Merasa Gelisah

36 4 0
                                    

Baru saja Sista menekan bel satu kali, pintu rumah pun terbuka. Dan yang membuat Sista jadi gelagapan adalah saat orang yang membukakan pintu rumah adalah Papanya.

"Dari mana kamu?" Tanya Papa.

Dengan susah payah Sista berusaha mengumpulkan kembali keberaniannya. Kemudian ia berkata, "aku dari ketemu Alvin."

Papa Sista hanya menggelengkan kepalanya seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

"Berani-beraninya ya, kamu ketemu dia lagi? Kamu nggak ada kapok-kapoknya. Sini kamu!" Pinta Papanya seraya meraih tangan Sista dengan kasar.

Sista berusaha memberontak akibat cengkeraman Papanya, tapi hasilnya pun nihil.

Papa Sista menyeret Sista masuk ke dalam gudang.

"Pa, sebegitu bencinya kah Papa sama Alvin? Apa salahnya dia Pa? Kenapa Papa begitu benci sama dia?" Tanya Sista dengan wajah yang berlinang air mata.

"Papa tidak suka kamu berhubungan dengan dia karena Alvin itu tidak punya apa-apa. Apa yang bisa kamu banggakan dari dia? Dan oh iya, satu lagi," jedanya lalu mulai membungkuk kemudian mencengkeram dagu Sista.

"Mungkin selama ini Papa sudah salah menilai Alvin. Semua yang sudah Papa bilang ke kamu, kalau Alvin itu tidak ada apa-apa nya. Tapi ternyata dia juga berada. Maafkan Papa Sista, kalau selama ini Papa sudah selalu mencaci dia," ucap Papanya.

"Apa maksud kalimat Papa?" Tanya Sista.

Papa Sista kembali memasukkan kedua tangannya ke saku celana seraya menghela napasnya.

"Papa dengar, katanya pacar kamu si Alvin itu, mau kuliah di luar negeri. Papa turut bahagia mendengarnya. Karena dengan otomatis, beban Papa jadi berkurang. Dan kamu bisa Papa dekatkan dengan Dito."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Papa Sista segera keluar dari gudang dan mengunci pintu gudang dari luar.

Membiarkan suara teriakan Sista yang ingin di keluarkan dari dalam.

Saat ini, Papa Sista tidak perduli dengan kondisi Sista saat ini. Intinya, beliau hanya bisa menunggu sampai hari esok telah tiba. Berharap putri semata wayangnya itu bisa sadar, jika Alvin hanya ada dalam imajinasi nya saja. Bukan dalam kehidupan nyata.

🍁🍁🍁

Di dalam kamar, entah kenapa Alvin begitu merasa kepikiran dengan Sista. Karena merasa agak khawatir, Alvin mencoba menghubungi Sista.

Satu panggilan...

Dua panggilan...

Tiga panggilan...

Hasilnya nihil. Sista tidak mengangkat telfonnya. Alvin begitu merasa tambah yakin jika Sista sedang tidak baik-baik saja.

Alvin pun segera meraih kunci motor di atas nakasnya lalu segera keluar untuk menemui Sista. Semoga saja pacarnya itu baik-baik saja. Karena waktu bertemu di taman, wajah Sista sudah sembab. Dan Alvin juga sudah tahu bagaimana Papa Sista.

Ali yang tengah membaca berita di koran, melihat putra sulungnya itu begitu sangat terburu-buru.

"Alvin?" Panggil Ali.

Alvin menoleh tanpa menjawab.

"Mau kemana kamu?" Tanya Ali.

"Ada urusan di luar sebentar. Dan mendadak Pa."

"Kamu nggak kelayapan kan, malam ini? Kalau kamu rencana mau seperti itu, Papa tidak izinkan kamu—"

"Pa. Sejak kapan Alvin kelayapan di luar?  Nggak pernah kan? Jadi tolong, Papa jangan pernah mencegah aku. Aku pergi dulu."

"Alvin!"

Seruan Papanya tidak digubris oleh Alvin. Yang Alvin pikirkan kali ini hanyalah Sista. Bagaimana kondisi pacarnya itu.

🍁🍁🍁

Setelah tiba di depan gerbang rumah Sista, Alvin segera melepaskan helmnya lalu menghampiri satpam yang tengah menjaga.

"Pak?"

Merasa terpanggil, Pak satpam itu pun menoleh ke sumber suara.

Alvin segera menghampiri satpam itu.

"Boleh saya ketemu dengan Sista?"

"Mm... Kalau boleh tau, Mas ini siapanya Non Sista?" Tanya pak Sista.

"Eng... Saya temannya Pak. Tolong, pertemukan saya dengan Sista. Saya ada perlu sama dia."

"Ya sudah. Mas nya tunggu di sini. Saya panggilkan dulu."

Kemudian Pak Satpam itu pun segera masuk ke dalam rumah.

Karena melihat Papa Sista tengah duduk di ruang tamu, pak satpam itu pun menghampiri Papa Sista.

"Tuan?"

"Iya?"

"Di luar ada orang. Dia mengaku sebagai temannya Non Sista. Katanya ada keperluan."

"Kamu tau, siapa namanya?"

" Tidak Tuan. Dia cuma mengaku saja sebagai temannya Non Sista."

"Ya sudah. Kalau begitu kamu ke belakang saja. Biar saya yang urus."

"Non Sista nya Tuan?"

"Tidak perlu kamu panggil dia."

"Baik Tuan."

Setelah pak Satpam pergi, Papa Sista segera keluar melihat siapa orang yang telah berani mau bertemu dengan putrinya.

Sampai di luar, Papa Sista langsung memicingkan matanya kala melihat seorang cowok yang tengah berdiri membelakangi gerbang. Beliau pun segera berjalan menghampirinya.

"Ada perlu apa kamu kemari?"

~to be continued~

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang