Tertembak 🔫

51 1 0
                                    

Setelah mendapatkan telfon dari orang misterius, Ani segera ke rumah sakit. Di sana, ia melihat keberadaan Alvin yang tengah menjaga Sila.

Ani langsung membawa Alvin keluar dari ruang rawat Sila.

"Ada apa Ma?"

"Dimana Papa kamu?"

"Papa? Tadi dia bilang mau mampir makan dulu di restoran seberang rumah sakit."

"Perginya udah dari tadi?"

"Ya... Sekitar satu jam lah. Emang kenapa Ma?"

"Alvin, Papa kamu di sekap 😟"

"😳 Apa?! Mama jangan bohong"

"Tidak, Nak. Mama tadi dapat telfon dari orang yang tidak di kenal. Dan orang itu menyekap Papa kamu."

"Yaudah, sekarang kita cari Papa. Mama tau kan, dimana tempatnya?"

Ani menggeleng.

"Terus gimana cara kita nemuin Papa kalau kita nggak tau dimana lokasinya. Apalagi ini Spanyol, Ma. Bukan Indonesia. Coba Mama telfon balik orang itu."

Ani mengangguk dan segera mengutak-atik ponselnya dan segera menelfon balik orang tersebut.

Tapi hasilnya nihil. Nomor yang ia tuju tidak aktif. Membuat Alvin dan juga Ani malah semakin khawatir.

"Oke, kita pakai aplikasi pelacak nomor HP."

Alvin segera mengeluarkan ponselnya dan mulai melacak nomor ponsel yang telah menghubungi Mamanya. Tak lama kemudian, akhirnya Alvin menemukan dimana letak Papanya di sekap. Setelah menemukan di posisi si pemilik ponsel, Alvin dan Ani segera pergi ke tempat itu.

Tak lama setelah kepergian Alvin, yang sebelumnya tidak sempat pamit pada Sila, ponsel gadis itu pun berdering. Membuat sang empu terbangun dari tidurnya.

"Iya Al? Kenapa?"

"Maaf, gue nggak sempat pamit ke lo sebelumnya. Gue dan Mama harus pergi  nyari Papa."

"Kirain tadi Om Ali pergi makan. Tunggu dulu. Dari nada bicara kamu, kok kedengarannya kayak khawatir gitu. Ada masalah Al?"

"Ini gawat Sil!"

"Ga.. gawat kenapa?"

"Papa di sekap sama orang yang nggak di kenal."

Spontan Sila langsung terbangun.

"Apa?! Jadi sekarang gimana Al?"

"Gue sama nyokap bakal nyusul Papa. Jadi lo, nggak usah khawatir. Gue udah hubungin orang tua lo untuk dateng ke situ."

"Ah iya. Kamu hati-hati ya. Utamanya Tante Ani juga. Semoga kamu berhasil"

"Iya."

Telfon pun di matikan. Bertepatan dengan itu, orang tua Sila datang.

"Ada apa sayang?" Tanya Dinda—Mama Sila.

"Ma, Pa, Alvin tadi telfon aku. Katanya Om Ali di sekap sama orang yang nggak di kenal 😟"

Refleks kedua orang tua Sila kaget.

"Loh, kenapa bisa begitu? Padahal sebelumnya kan, Ali baik-baik saja pas datang ke sini," kata Fahri—Papa Sila.

"Aku juga nggak tau Pa." Sila terdiam sejenak. Lalu kembali menatap Fahri, "Pa, apa hari ini aku udah bisa pulang?"

"Belum sayang. Kata dokter, kamu masih perlu di rawat. Tubuh kamu masih belum sembuh total dan masih kelihatan lemah. Tadi Mama dan Papa baru saja menemui dokter. Jadi kamu masih harus tetap di sini dulu."

Sila hanya bisa memasang raut wajah sedih kala ia mendengar penuturan Mamanya.

🍁🍁🍁

"Bagaimana? Apa semuanya berjalan seperti yang kita sudah rencanakan?"

"Sudah bos. Sekarang kondisinya sudah tidak berdaya. Dan kami juga sudah mengabari anak dan istrinya. Jadi selanjutnya, apa yang harus kami lakukan bos?"

"DIMANA PAPA SAYA!" seru Alvin.

Suara dari Alvin sontak membuat dua orang pria paruh baya itu terlonjak kaget bukan kepalang.

Dua pria paruh baya itu hanya tertawa renyah. Seakan-akan yang diserukan Alvin, hanya sebuah candaan belaka.

"KALAU KALIAN TIDAK MEMBERITAHUKAN DIMANA KEBERADAAN PAPA SAYA, SAYA AKAN BERTINDAK KASAR PADA KALIAN!!"

"Kami akan kasih tau dimana. Tapi ada syaratnya 😏"

"Apa?! Ha?!"

"Serahkan sertifikat perusahaan Papa mu pada kami, baru kami kasih tau dimana Papa mu."

"Apa-apaan ini?! Kenapa kalian minta hal berharga itu? Atas dasar suruhan siapa?!" Ucap Ani.

"Yasudah, kalau tidak mampu memenuhi syarat yang kami minta, tidak apa-apa. Tapi, nyawa suami ibu akan mati saat ini juga," ucap salah seorang pria paruh baya itu lalu mengkode temannya itu untuk segera membawa tawanannya—Ali. Sebuah taktik yang sudah direncanakan sebelumnya, agar sang empu memenuhi syarat yang di minta.

Ani refleks ingin menghampiri sang suami yang sudah lemah tak berdaya dengan kedua tangan yang sudah diikat ke belakang serta luka-luka yang sudah memenuhi wajahnya, namun Alvin menghalanginya.

"Jangan Ma. Mama bisa celaka kalau ke sana. Intinya, Mama di sini saja. Biar Alvin yang menghadapi orang-orang itu."

Ani menggeleng, "😭 jangan Nak. Lebih bahaya lagi kalau...."

"Nyawa Mama dan Papa lebih berharga daripada nyawa aku. Jadi tolong Mama jangan hentikan aku."

Ani hanya terdiam mendengar penuturan Alvin.

Tanpa ancang-ancang Alvin langsung menojok wajah kedua pria itu. Sehingga membuat mereka tersungkur. Kedua pria itu pun tidak mau kalah. Mereka segera bangkit dari ketersungkurannya seraya memegang pipinya yang terasa sakit.

Baru saja mereka ingin menghajar Alvin, namun dengan cepat Alvin menyodorkan pistol 🔫 pada mereka, spontan kedua pria itu mengangkat kedua tangannya.

"Kalau sampai kalian berani mendekat, saya nggak akan segan-segan menembak kalian berdua!"

"Oke."

Alvin kembali menyadarkan Ali yang sudah lemah tak berdaya dengan luka-luka yang ada di wajahnya.

Ali pun sadar. Membuat Alvin segera membuka ikatan yang ada di tangan ayahnya itu.

Namun, ada satu hal yang membuat Alvin tidak sadar. Pistol 🔫 yang ia pegang tadi sebagai bentuk ancaman, ia letakkan di sampingnya. Membuat kedua pria itu tersenyum licik. Dan salah satu diantaranya segera mengkode untuk mengambil pistol 🔫 itu.

"Ayo Pa. Kita harus keluar dari sini."

Setelah berhasil melepaskan ayahnya, Alvin pun membopong Ali. Ya, sekali lagi Alvin melupakan benda yang sudah tadi ia pegang. Membuat kedua pria itu jadi tersenyum licik.

Ani yang melihat salah seorang pria itu mulai ancang-ancang mengambil posisi untuk menembak. Dan....

Dorrr...

~TBC~


Siapa yang tertembak? Alvin, Ali, atau Ani?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang