10

1.8K 380 39
                                    

"Winwin— Dong?"

Sebuah suara dengan jelas menyambangi indra pendengaran  Winwin ketika tangannya dan  sebuah tangan lain hampir mengambil buku yang sama.
Winwin melepas pegangannya dari buku yang hendak diambilnya. Memilih menoleh ke samping  untuk mengetahui siapa yang sebenarnya bersuara.

"Winwin Dong?" Seorang perempuan dengan jaket berwarna coklat mengangkat kedua alisnya, menunggu sang pemilik nama yang dipanggilnya bersuara.

"Kau— Choi Nana?" Tanya Winwin balik dengan sebuah ekspresi seadanya.

"Wow. Kau masih mengingatku" Ujarnya tertawa kecil.

"Perpustakaan ini luas, tapi mengapa kita harus bertemu lagi hanya untuk mengambil sebuah buku yang sama" Masih dengan tawa kecilnya Choi Nana beralih untuk duduk pada meja samping yang tak jauh dari tempatnya berdiri, meja bundar berukuran cukup kecil.

"Jadi kau ini mahasiswa psikologi?"

Winwin mengernyit bingung,  atas dasar apa Choi Nana menyimpulkan bahwa dirinya mahasiswa psikologi?
Yang pertama, ia bukan lagi mahasiswa. Dan yang kedua, dia berada di jurusan matematika, bukan psikologi.

Ya, Winwin Dong adalah seorang dosen matematika.

Dengan kening yang masih mengkerut, Winwin membawa tubuhnya untuk ikut duduk bersama perempuan itu.

"Tidak perlu bingung seperti itu..
aku mengetahuinya bukan karena aku punya kekuatan supranatural.." Kekehnya.

"Tapi karena kau melupakan sesuatu waktu itu. Kau tidak mengembalikan buku yang kau baca, buku psikologi perempuan"

"Dan juga, kau berniat mengambil buku ini, kan?" Ucapnya seraya mengangkat buku psikologi umum yang hendak diambilnya juga Winwin sebelumnya.

Winwin tidak menjawab. Tidak mengiyakan, tidak juga menepis apa yang disampaikan Choi Nana sebelumnya.

Suasana di meja bundar itu sempat hening sejenak, sampai Choi Nana bersuara pada akhirnya.

"Manusia itu punya watak yang berbeda-beda" Ucapnya tiba-tiba, kepalanya mengangguk angguk kecil, seolah dirinya sedang berhadapan dengan seseorang yang mengerti betul soal psikologi lalu ingin berbincang lebih dalam lagi.

Pada kenyataanya Winwin tidak mengerti tentang apapun. Ia hanya mendengar dengan seksama. Niatnya untuk beranjak ia urungkan, merasa sedikit tertarik untuk melanjutkannya lebih jauh.

"Suatu permasalahan tidak selamanya terjadi oleh sebab adanya orang yang benar benar jahat, terkadang ketika dua manusia punya sifat dan pemikiran yang berbeda, lantas masing masing dari mereka akan merasa lawannya sebagai orang yang jahat."
Lanjut perempuan itu dengan sebuah pandangan menerawang. Perempuan itu nampak bicara serius.

Winwin semakin tidak mengerti, Perempuan di depannya seolah sedang mengeluarkan isi hatinya.

"Kan?" Tanya Choi Nana tiba-tiba, menatap penuh arti pada laki-laki yang sempat memandangnya untuk beberapa saat.

Mendapati perempuan yang sedang dipandangnya dengan seksama tiba-tiba beralih menatapnya, laki-laki itu sedikit tersentak.

"..hm?"

Melihat Winwin seperti kebingungan, Choi Nana menghela nafas
"Kau ini, mahasiswa psikologi harusnya lebih mengerti dari aku."
"Apa yang aku katakan, benar, kan?"

Winwin berdehem,

"Ehm! Aku ingin mengatakan—" belum juga Winwin menyelesaikan kalimatnya, Choi Nana menyela dengan tanpa dosa.

"Lalu kalau soal perempuan,"
Ucapnya lagi, masih dengan menerawang.

"Perempuan itu bisa dikatakan lemah, bisa juga dikatakan kuat. Tidak semua perempuan  punya psikologi yang sama. Tapi titik lemah seorang perempuan biasanya sama. Yaitu ketika.."

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang