1

5.1K 624 44
                                    

"Winwin-ssi" Suara panggilan yang nyaris seperti bisikan itu muncul dari depan pintu kamar tamu. Membuat sang empunya nama menghentikan langkah.

Masih dengan tas menggantung pada bahu, laki-laki yang baru saja menginjakkan kaki pada ruang tamu itu berbalik dan menunggu sang pemilik suara meneruskan ucapannya.

Tak ada suara, kemudian dengan helaan nafas, laki-laki itu berujar,

"Katakan apa yang perlu dikatakan"

Jang Geunmin, perempuan yang berdiri satu meter didepan laki-laki itu tak mengucap apapun, tapi kemudian menyodorkan sebuah benda kecil berbentuk pipih.

Winwin terdiam sebentar, memandang perempuan di hadapannya datar, lalu sejurus kemudian mengambil benda itu dengan gerak tangan ragu.

Dilihatnya sebuah benda yang diketahuinya bernama testpack.

Tertanda dua garis merah.

Deg.

Dua garis merah. Baik. Hatinya terdesak.

Ada rasa terkejut. Terkejut yang sudah pada level akut.

Kemudian disusul oleh rasa ingin tersenyum. Tersenyum merekah yang bahkan entah atas dasar apa.

Tapi ada juga sesuatu lain yang kemudian menahannya untuk tidak melanjutkan rasa itu.

Winwin tercekat, sebentar. Berusaha mengatur nafas dan menyembunyikan gigitan yang telah ia lakukan pada bibir bawahnya diam diam.

Tolong, ia benar benar ingin tersenyum, tapi sesuatu lain menahannya.

"Ehm" Laki laki itu berdehem. Menstabilkan sorot matanya
"Bagus" Lanjutnya datar.

Hanya itu saja.

Ya, hanya itu saja, tidak ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang biasa dikatakan oleh calon ayah manapun.

"Tidak akan ada yang berubah selama baju bajumu masih muat untuk dipakai. Tidak ada juga yang berubah dari cara makanmu, kan?"

"Jadi, belum ada sesuatu yang perlu kita bahas"
Ucap Winwin mengambil kesimpulan sepihak, kemudian berjalan meninggalkan perempuan itu dan meletakkan benda kecil yang sedari tadi digenggamnya pada meja ruang makan.

Geunmin terdiam pada tempatnya.
Menatap punggung laki-laki yang hilang dimakan jarak. Terlihat menaiki tangga, menuju lantai dua untuk sampai pada kamarnya.

Menghela nafas, Geunmin merasa laki-laki itu terkesan biasa saja.
Tidak, ia tidak mengharap perlakuan istimewa, ia hanya heran, sebab seharusnya laki-laki itu merasa senang atas keinginannya yang sudah hampir terwujud.

Tapi sudahlah, Geunmin tak ambil pusing dengan hal itu. Untuknya, mau peduli atau tidak, itu urusannya. Peduli bukan sebagai suami terhadap istri, tapi sebagai ayah terhadap anak. Dan satu yang selalu diingat, mereka menikah, tapi tidak kemudian menjadi sepasang suami istri, begitu prinsipnya.

                                






















Winwin membasuh seluruh permukaan wajahnya dengan perlahan, sesekali menatap pantulan wajahnya melalui cermin. Mengingat sesuatu yang terjadi sebelumnya, diam diam ia tersenyum. Ada sesuatu rasa yang tidak bisa ia tahan kali ini. Sesuatu yang terasa bahagia.

Berkali-kali ia mengambil nafas dan membuangnya. Menstabilkan degup jantung marathon yang masih tersisa.

Seharusnya ia tidak merasakan apapun, sebab semua yang terjadi hanyalah drama karyanya.
Tapi tiba tiba momen yang baru saja terjadi menjadi sesuatu spesial baginya, dan tiba tiba juga,
Ada sesuatu rasa pada Geunmin yang berubah.
Entah apa, tapi ada.











Blue and Orange Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang