30

1.2K 241 62
                                    

Sudut sudut ruang yang dihiasi lukisan, foto foto ilmuwan, dan berbagai kata kata motivasi sudah tampak sempurna.

Beberapa tanaman dalam pot antik juga menghiasi sudut sudut ruang perpustakaan itu.

Dua sosok manusia yang sedang berbenah di dalamnya menjadi satu satunya yang bergerak.

"Winwin"

"Hm"

"Apa yang lebih pedih dari kesendirian?"

Winwin yang tengah membaca sebuah buku mengangkat wajahnya mengernyit.

"Entah ?"

Nana tersenyum tipis
"Tidak ada"

Mengangkat kedua alisnya, tubuhnya yang semula santai menyender pada dinding rak mulai ia tegakkan.

Menggeleng dengan senyum miring yang tipis, Winwin tidak mengerti arah bicara Nana.

Merapikan buku-buku pada rak, Nana menghentikannya kemudian.

"Ya, tidak ada. Tidak ada yang lebih pedih dari kesendirian. Bagiku, kesendirian adalah yang paling pedih"

Winwin meletakkan kembali buku pada tempat semula, lalu memandang Nana dengan pandangan
berhati-hati.

Mengulum bibirnya beberapa kali, Choi Nana seperti ingin mengatakan sesuatu, namun selalu urung.
Mengulum lagi, urung lagi.
Cukup lama, namun rongga dadanya memaksa untuk mengeluarkannya.

"Maaf" Ucap perempuan yang tiba-tiba kehilangan arah pandangnya itu.

Winwin menautkan kedua alisnya, kemudian mencoba menelisik wajah perempuan yang menunduk itu lalu berusaha menatapnya. "Untuk?"

"Maaf, karena-"

"Karena-"

"Aku membuatmu jadi ikut sibuk merapikan perpustakaan ini"

Winwin mendengus "Alasanmu tidak masuk akal Choi Nana"

"Katakan" Ucap Winwin dengan kedua tangannya meraih bahu milik perempuan itu. Tatapan matanya sulit diartikan, tapi iris kecoklatannya mengunci tatapan pada sosok Choi Nana.



"Maaf."

"Maaf aku seolah merebutmu dari Jang Geunmin"

"Aku- "

"aku-"

Nana menghela nafas panjang.
"Inilah mengapa aku mengatakan kesendirian adalah yang paling pedih"
Nana berucap, airwajahnya nampak sendu.

"Aku hanya punya kau untuk jadi teman seperti ini. Hanya kau, laki-laki yang bahkan sudah milik orang lain"

Winwin mengerut "Kau punya banyak teman bukan?"

"Aku mudah mengenal dan dekat, namun tidak untuk melekat. Aku merasa tidak punya siapapun"

"Bertahun-tahun selalu menjadi pendengar, berusaha menjadi yang terbaik untuk siapapun yang sedang membutuhkan"

"Apa yang orang orang lihat adalah aku si gadis ceria yang mudah tersenyum, baik pada siapapun, dan hidup bahagia"

"Padahal itu adalah usaha. Aku hanya sedang berusaha, menjadi baik, lebih baik, dan lebih baik."

"Karena beranjak dewasa itu tidak mudah, terlebih ditengah kesendirian yang tidak aku suka. Terkungkung hidup bersama appa"

"Kau pasti tau, bagaimana rasanya tidak pandai menemukan seseorang yang pas, yang mengerti bagaimana diri kita"

"Sejauh ini hanya kau yang ku percaya."

"Bahkan appaku sendiri, aku tidak percaya padanya"

Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang