28

1.7K 279 73
                                    

Tuk tuk!

"SSt! SSt!"

"Eung..?"  Geunmin dengan matanya yang masih terkantuk-kantuk mencoba berkonsentrasi atas apa yang baru saja menyentuh kepalanya.

Tak berapa lama mata kantuknya berubah bulat ketika disadarinya ia tertidur pada lengan laki-laki berwajah datar yang tengah memandangnya tegas.

"Ganti pakaianmu"

"Ke- kenapa?—"

Tut.. Tut.. Tut..........

Dering ponsel milik Winwin membuat Geunmin menahan ucapannya. Dengan wajah datar seribu makna Winwin bangkit dan melangkah tenang membawa ponselnya ke arah jendela.

"Hm. "

"Ne . "

"Eum."

Suara rendah itu, Geunmin mendengar. Geunmin mendengar suara rendah itu meski sang pemilik suara sudah berusaha menjauh ke arah jendela. Jawaban yang hanya ucapan ucapan singkat membuat Geunmin berkerut.

Namun wajah berkerut itu tak bertahan lama sebab Winwin yang baru saja mengakhiri panggilannya meraih lengan Geunmin, menariknya pelan hingga perempuan itu akhirnya berdiri.

"Kenapa? Karena basah" Ujar Winwin bermonolog. Menjawab ringan pertanyaan tertahan Geunmin sebelumnya.

Kedua tangan Winwin yang masuk ke dalam saku celananya akhirnya dikeluarkan sebelah untuk meraih handuk di balik pintu.

"Sekarang ganti pakaianmu"  Jemari berlapis handuk itu mengacak lembut rambut setengah basah milik Geunmin.

Rasanya aneh, tapi menyenangkan. Setitik kelegaan muncul dalam benaknya. Ia ingin melakukannya, sekali lagi. Tolonglah, hanya sekali lagi.

Namun tidak, Winwin memilih berhenti.

Bertepatan dengan itu, Geunmin mengunci pandangannya pada sosok yang tiba-tiba saja berusaha mengalihkan pandangan—namun gagal karena setiap sorot mata Winwin  yang berusaha menghindar selalu dikejarnya.

Dapat! Manik keduanya bertemu.

Geunmin menatap dalam, untuk kemudian sekedar mengulas senyum.

Winwin berdiam diri, pertahanannya terlalu kuat. Ia mampu bertahan dengan pandangannya. Meski baginya, senyuman Geunmin adalah pedang tajam yang mampu membunuhnya kapan saja. Setiap garis senyum yang tercipta dari perempuan itu lambat laun selalu berhasil menusuk jantungnya. Saat ini  Winwin hanya butuh lebih banyak topeng untuk menutupi perasaan perasaan yang tak dapat berdamai dengan arah pemikirannya.

Geunmin berbeda, terkadang ia berpikir bahwa tidak ada yang menarik dari dirinya bagi Winwin. Senyuman paling indahnya bahkan tak pernah mampu melunakkan rahang tegas laki-laki itu.

Namun demi Neptunus, Geunmin akan terus melakukannya. Meski hatinya berseteru, bahwa apa yang dilakukannya tidak akan pernah merubah apapun yang akan terjadi esok. Ia pasti akan tetap mati pada perasaan kecewa dan pilunya yang lebur menyaksikan ketidakadilan hidup yang disebutnya perpisahan.

Itu pasti akan terjadi.
Geunmin menggarisbawahi itu.

Menatap tepat di manik Geunmin, Winwin menghela nafas.

"Pergi. Ganti bajumu" Ucap Winwin dengan mendorong dorong keluar bahu Geunmin.  Gerakannya cukup kasar, namun tatapannya lembut. Lembut yang tersembunyi.

Tutt.. Tut.. Tut...

Lagi lagi, dering telepon ponsel Winwin kembali berbunyi.


















































Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang