32

1.5K 215 76
                                    

Song recommendation : Bolbbalgan4 - To My Youth

Song recommendation : Bolbbalgan4 - To My Youth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sebuah bukit hijau semua dimulai kembali.

Winwin dengan bahu menurun duduk dengan bersandar angan. Disampingnya, duduk perempuan berkaos yang tak henti-hentinya memandang luas langit kebiruan.

Bukit itu, Bukit di Atas Awan. Seperempat kilometer dari kediaman Winwin Dong.

Angin yang semilir berhilir menyapu rumput rumput liar di sepinggir keduanya.

Sejenak Moonji menolehkan kepalanya, mendapati Winwin yang pikirannya tampak penuh.

Oh, atau memang tidak seharusnya Moonji membawa laki-laki itu ke bukit karena sepertinya menemui Eomma adalah lebih utama.

Tapi sungguh, Moonji rasa ini waktu yang tepat-untuk bercerita banyak hal. Lagipula Eomma sedang tidur dan beristirahat ketika Winwin datang.

"Jadi bagaimana hari-harimu"

"Kau sendiri, bagaimana rasanya di telan bumi?" Ujar Winwin dengan airwajah sarkasnya.

Moonji tertawa kecil " Kau marah?"
"Aku hanya pergi ke tempat-tempat dimana aku bisa mengekspresikan diriku."

"Dan bermuara di Daegu, Bekerja di rumah Eomma, dan Menjadi asisten eomma. Sungguh, aku masih belum bisa percaya ini"

"Ya begitulah.Takdir memang begitu.." Ucap Moonji sambil mengawang sinar sinar serupa surya.

"Saat itu, semua terjadi begitu saja."

Moonji mulai bercerita, bagiamana ia bisa berada di tempat itu-rumah Winwin. Ketika itu, ia mulai menapaki jalanan Daegu setelah sebelumnya langkahnya melintang dari daerah daerah yang tak terhitung jumlahnya. Ya, katakanlah ia Tarzan kekinian. Atau lebih tepatnya ia seperti manusia purba yang hidupnya berpindah-pindah.

Sambil terus meyakinkan bahwa keputusannya untuk pergi dari Seoul-rumah Bibi Han, adalah bukan jalan yang salah, ia tiba-tiba mendengar suara jeritan yang cukup pelan. Menoleh ke segala arah, ia kemudian mendapati seorang wanita paruh baya di teras rumah yang tampak jatuh dari kursi rodanya. Tidak, tidak parah sebab posisinya masih dalam standar aman. Tapi tetap saja, Moonji bergegas secepat kilat untuk membantunya. Tanpa permisi perempuan itu memasuki pekarangan rumah itu.

Tidak memakan waktu lama, semua kembali baik baik saja.

Langit menggelap, Moonji yang hendak melanjutkan perjalanannya menjadi begitu urung. Lalu benar, hujan turun dan menjebaknya disana. Melangkah ke bagian terluar teras, perempuan itu mengulurkan tangan untuk menangkap tetesan tetesan air hujan. Moonji menatap awan hitam di atas sana, kemudian menoleh ke arah belakang.

Wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai eomma rupanya mengeluarkan sejumlah air yang membasahi tiap sisi kelopak matanya.

Seluruh pikiran Moonji buyar, memikirkan soal bagiamana nasibnya, lalu ditambah lagi soal mengapa eomma dihadapannya- yang bahkan baru dikenalnya beberapa menit sebelumnya, tiba -tiba menangis begitu saja.

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang