Semilir angin berhembus pelan mengiringi kicau kicau burung, embun dedaunan masih setia berada pada tempatnya.
Dua pasang kaki manusia melangkah tenang di atas jalan setapak menuju taman utama kompleks.
Taman yang cukup luas untuk menggelar pesta kebun kecil-kecilan—atau sekedar berlari pagi membakar lemak. Cukup indah juga, pinggirannya ditumbuhi semak semak yang dibentuk lucu, lalu bunga bunga mini yang bermekaran warna warni.
"Sssh.." Geunmin menggesekkan kedua tangannya, sesekali meniupkan nafasnya sebagai penghangat tangan.
"Dingin?" Tanya laki-laki disampingnya. Retoris. Namun Geunmin tetap mengangguk.
"Wajahmu pucat." Celetuk laki-laki itu lagi. Membuat Geunmin mengusap bibirnya pelan. Kemudian mengulumnya.
"Sama saja. Bukan hanya bibirmu yang pucat, tapi semua, wajahmu."
"Saya—tidak tau apa yang harus saya lakukan." Ucapnnya membuka suara. Tangannya mengusap lehernya canggung.
"Mudah saja."
Ucap laki-laki itu singkat, sejurus kemudian melepas syal miliknya. Menghentikan langkahnya, ia beralih menghadap perempuan yang pada akhirnya juga menghentikan langkah.
Kakinya selangkah lebih maju, matanya menatap lekat tepat di manik perempuan di depannya. Membuat yang ditatap menjadi terpaku."Cukup tidak menjadi bodoh."Lanjutnya.
"Manusia yang pintar, ketika cuaca dingin dan dia lemah, dia akan memakai ini." Ucapnya sembari mengangkat syal miliknya, menggoyangkannya di depan wajah perempuan yang masih terpaku itu.
"Tidak mau?" Tanyanya kemudian, tapi yang diajak bicara masih diam kebingungan.
Yang diharapkan Winwin adalah Geunmin mengambil syal itu kemudian segera memakainya.Tapi nyatanya perempuan itu hanya diam.
Menghela nafas panjang, Winwin kemudian mengalungkan syal itu pada perempuan di depannya.
"Dasar. Sepertinya manusia sepertimu harus tidur dua hari dua malam tanpa bangun supaya bodohnya hilang. Oh, atau dua abad jika perlu" Ujarnya panjang lebar. Matanya bekerjasama dengan tangannya, sibuk menyempurnakan syal agar nyaman pada leher sang pemakai. Sementara sang pemakai, dirinya sibuk menatap rumput yang sebenarnya tidak benar benar di tatap. Membiarkan laki-laki itu melakukan kegiatannya dengan nyaman.
Selesai memakaikan syal, Winwin menepuk pelan kedua bahu Geunmin, seolah pertanda bahwa syal itu sudah siap jalan.
"Terimakasih—Winwin-ssi.." Ucap Geunmin samar. Butuh waktu beberapa detik untuk akhirnya ia mengerti. Mengerti apa yang baru saja dilakukan dan diucapkan laki-laki di depannya.
Seperti tak menghiraukan, Winwin kemudian berbalik, melenggang begitu saja. Meninggalkan perempuan yang masih diam pada tempatnya.
Merasa laki-laki di depannya berjalan sangat cepat, Geunmin kemudian berlari kecil untuk mengejar, tapi usahanya seperti sia sia, laki-laki yang entah masih ingat atau tidak keberadaan dirinya-pasalnya laki-laki itu seperti sengaja berjalan cepat dan meninggalkannya- bahkan sudah terlihat kecil. Jauh sekali.
"Winwin-ssi! tunggu!" teriaknya pada akhirnya.
"Winwin-ssi!" Panggilnya terengah-engah, masih pada usahanya berlari kecil. Sekecil mungkin agar tidak melukai bayinya.
"Winwin-ssi!.." Panggilnya lagi. Penuh arti, seolah itu adalah panggilan terkeras yang ia bisa. Ia berhenti, sudah tidak mampu lagi. Nafasnya kemudian ia stabilkan.
Sayup sayup laki-laki yang terlihat jauh itu berbalik, kemudian berlari kecil ke arahnya, tubuhnya semakin terlihat besar pertanda sudah semakin dekat. Matanya berusaha menatapnya meski semburat surya menghalanginya. Pada jarak yang sudah dekat laki laki itu berdiri, sejurus kemudian tangannya diulurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Orange
FanfictionJang Geunmin, gadis biasa yang menempuh study di bidang fashion design harus merelakan sepersekian persen hidupnya untuk menjalani hari hari sukar. Dari sekian banyak manusia di Korea, ia bertemu dengan Winwin Dong pada suatu waktu. Dosen muda berke...