34

1.1K 219 35
                                    

Geunmin membuka matanya perlahan. Semburat cahaya yang timbul dari celah celah jendela membuatnya mengernyit. Rasanya silau sekali, sampai sampai Geunmin tidak mampu membuka matanya kembali.

Membiarkan sesaat matanya terpejam, Geunmin mencoba membukanya lagi kemudian. Ah, benar-benar silau. Mengapa sesilau ini? Ini tidak biasa.

Mencoba menghalau sinar itu, Geunmin mengalihkan pandang ke arah meja utama kamarnya.


Deg.

Bukannya lega lolos dari silaunya surya, Geunmin justru dibuat terkejut.

Terlihat sosok perempuan duduk membelakangi nya. Tangannya tampak bergerak, seperti sedang menulis sesuatu di atas meja itu.

Geunmin megerjap, terdiam beberapa saat. Ia masih mencerna. Sekali lagi, ia mengerjap, mencoba menelisik seluruh ruang kamar itu.

Benar, itu kamarnya. Ia tidak sedang di kamar orang lain.

Lantas, siapa orang itu?

Mengernyit penasaran, Geunmin memandanginya cukup lama. Namun lama-kelamaan rasa penasaran itu berubah menjadi perasaaan takut akan siapa sebenarnya sosok perempuan bersurai hitam yang tengah duduk disana.

Geunmin mundur perlahan, ia beringsut sambil menarik selimutnya.
Keringat dingin mulai membasahi bagian bagian wajahnya. Juga telapak tangannya.

Terus memandangi punggung bergerak itu, dari jangkauannya, Geunmin dapat menangkap sosok itu masih tampak menulis sesuatu, hingga kemudian, secara perlahan, terlihat mencoba memutar posisinya.

Sosok perempuan itu berbalik ke arahnya.





"Geunmin-ah"

Ia tersenyum.




"Geunmin-ah"

Katanya lagi.




Tidak mungkin.





Ujung selimut yang semula tergenggam erat, seketika jatuh tanpa jeda.
Geunmin membeku, sedetik kemudian melemas. Dayanya luruh.

Cantik sekali. Geunmin terpaku.

Tapi bukan! Bukan itu.

Geunmin terpaku, ketika disadarinya sosok perempuan itu tak lain adalah Jang Jishim, kakak perempuannya.

Ada ruang dimana tiap tiap nafasnya jadi tersendat. Kedua netra berbinar itu berubah panas.

Rasanya ada perasaan yang meletup-letup.

Perasaan itu.. rindu.


Tidak ingin menahan lagi, Geunmin membiarkan air matanya menetes hingga menjadi butiran bulat yang penuh. Syaraf syaraf nya seperti mati. Detik itu, Geunmin tidak tau lagi, apa yang harus ia lakukan selain menangisi pertemuan itu.

"Wae? jangan menangis" perintah kakaknya tegas namun lembut.

Moonji dengan tatapan yang tak sekalipun teralih dari sosok Geunmin buru buru melangkah mendekat.
Menatap lekat sejenak dari jarak yang begitu dekat, Moonji mencoba mencari pertemuan netra keduanya. Namun tak di dapatkannya. "Mana Jang Geunmin yang dulu?" Ucapnya seraya membantu mengusap tetesan air mata yang membasahi pipi.

"Tetaplah tinggal!" Bukannya menjawab, Geunmin justru berseru agar satu satunya orang yang ia percaya dapat menjadi sandaran itu tetap tinggal disisinya.

Moonji hanya tersenyum.

"Aku tidak ingin senyummu, aku ingin eonni tetap tinggal!" Seru Geunmin yang sudah terisak.

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang