar menjalar dari hati kecilnya, ada percikan rasa nyeri lalu merinding mencelos tatkala sosok Kang Moonji ada dalam bayangnya.
Diliriknya Geunmin yang masih terpesona akan langit indah di sana. Wajah polos tanpa riasan itu tampak memandang sembari beberapa kali menghirup nafas dalam dalam namun tetap terdengar tenang. Perempuan itu juga sepertinya sedang menyandarkan harapan. Tangannya mengepal dibalik selimut. Bibir pucatnya menyunggingkan segaris senyum yang tipis.
"Coba lihat bintang yang di sana" Ujar Geunmin membuka suara.
"Indah bukan?"
"Winwin-ssi, Anda bisa merapalkan harapan disana"
Winwin menoleh ke arah Geunmin untuk sejenak, kemudian berpura-pura ikut memandang bintang yang padahal ia sudah mengaguminya pula sejak awal. Dan sudah pula merapalkan doa dan harapan.
"Bagaimana caranya?" Tanyanya pura-pura.
"Cukup pandangi saja, lalu ucapkan dalam hati apa yang Anda harapkan di masa depan. Bisa dikatakan itu sebuah doa"
Winwin melirik, diam sejenak sebelum kemudian bertanya dengan agak ragu.
"Apa do'amu?"
Iris yang semula teramat fokus pada langit dan segala aksesorinya, beralih pandang hingga membuat Geunmin kehilangan arah pandangnya.
"Hidup lebih lama bersama Anda"
Winwin membuang arah pandang, menunduk.
"Tapi tidak bisa kan. Kita bukan pasangan." Ucapnya terdengar ringan.
Geunmin mengerti, ia mengerti betul. Bahwa semua akan berakhir juga pada akhirnya.
Perpisahan akan terjadi. Jika kontrak perjanjian telah tiba pada masanya.
Itu pasti yang Winwin-ssi maksud.
Geunmin tertunduk. Ia mengangguk ragu. Kemudian senyum samar samar terlihat dari kedua sudut bibirnya.
"Winwin-ssi.."
Geunmin menjeda, terlihat keraguan di balik bibir pucat dan sorot matanya.
Menelan salivanya berat, Geunmin mencoba mengatakan sesuatu.
"Saya.. Apa boleh saya bersandar pada bahu anda— mungkin untuk yang terakhir kali"
Seusai mengatakannya, semua syaraf syaraf Geunmin terasa mati, lidahnya kelu, nafasnya tercekat.
Sedang Winwin, seusai mendengarnya, Winwin sempat membatu barang sejenak.
Namun tak lama, tanpa memberikan sebuah jawaban, Winwin menggeserkan tubuhnya, tangannya bergerak meraih kepala mungil itu untuk disandarkannya pada bahu kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Orange
FanfictionJang Geunmin, gadis biasa yang menempuh study di bidang fashion design harus merelakan sepersekian persen hidupnya untuk menjalani hari hari sukar. Dari sekian banyak manusia di Korea, ia bertemu dengan Winwin Dong pada suatu waktu. Dosen muda berke...