Geunmin terkekeh.
"Menikah?""Jungwoo-ya! Tidak bisakah kau sehari saja tidak bercanda seperti itu" Menggeleng tak mengerti dengan sisa sisa kekehnya, Geunmin kemudian beranjak. Berjalan ringan ke depan melintasi alur jalan setapak di hadapan.
Jungwoo sempat memandang bergantian cincin dalam genggamannya dan Geunmin yang hanya terlihat punggung. Lalu berlari kecil mengekori.
Jungwoo tertawa kecil. Mata sendunya berpadu dengan senyum polosnya "Tapi aku tidak sedang bercanda"
Geunmin terhenti, sempat menatap netra berbinar itu sebelum akhirnya memukul ringan dada Jungwoo dengan tasnya.
"Lucu sekali Kim Jungwoo" Ungkapnya kemudian kembali berjalan.
"Apa ini terlalu lucu untukmu" Jungwoo berucap dari kejauhan, sebab ia tidak juga memulai langkahnya mengikuti Geunmin. Nadanya terdengar serius, membuat Geunmin berhenti melangkahkan kaki.
"Apa ini terlalu lucu untukmu?" Tanya Jungwoo lagi. Air wajahnya seolah sudah mengerti akan jawabannya. Namun tetap saja Jungwoo mengulang kalimat itu.
Geunmin sempat menarik nafas, kemudian berbalik "Ini terlalu lucu untuk semesta!"
Geunmin menyeru.
Keduanya sama-sama diam. Berdiri berhadapan dengan nafas yang sama-sama tersengal karena emosi tertahan.
"Bagimu aku hanya—"
"Bagiku kau segalanya. Ingat itu. Kau segalanya, Kim Jungwoo."
Jungwoo menelan saliva, membuang tatapannya ke sembarang arah.
"Tapi segalanya bukan berarti kau harus jadi milikku dan aku jadi milikmu" Lanjut Geunmin lagi.
"Omong kosong macam apa.." Desis Jungwoo.
"Terserah bagaimana kau menganggap ucapanku, tapi bagiku 'segalanya' adalah lebih dari cukup untuk mengungkap perasaan. Murni ada karena rasa nyaman, aman, dan menghargai."
"Sesederhana itu, tapi bisa jadi lebih berarti dari kata 'cinta' yang biasanya mengharuskan untuk saling memiliki"
Jungwoo terhenyak, kemudian hening menyelimuti taman untuk sepersekian detik.
"Tolong jadi lah Kim Jungwoo yang sesungguhnya. Yang menghargai setiap hati manusia. Terlebih perempuan, dan terlebih itu adalah Kim Minkyung—calon istrimu."
Geunmin melangkah maju, kini jarak keduanya menjadi dekat, kemudian tangannya terulur untuk menepuk pelan dada Jungwoo "Disini pasti ada cinta"
"Cukup percaya saja dulu."
Jungwoo meraih tangan itu, kemudian melepasnya dari dadanya.
Jungwoo mengangguk, ada banyak hal yang memenuhi kepalanya.
Sejujurnya masih ada sesuatu terpendam yang tidak bisa ia ungkapkan. Soal ketakutannya pada hubungan Geunmin dan Winwin. Ia hanya tidak ingin perempuan itu menangis lagi. Tapi penolakan dengan segudang argumen kuat berbalut cinta milik Geunmin membuatnya harus menyudahi semuanya."Kau harus bahagia, berjanjilah padaku" Kalimat itu yang akhirnya keluar dari mulutnya. Sebab memang hanya itu yang dapat menjadi penenangnya. Perempuan itu harus bahagia. Jungwoo harap begitu.
"Harusnya aku yang bicara seperti itu."
"Kalau begitu kita sama-sama berjanji"
"Nee"
Brrrrrrr!!!!
Sejumlah burung tiba-tiba melintas bersamaan menanggalkan bulu bulu yang terbang melayang layang diantara kedua insan yang sama sama sedang menghembus nafas lega atas apa yang baru saja mereka ungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Orange
FanfictionJang Geunmin, gadis biasa yang menempuh study di bidang fashion design harus merelakan sepersekian persen hidupnya untuk menjalani hari hari sukar. Dari sekian banyak manusia di Korea, ia bertemu dengan Winwin Dong pada suatu waktu. Dosen muda berke...