Suasana kafe yang saat ini Alvin dan Sista tempati cukup banyak di padati pengunjung.
Ya, waktu mereka berdua memasuki kafe ini, pengunjungnya memang sudah banyak. Tapi semakin larut nya waktu, semakin banyak pula pelanggan yang datang.
Alvin dan Sista saat ini tengah duduk di meja yang dekat dengan jendela kafe. Tempat yang begitu menarik. Karena bisa melihat keadaan dari luar.
"Tumben kamu ajak aku ke kafe? Ada apa Al?" Tanya Sista.
"Mm... Sekedar ngeluangin waktu lebih lama sama kamu. Jadi, aku ajak kamu ke sini," ucap Alvin.
Sista sedikit terkekeh mendengar ucapan Alvin.
"Al, ucapan kamu seperti menandakan kalau kamu mau pergi jauh aja," kata Sista seraya menggelengkan kepala.
"Memang benar, Sis," batin Alvin.
"Tapi Al, apa kamu memang nggak lagi ada masalah?" Tanya Sista.
"Nggak. Itu pun kalau ada, aku pasti kasih tau."
"Oh gitu."
Mereka berdua pun melanjutkan kegiatan makannya.
Sambil makan, Alvin masih terus berpikir perihal keputusan Papanya. Apa Sista akan menerima dengan lapang dada atau tidak? Hal ini yang akan menjadi masalah nantinya, jika Sista tahu.
"Mmm... Sis?"
"Iya Al?"
"Aku mau ngomong sesuatu ke kamu. Sebenarnya, ada sih. Tapi aku takut, kalau kamu nggak setuju soal ini."
"Tuh kan, aku juga bilang apa. Dari muka kamu aja, aku udah tau, kalau kamu lagi ada masalah. Yaudah, sekarang kamu cerita ke aku," ucap Sista.
"Jadi gini——"
Ucapan Alvin terpotong karena suara dering ponsel Sista.
"Tunggu dulu ya Al. Ini Papa aku nelfon," kata Sista.
Alvin perlahan mengangguk.
Sista segera bangkit dari kursinya untuk mengangkat telfon.
Sementara itu, Alvin sudah merasa gelisah ingin menyampaikan hal ini kepada Sista. Ia sudah tidak tahan menyimpan ini. Alvin hanya bisa pasrah jika hal yang ia takutkan itu terjadi.
"Iya Pa. Aku bakal pulang sekarang," kata Sista.
Lalu telfon pun dimatikan.
"Papa kamu ngomong apa?" Tanya Alvin saat Sista sudah kembali.
"Papa nyuruh aku pulang sekarang. Katanya ada urusan mendadak. Dan dia butuh aku sekarang," ucap Sista seraya mulai merangkulkan tas ranselnya.
"Oh, yaudah kalau gitu."
"Kamu nggak marah kan, kalau aku tinggal sendiri?"
"Nggak kok. Pulang aja. Katanya ada urusan mendadak."
"Oke deh, kalau kamu nggak marah. Kalau soal masalah yang tadi mau kamu omongin, nanti kita bisa bicarakan lagi."
Alvin mengangguk.
Sista pun pergi dari hadapan Alvin.
"Justru malah sebaliknya Sis. Kamu yang bakal marah kalau aku tinggalin kamu sendiri," gumam Alvin.
Setelah tiba di rumah, Sista segera masuk ke dalam rumah dengan langkah yang terburu-buru.
"Papa aku pu...lang..."
Ucapan Sista perlahan terhenti saat melihat Papanya yang tengah duduk di ruang tamu dengan seorang cowok yang Sista tidak kenali.
"Eh, Sista. Sini duduk sayang." Kata Papanya.
Sista memasang tampang kesalnya seraya berjalan menuju ke arah Papanya.
"Papa nyebelin banget. Tadi aku kira Papa ada masalah di rumah. Jadi aku buru-buru pulang," kata Sista.
Papa Sista bangkit dari duduknya lalu mengajak putrinya itu keluar sebentar.
"Ada apa sih Pa?" Tanya Sista.
"Sista, tadi Papa sengaja telfon kamu dengan alasan urusan mendadak, supaya kamu cepat pulang dan ketemu dengan anak teman Papa," jelas sang Papa.
"Oh, cowok itu?" Tanya Sista seraya melirik-lirik ke arah cowok yang ia lihat.
"Terus, apa tujuan Papa ngenalin aku sama dia?" Tanya Sista lagi.
"Papa mau kamu dekat sama dia. Kalau bisa kamu pacaran sama dia."
"Ih, Papa apa-apaan sih? Nggak. Aku nggak mau dekat dan pacaran sama dia. Lagian, aku udah punya pacar Pa."
"Siapa? Si Alvin itu?"
"Iya. Lebih baik aku sama Alvin daripada aku harus dekat dengan orang yang nggak aku kenal sama sekali," ucap Sista lalu tanpa permisi, ia pun masuk ke dalam rumah menuju ke kamarnya. Tak perduli jika anak teman Papanya itu melihatnya.
"Mm... Nak Dito, maafkan tingkah anak saya ya. Maklum, dia tadi rada agak emosi, karena lagi banyak tugas," opininya.
"Nggak Pa-pa Om. Saya juga ngerti kok. Yaudah, kalau gitu saya pulang dulu Om."
"Iya, hati-hati."
Setelah Dito pergi, Papa Sista segera naik ke atas. Ia harus menemui Sista. Beliau serasa sudah di permalukan oleh putri nya sendiri dihadapan anak temannya.
"Sista, buka pintunya!"
Tidak lama setelah itu pintu kamar Sista terbuka.
Tanpa aba-aba sekalipun, Papa Sista segera menarik tangan anaknya itu masuk ke dalam kamarnya dan mendorong Sista dengan begitu kasar. Membuat Sista menitikkan air matanya.
"Berani-beraninya ya, kamu berhubungan sama si Alvin itu. Kamu tau kan, kalau Papa nggak suka sama dia. Tapi kamu masih saja mau berhubungan sama dia." Ucapnya dengan penuh amarah.
Sista segera berdiri lalu berkata, "tapi apa alasan Papa nggak suka sama Alvin? Dia laki-laki yang baik untuk Sista Pa. Dia setia sama aku, selalu ngertiin aku. Tidak seperti cowok yang Papa kenalin tadi ke aku. Aku nggak kenal sama dia. Dan latar belakangnya aja nggak jelas——"
Ucapan Sista terhenti karena sebuah tamparan dari Papanya.
"Berhenti kamu bilang seperti itu! Dito itu lebih baik daripada Alvin. Dito anak dari teman Papa. Jadi Papa tau bagaimana sikap dia. Tidak seperti Alvin. Apa yang bisa kamu banggakan dari dia? Ha? Pergi sekolah saja naik motor. Tidak pernah bawa mobil. Papa mau, kamu putus dari Alvin."
"Nggak Pa. Aku nggak mau. Sampai kapan pun itu, aku nggak akan pernah mau putus dari Alvin. Meskipun Papa ngancam."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Sista pergi dari hadapan Papanya.
"Meskipun kamu tidak mau putus dari Alvin, Papa akan cari cara untuk memisahkan kamu," gumam Papanya.
~To be continued~
Aku kasih pict nya Dito nih, guyss!!!
Gimana? Ganteng nggak??? 😄 Ohhh pastinya ganteng dong... Siapa juga sih yang bilang nggak ganteng? 😅 Matanya udah bermasalah tuh, kalo dia ngeliat Dito nya nggak ganteng 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?