Mungkin terlihat lebay. Tapi rasanya begitu berat untuk Alvin. Karena untuk pertama kalinya Alvin berbicara begitu seserius ini dengan Mamanya. Apalagi jika Papanya juga masih tetap duduk di sini tadi.
"Selama ini, selama tiga tahun lamanya dan sampai sekarang, Alvin tengah menjalin hubungan dengan Sista."
Secara perlahan, genggaman tangan Ani mengendur kala mendengar nama yang keluar dari mulut Alvin.
Ekspresi wajah Ani seketika berubah. Kemudian beliau bangkit dari duduknya.
Membuat Alvin ikut serta mendongak menatap Ani yang tiba-tiba jadi berubah.
"Ada apa Ma?"
"Mama mau ke kamar dulu," kata Ani.
"Tapi setidaknya Mama kasih tau ke aku, kenapa Mama tiba-tiba jadi berubah pas aku sebut-"
"Stop kamu sebut nama perempuan itu, Alvin!" Seru Ani.
Setelah mengatakan seruan itu, Ani langsung pergi dari hadapan Alvin begitu saja. Tanpa menjelaskan, apa sebabnya.
"Mama tadi udah bilang janji nggak akan marah. Ma, Mama!"
Panggilan dari Alvin tidak Ani gubriskan. Entah kenapa, mendengar nama yang Alvin sebutkan tadi membuatnya teringat akan kejadian dua puluh tahun yang lalu.
Hal ini membuat Alvin jadi bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba Mamanya tidak ingin mendengar nama Sista. Apa yang salah dari nama kekasih hati Alvin itu?
🍁🍁🍁
Pagi telah tiba. Seperti hari biasanya, Sista selalu bangun lebih awal. Tapi kali ini ada yang berbeda. Biasanya, di hari selain hari weekend Sista berangkat ke sekolah.
Tapi kebiasaan itu, kini telah berubah. Sista sudah tidak ke sekolah. Ia akan kembali ke sekolah jika pengumuman kelulusan akan diumumkan.
Pagi ini, Sista juga tidak langsung mandi. Setelah merasa semua yang ada di dalam kamarnya sudah rapi, ia pun segera keluar dari kamarnya.
Dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok cowok yang tengah membelakangi pintu kamarnya dengan memakai hoodie dan tak lupa dengan tudungnya.
"Siapa lo?!" Seru Sista dengan mata membulat saat melihat sosok itu.
Siapa yang tidak kaget, jika buka pintu dan tiba-tiba ada orang yang berdiri di depan pintu. Apalagi orang itu membelakangi pintu. Kan, super-duper kaget loh, guyss.
Orang itu segera membalikkan badannya sambil membuka tudung hoodie nya dan terlihatlah headset berwarna hitam yang menyumpal kedua telinganya.
Sista langsung membulatkan kedua matanya kala melihat orang itu.
"Dito?!"
Dito menyunggingkan senyum miringnya seraya mencabut salah satu headset nya.
"Udah tau juga nama gue."
"Ngapain lo ke sini?" Tanya Sista tak menggubris ucapan Dito barusan.
"Gue mau ajak lo olahraga pagi."
"Apa? Olahraga pagi?"
Dito mengangguk.
"Eh, gue nggak kenal sama lo. Ngapain juga mesti setuju sama ajakan lo," ucap Sista seraya bersidekap.
"Kalau lo nggak kenal sama gue, kenapa lo bisa tau nama gue?" Tanya Dito dengan alis yang terangkat sebelah.
Pertanyaan dari Dito membuat Sista jadi bungkam. Baru kali ini ada orang yang telah berhasil membuat dirinya jadi skakmat.
"Sekarang lo siap-siap, gue tunggu lo di bawah. Cepetan dan nggak pake lama," ucap Dito seraya mendorong Sista kembali masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu kamar cewek itu.
Setelah menutup pintu kamar Sista, Dito segera turun ke bawah menunggu cewek itu bersiap-siap.
"Ngeselin banget sih, tuh cowok? Ngapain juga Papa masih tetap nyuruh-nyuruh gue buat deket sama dia?" Ucap Sista seraya mengusap rambutnya ke belakang.
Sista melirik ke arah jam beker di atas nakasnya dan tiba-tiba ia jadi kepikiran Alvin.
"Apa Alvin udah bilang ke orang tuanya nggak ya? Aku coba telfon dia aja deh."
Setelah mengucapkan itu, Sista segera meraih ponselnya yang berada di dekat jam bekernya dan segera menelfon Alvin.
Ia merasa penasaran. Apa orang tua Alvin merestui hubungannya apa tidak?
Sista tidak perduli lagi jika Dito sudah menunggunya di bawah. Intinya, Sista harus tahu keputusan dari kedua orang tua Alvin.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?