Pembawa Sial

28 2 0
                                    

Alvin langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menghela napas beratnya.

Ia tidak menyangka akan hal ini. Ia berpikir jika Mamanya setuju dengan hubungannya bersama Sista. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dan juga, sama dengan Papanya yang ikut menimpali jika ia juga setuju dengan pendapat Mamanya yang menyuruhnya untuk dekat dengan Sila.

Memikirkan kejadian yang baru saja terjadi, membuat kepala Alvin serasa mau pecah. Dan di tambah lagi, dengan ucapan Sista bahwa hubungannya hari ini telah berakhir. Rasanya Alvin begitu tidak rela.

Alvin berpikir, kenapa dengan begitu mudahnya Sista mengatakan jika hubungannya dengan Alvin sudah berakhir. Apa Sista tidak memikirkan kebersamaan-kebersamaan yang selama tiga tahun ini pernah di lewati?

Alvin merasa begitu tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

Kepala Alvin terasa berat memikirkan semuanya. Untuk menenangkan pikiran, ia pun meraih ponsel yang ia letakkan di sebelahnya.

Ketika melihat screen lock, Alvin langsung terbangun dari rebahannya dan segera melihat isi pesan dari Sista.

"Al, sebentar malam, tolong kamu temui aku di taman"

Alvin langsung berpikir jika tujuan Sista mengirim pesan itu, pasti akan membicarakan perihal kejadian tadi. Ya, pasti hal itu yang akan ia bicarakan. Tidak ada yang lain.

🍁🍁🍁

"Anak itu. Ya, anak itu!" Kata Ani seraya mondar-mandir tak jelas di dalam kamar.

Saat ini beliau hanya sendiri di kamar. Ia mengunci pintu dari dalam agar tidak ada yang bisa masuk. Ani berusaha untuk menghilangkan pikirannya tentang Sista. Tapi entah kenapa, bayang-bayang wajah gadis itu menghantuinya dalam waktu yang bisa dihitung dengan jari saja.

"Aku nggak nyangka. Ternyata anak itu sudah sebesar Alvin. Tapi bagaimana bisa Alvin berhubungan dengan gadis itu? Bagaimana bisa?!" Ucap Ani yang masih mondar-mandir tidak jelas seraya berkacak pinggang.

Lalu tiba-tiba suara ketukan pintu dari luar mengalihkan pikiran Ani saat ini.

Ani segera mengusap air mata yang ada di wajahnya dan berusaha memasang ekspresi baik-baik saja. Jangan sampai ada yang tahu jika dirinya menangis.

"Halo Tante," sapa Sila saat pintu terbuka.

"Sila? Ada apa?" Tanya Ani.

"Aku ke sini cuma mau memastikan keadaan Tante aja. Apa Tante abis nangis?" Tanya Sila dengan memicingkan matanya menatap wajah Tante nya itu yang kelihatan sembab.

"E, Tante lupa turunin suhu AC. Dan suhunya itu dingin banget, jadi ya, mata Tante jadi perih karena dingin."

"Oh gitu. Tante, aku mau tanya sama Tante."

"Apa?"

"Tadi aku sempet kaget pas Tante sama Om, bilang kalau kalian akan menyuruh Alvin berhubungan dengan aku. Ini maksudnya apa ya, Tante? Aku nggak ngerti," tanya Sila dengan raut polosnya.

"Kita bicaranya di dalam saja." Kata Ani.

Sila mengangguk.

"Tante sama Om mau kamu berhubungan dengan Alvin karena kami merasa kamu adalah pasangan yang cocok untuk Alvin. Dan kami tidak mau kalau sampai orang lain yang jadi pasangannya."

"Tapi Tante, kalau soal masalah hati kan, Alvin bebas dong, mau cari pasangan. Karena ini menyangkut masa depannya. Nggak perlu lagi harus ikut persetujuan."

Ani menjadi diam.

"Memangnya Tante ada masalah apa dengan Sista? Kenapa Tante terlihat begitu sangat nggak suka dengan dia? Padahal Sista itu baik loh Tante," ucap Sila.

Ani langsung menatap manik mata Sila dengan begitu intens.

"Dari mana kamu tau kalau Sista itu baik?" Tanya Ani.

"Ya, dia memang baik Tante. Selama ini aku temenan sama dia. Sista nggak seperti cewek yang lain. Dia kelihatan tulus mencintai Alvin."

"Sejak kapan kamu temenan sama dia?"

"Udah lama juga sih Tante. Udah sekitar lima tahunan lah, kalau nggak salah. Kenapa Tante?"

"Berhenti kamu temenan sama dia."

Sila mengernyit.

"Kenapa Tante?"

"Dia adalah perempuan pembawa sial."

Sila refleks membulatkan kedua bola matanya terkejut. Dalam hati Sila bertanya-tanya. Ada apa dengan Tantenya ini? Kenapa tiba-tiba dia mengatakan hal seperti itu. Ini sungguh diluar dari dugaannya. Sepertinya, Mamanya Alvin begitu punya dendam berat dengan Sista.

"Tante kok ngomong gitu sih?"

Ani membalikkan badannya. Membelakangi Sila seraya bersidekap.

"Iya. Dia memang gadis pembawa sial. Selama ini kamu berteman dengan Sista dan tanpa sepengetahuan kamu, kamu tidak pernah mendapatkan satu orang lelaki pun untuk kamu jadikan kekasih kan? Dan itu pun sudah lima tahun kan?"

Sila hanya diam.

"Tante berharap kamu mengerti dengan ucapan Tante. Jadi sekarang, kamu kembali ke kamar. Cermati semua kata-kata ku. Karena kalau kamu tidak menyadarinya, maka kamu yang akan rugi untuk selamanya."

Dengan perlahan Sila mengangguk lalu berkata, "iya Tante."

Sila pun keluar dari kamar Ani.

Untuk saat ini dan kedepannya, Ani tidak akan membiarkan Sista sampai masuk dalam kehidupan Alvin lagi. Karena baginya Sista Akviani—putrinya itu, harus tahu, dimana posisinya yang tepat.

~to be continued~

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang