Di sepanjang perjalanan kereta, Geunmin merasakan kehampaan. Tetes demi tetes air terus jatuh dari pelupuk mata.Ada sesak yang tak dapat ia jelaskan.
Sesak itu, bentuk kelegaan namun juga kehilangan.Sejujurnya, ada saat-saat dimana Geunmin menikmati setiap tawa maupun tangis bersama laki-laki itu.
Ia mulai mengintip kembali sisa-sisa kenangan di dalam ingatan.
Tentang bagaimana kaku wajahnya, tentang bagaimana keras kepalanya, tentang bagiamana perhatian kikuknya, dan tentang mulut pedasnya yang justru terkadang lucu terdengar.Kini semua telah berakhir.
Geunmin menemukan kakaknya, namun ia juga kehilangan cintanya.
Satu persatu harapannya pupus.
Mimpi-mimpi itu, harus ia bangun kembali dari awal.Beberapa bulan waktunya sia-sia untuk mimpinya.
Walau sejenak ia dapat merasakan cinta.Geunmin akhirnya memilih pergi. Tanpa balasan cinta, tanpa satupun mimpi yang tergapai, juga tanpa bayaran yang dapat ia semai.
Winwin tidak mencintai, apalagi memilihnya.
Geunmin harap, Winwin dan Jishim sedang berbahagia disana.
Dan ketika kekecewaannya sudah mereda nanti, Geunmin pastikan ia akan menemui kembali perempuan itu. Perempuan yang berusaha ia hormati.
Saudara sekandungnya yang ia sayangi.Sejujurnya Geunmin rindu, rindu sekali.
Namun ia lelah terus menerus disakiti, oleh Winwin, atau takdir itu sendiri.
Dengan perasaan yang sulit diartikan,
Geunmin melukis embun pada kaca jendela kereta bertuliskan,Blue
and
Orange.Dalam cakra warna, Oranye dan Biru saling bersebrangan.
Biru adalah warna dingin, dan Oranye adalah warna hangat.
Oranye dan Biru, ketika disatukan, akan menjadi abu-abu.Menapaki pekarangan sebuah Rumah sederhana yang cukup luas dan asri, Geunmin memulai halaman baru hidupnya.
Sejak kepulangannya dari Daegu seorang diri, Geunmin memutusakan pergi dari Rumah Winwin.
Jungwoo pernah memberitahunya tentang panti miliknya, dan syukurnya Geunmin mengingat itu.
Dengan segala rasa yang bergumul di rongga dadanya,
kini, Geunmin melanjutkan hidupnya di Rumah Mimpi.Geunmin sudah membicarakannya pada Jungwoo juga Minkyung - tunangannya-selaku pemilik hak utuh Rumah Mimpi.
Ia berbicara tentang bagaimana ia akan hidup kedepannya. Membesarkan bayinya di panti itu nantinya, dengan segala kesediaan hatinya. Tetapi ia berjanji, ketika sudah punya uang nanti, ia akan pergi.Ah, rasanya ia malu sekali.
Ia seperti perempuan tak punya malu. Ia menolak Jungwoo, namun kemudian meminta bantuannya.Tapi biarlah, bayinya tidak butuh malu, ia hanya butuh hidup layak di dalam sana.
Kini Geunmin merasa hidupnya entah diujung mana. Tapi ia harap, bersama anak-anak Rumah Mimpi ia dapat bahagia bersama.
Ia tidak lebih sedih daripada anak-anak mimpi. Tetapi lihat, anak-anak itu terus tersenyum dan bahagia.Ia percaya, hidup akan selalu bergerak. Ia ingat sekali kata-kata yang seringkali Jungwoo berikan padanya.
Bahwa hidup terus bergerak, sedih itu wajar dan bahagia itu pasti. Akan ada waktunya, nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Orange
FanfictionJang Geunmin, gadis biasa yang menempuh study di bidang fashion design harus merelakan sepersekian persen hidupnya untuk menjalani hari hari sukar. Dari sekian banyak manusia di Korea, ia bertemu dengan Winwin Dong pada suatu waktu. Dosen muda berke...