15

1.6K 360 76
                                    

Tidak seharusnya Geunmin menarik diri dari jangkauan Bibi Shin yang tengah sibuk memilih dan memilah sayuran.
Tapi sebuah selebaran yang tertempel pada sebuah papan menarik perhatiannya.

"Permisi!"

"Permisi!"

Geunmin berjalan berdesakan, melawan kerumunan yang  berlawanan arah.

"Pe-permisi!"

Dengan susah payah Geunmin berjinjit, berusaha menangkap informasi dalam selebaran itu, yang jika ditinjau dari gambarnya, selebaran itu memuat informasi tentang fashion design dan semacamnya. Ya, tidak salah lagi.

Belum sempat ia menangkap satu informasi pun, kertas itu sudah dicopot paksa oleh seseorang berseragam. Orang itu kemudian menempel sebuah selebaran baru yang memuat informasi tentang lomba memasak dan promo sebuah distro. Lalu kertas  selebaran sebelumnya dibuang pada sebuah tong sampah.

Dengan hasrat yang menggebu, Geunmin menyambangi tong sampah itu, sedikit mengobrak abrik isinya kemudian mendapat yang ia harapkan. Kertas itu.

Geunmin membaca tuntas isi kertas itu dengan antusias,

bercampur tegang.

Mengamati dengan seksama, perempuan itu dibuat melotot.

Perlombaan dengan berbagai hadiah besar?

Wah.

Hadiah utama pergi ke Paris, hadiah kedua mendapat sebuah bangunan butik, dan hadiah ketiga mendapat sejumlah uang.

Geunmin ingin sekali.

Ingin sekali mendapat hadiah nomor dua.

Bukan untuknya, untuk eomma.


"Geunmin-ssi?"

"Geunmin-ssi?!"


"Bibi awas!!"

Brakkk!!


























Winwin membawa kotak obat pada tangan kanannya, kemudian tangan kirinya memegang erat satu gelas air tawar. Laki-laki itu tampak memutar bola matanya.

Tak mengucapkan kalimat apapun, ia justru memukul kepala perempuan itu pelan.

"Kenapa harus jatuh?" Tanyanya ringan.

"Saya juga tidak ingin jatuh"
Geunmin mengusap rambutnya tak berarti atas pukulan kecil yang diberikan Winwin pada kepalanya.

Laki-laki itu memang cukup berani sekarang.

"Kalau tidak ingin jatuh kenapa jatuh?"

Tidak berniat menjawab pertanyaan aneh itu, Geunmin hanya menghela nafas. Menurutnya seseorang yang keras kepala memang seperti itu, terus menjejali pertanyaan yang tidak ada ujungnya.

"Kalau tidak ingin jatuh, jangan jatuh"

"Mungkin Bibi Shin ingin jatuh, jadi seharusnya kamu tidak perlu menolongnya seperti itu. Kalau seperti ini, justru kamu yang jatuh"

Mana ada orang yang ingin jatuh? Dan—tidak perlu menolongnya?
Sungguh, Bibi Shin harus mendengar ini, supaya ia tau bahwa Winwin-ssi yang ia banggakan adalah orang yang aneh!

Geunmin terdiam, beralih pandang pada jendela, atau apapun.

"Seharusnya saya marah, karena kamu jatuh, jatuh berarti melukai bayinya, dan itu salah"

Lalu kenapa tidak marah?

Laki-laki itu bahkan bicara tenang dan ringan kali ini, membuat Geunmin seperti mendapat ruang untuk bicara tenang pula.

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang