Bersama kertas kertas di meja, Geunmin menghabiskan harinya. Beberapa waktu terakhir ia bahkan menghabiskan malamnya untuk menyelesaikan beberapa sketsa yang selalu berujung gagal. Mengulang lagi, dan lagi, sudah menjadi biasa baginya. Tapi tak apa, bahkan jika harus mengulang hingga seribu kali untuk menciptakan karya yang sempurna, ia bisa, ia sanggup. Ya, karena ini soal perlombaan itu, perlombaan berhadiah butik.
Mungkin terdengar sederhana, namun sebuah butik sepertinya mampu menjadi peyelamat akan kejiwaan sang eomma. Geunmin harap, ia akan bisa mendapatkannya.
Tok! Tok!
"Geunmin-ssi?"
Bibi?
"Tunggu sebentar"
Geunmin menata sebagian lembar lembar yang berantakan, lalu beranjak menuju pintu kemudian.
Ceklek..
"Iya, Bi? Adakah yang perlu saya bantu kerjakan?"
"Ah, tidak, Geunmin-ssi. Saya hanya ingin pamit pulang"
Geunmin sedikit mengernyit, lalu berusaha menjangkau jam dinding di sisi kanan, rupanya ia baru menyadari bahwa petang bahkan sudah menjelang.
"Tidak biasanya?" Tanya Geunmin menatap miring "Tidak biasanya bibi pamit kepada saya seperti ini" Lanjut Geunmin.
"Iya, Bibi hanya memberitahu karena Bibi ingin menitip roti bakar, sup, dan salad buah yang sudah Bibi siapkan untuk Winwin-ssi malam nanti"
Geunmin menautkan alis, merasa tidak paham akan ketidakbiasaan itu.
"Ah, Winwin-ssi demam hari ini" Jelas Bibi"Jadi Bibi sudah menyiapkan hidangan hidangan itu, ada di dapur"
"O-oh.. baik, Bi"
"Kalau begitu, saya permisi"
"Hati-hati, Bi"
Ceklek
Menutup pintu itu, Geunmin melangkah menuju kursi kerjanya. Terduduk berpikir, mulai menyadari bahwa tak ada suara mobil seperti hari hari biasanya. Ya, Winwin tidak pergi bekerja hari ini.
Menggeleng pelan, Geunmin kemudian membereskan seluruh kertas kertas di meja. Rupanya memang benar, musim penghujan telah menghangatkan suhu tubuh laki-laki itu, bahkan kini membuatnya demam.Baru juga sehari sebelumnya Geunmin memperingati, laki-laki itu sudah jatuh sakit hari ini.
Beranjak menuju dapur, Geunmin mulai menghangatkan sup dan lainnya, ia juga menambahkan susu hangat buatannya sendiri untuk menjadi penambah menu hidangan itu.
Beranjak dengan nampan di tangan Geunmin menaiki anak tangga dengan pelan dan berhati-hati. Langkahnya berhenti ketika sebuah pintu yang tampak sedikit terbuka sudah berada di ujung mata. Melangkah perlahan, ia mulai masuk ke dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Orange
Fiksi PenggemarJang Geunmin, gadis biasa yang menempuh study di bidang fashion design harus merelakan sepersekian persen hidupnya untuk menjalani hari hari sukar. Dari sekian banyak manusia di Korea, ia bertemu dengan Winwin Dong pada suatu waktu. Dosen muda berke...