17

1.6K 369 93
                                    


Geunmin mencuci tangannya setelah berkutat pada sayur sayuran ditangan. Mencuci, mengoles topping, hingga akhirnya sampai pada pengemasan terakhir pada kotak makan, ia mengerjakannya hanya dalam hitungan menit.

Denting arloji bersua, menyapa Geunmin untuk segera mengambil sarapan pagi khususnya, susu dan bubur kemasan. Bibi Shin membelikan khusus untuknya.

Terkadang ia tertawa, harusnya Bibi Shin saja yang jadi ayahnya.

Berniat beranjak, namun matanya tertahan mengamati sekotak salad disampingnya. Arah pandangnya kemudian beralih menuju ruangan lantai dua rumah itu. Atau lebih tepatnya menuju sebuah kamar yang pintunya terlihat dengan jelas dari tempatnya berdiri.
Tak berselang lama, pintu itu terbuka, menampilkan sesosok laki-laki yang sudah rapi dengan kemeja dilapisi jaket dan tas menggantung di bahunya.

Tak beralih pandang sama sekali, Geunmin mengamati setiap pergerakan laki-laki itu. Hingga akhirnya selesai menuruni anak tangga dan melintas di hadapannya

dengan acuh.

"Winwin-ssi,
"t-tunggu"

Winwin dengan langkahnya yang hampir mencapai ruang tamu terhenti.

"Salad"

Geunmin menyodorkan kotak makan berwarna biru itu.

"Salad untuk bekal" Jelas Geunmin lagi.

"Saya tidak meminta."

"Saya memberi, tolong diterima"

Winwin mengerutkan kening.

Menatap kotak makan dengan ragu, Winwin kemudian meraihnya. Melanjutkan langkahnya dengan begitu tenang.


"E- Winwin-ssi!"

Winwin menoleh —lagi.
Menatap tanpa arti.











"Hati-hati"

Sempat terdiam cukup lama, Winwin akhirnya tersadar, mengangguk samar, dan berjalan tenang tanpa meninggalkan ucapan.

Meski begitu ekor matanya sempat melirik.

Ada yang aneh dengan perempuan itu.



Menatap dari kejauhan, Geunmin menghela nafas. Ditemani suara detak jam dinding yang memenuhi ruangan.

Ia kemudian beranjak, mengambil bubur kemasan untuk dimasaknya. Bubur yang sudah terbiasa menyambangi indra perasanya.
Juga, perutnya.

Entah mengapa, ia tiba tiba merasa lelah.

Ia lelah berpura pura.

Ya, perempuan itu telah menyadari bahwa,

Ia sudah terlanjur menyayangi apa yang ada padanya saat ini.
Semua menjadi  rumit. Ada sesuatu rasa yang membuatnya sesak ketika ia menyadari bahwa waktunya untuk bersama bayi itu tidak akan lama lagi.

Otaknya bahkan sudah terlalu lelah untuk berpikir bagaimana ia harus menyikapi semuanya.

Yang terjadi pada akhirnya hanyalah sebuah bulir bening yang selalu memaksa keluar dari kelopak matanya.

                                





























"Enak"

Winwin mengangguk mengiyakan tanpa ekspresi, menyaksikan salad yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas nya telah hilang setengahnya.

Termakan dengan sempurna oleh perempuan yang terlihat lapar itu.
Choi Nana.

"Kenapa tidak suka?"

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang