Merasa Ciut

20 2 0
                                    

Andre yang mendapat kiriman video dari Pak Somad menjadi geram. Bisa-bisanya ia telah dibodohi oleh putrinya sendiri tanpa sepengetahuannya.

"Anak itu masih ngotot juga ketemu Alvin." Kata Andre.

🍁🍁🍁

Saat ini, Alvin dan Sista tengah berada di sebuah kafe. Mereka berdua terpaksa berada di tempat ini karena ada Sila dan Dito di taman. Seandainya kedua manusia itu tidak ada, mungkin Sista dan Alvin hanya membicarakan masalah mereka di taman saja.

Usai menyeruput jusnya, Sista mulai berkata, "Al. Kamu kok bisa barengan ama Sila?"

"Sila itu sepupu aku."

Sista yang kembali menyeruput jusnya, tiba-tiba jadi tersedak.

"Kamu kok nggak pernah bilang sama aku kalau Sila itu sepupu kamu? Padahal udah lama loh, aku temenan sama dia. Dan Sila nya juga nggak bilang-bilang kalau punya sepupu dan itu kamu."

"Gimana caranya Sila bisa bilang, kalau kamu nggak nanya? Kan aneh, kalau dia langsung ngomong gitu aja."

Sista terkekeh.

"Sis?"

"Iya?"

"Aku ngerasa kalau, orang tua ku sepertinya nggak setuju sama hubungan kita," ucap Alvin dengan nada pasrah.

"Masa sih? Nggak, nggak. Aku nggak percaya. Mungkin Mama kamu aja yang nggak setuju. Kali aja, Papa kamu yang setuju," ucap Sista.

"Masalahnya, Papa aku sekarang susah diajak bicaranya."

Sista mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

Alvin memperbaiki posisi duduknya.

"Gara-gara Sila yang mau nginep di rumah, Papa ku sekarang jarang ngomong ke aku. Dia lebih memilih banyak ngobrol ke Sila tentang keadaan keluarganya."

"Jadi maksud kamu, sekarang Papa kamu jadi tidak perduli lagi sama kamu? Gitu?" Kata Sista.

Alvin menghela napasnya.

"Bukan begitu maksudnya Sista."

"Terus?"

"Maksudnya gini. Kalau aku liat dari sudut pandang ku, Papaku kayaknya mau deketin aku sama Sila."

"Apa?"

"Iyya." Alvin menggenggam tangan Sista.

"Aku mau kamu ke rumah aku untuk menjelaskan semuanya biar masalah ini cepat selesai. Ayo, kita ke rumahku sekarang." Pinta Alvin.

"Tapi Al? Bagaimana dengan Sila? Kalau kamu pulang ke rumah, bukan sama Sila, pasti Papa sama Mama kamu bertanya-tanya."

"Kamu tenang aja. Aku akan menjelaskan semuanya. Gimana, kalau Sila diantar sama Dito?"

Sista berpikir sejenak.

"Bagus juga. Yaudah, kalau gitu kita ke rumah kamu sekarang."

Mereka berdua pun segera membayar tagihan makanan yang ia pesan dan segera keluar dari kafe.

🍁🍁🍁

Setelah menempuh waktu beberapa menit, Alvin dan Sista pun sudah tiba.

Selesai membuka helmnya, Alvin langsung menarik tangan Sista. Membuat Sista hanya diam di tempat saja.

Alvin pun jadi mengerutkan keningnya, "kamu kenapa?"

"Mungkin tadi aku merasa udah sangat yakin mau ketemu orang tua kamu. Tapi setelah aku sampai di sini, rasanya nyali aku jadi ciut."

Alvin langsung menatap ke arah lain dengan jengah.

Alvin menggenggam kedua tangan Sista.
"Sis, nggak seharusnya kamu ngomong gitu. Ini kita lakukan, demi menjaga agar hubungan kita tetap berjalan. Nggak renggang."

"Tapi Al—"

"Aku yakin kita bisa ngelewatin ini semua. Percaya sama aku. Aku janji, setelah ini semua selesai, nggak akan ada lagi yang bisa pisahin kita. Percaya sama aku," ucap Alvin meyakinkan.

Sista perlahan menganggukkan kepalanya. Dan mereka berdua pun segera masuk ke dalam rumah.

Baru saja Alvin ingin memegang gagang pintu, tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Dan yang membuka pintu adalah Ali.

"Loh? Alvin?" Kata Ali. Lalu beliau beralih menatap Sista.

"Mana Sila?" Tanya Ali.

Tak lama Ali mengucapkan dua kata itu, deru suara motor pun memecahkan suasana.

"Kok Sila tidak pulang sama kamu? Dan... Siapa perempuan ini?" Tanya Ali sambil menatap ke arah Sista.

"Kita perlu membicarakannnya di dalam Pa," pinta Alvin.

Di sisi lain, Sila yang melihat dari kejauhan, kini merasa bingung.

"Ada apa ya, sama mereka? Aku yakin. Pasti Om Ali nanya-nanya kenapa aku nggak pulang bareng Alvin. Mm... Dito, makasih ya, udah mau temenin aku dan anterin aku balik."

"Iya, sama-sama."

"Kamu nggak mampir dulu?"

"Oh, nggak usah. Gue masih ada keperluan lain. Yaudah, kalau gitu gue pergi."

"Iya. Sekali lagi, makasih ya."

Setelah Dito pergi, Sila segera masuk ke dalam rumah.

~to be continued~

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang