Mendengar persetujuan dari Papanya, Alvin jadi merasa drop. Ada apa ini? Kenapa hasilnya jadi begini? Alvin berharap jika semuanya akan baik-baik saja. Tapi ternyata malah sebaliknya.
Baru saja Alvin ingin berucap, Sista mendahuluinya.
"Al, mungkin ini jalan satu-satunya. Mungkin inilah akhir dari segalanya. Mungkin ini sudah jadi jalan kita masing-masing. Aku siap untuk berhenti mulai dari sekarang. Jadi tolong, kamu jangan pernah temui aku lagi. Mulai hari ini, kita cukupkan saja hubungan kita sampai di sini saja. Kalau gitu aku pamit," ucap Sista dengan wajah penuh lautan air mata.
Sila hanya bisa menyaksikan tanpa memberi komentar. Ia jadi ikut sedih dengan apa yang Sista alami.
Sungguh malang nasib Sista dan Alvin. Mereka berdua terpaksa putus hubungan. Padahal sudah tiga tahun lamanya ia berpacaran dengan Alvin. Tapi akhirnya, mereka putus. Sungguh sangat disayangkan.
Alvin ingin mengejar Sista, tapi Ali mencegahnya. Ia hanya bisa menatap kepergian Sista dengan begitu teramat sedih.
Sampai di luar halaman depan rumah Alvin, Sista segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk seseorang.
"Al, sebentar malam, tolong kamu temui aku di taman"
Setelah mengetik pesan itu, ia pun bergegas keluar dari lingkungan rumah Alvin. Lalu segera menelfon Dito.
Di sisi lain, Alvin jadi merasa bingung dengan apa yang baru saja Mamanya katakan.
Entah kenapa Mamanya begitu membenci Sista. Padahal jika dipikir baik-baik, sebelumnya Sista dan Mamanya tidak pernah saling bertemu. Tapi entah karena ada angin apa Mamanya begitu sangat tidak suka dengan Sista.
Mengusap wajahnya dengan gusar, Alvin berkata, "ada apa sih dengan Mama? Kenapa Mama begitu membenci Sista? Padahal Mama baru ketemu sama dia?"
"Iya Ma, benar juga apa yang dikatakan Alvin. Kamu belum pernah ketemu sama gadis itu, tapi kamu langsung marah dan benci nggak jelas," Ali menimpali.
"Berhenti kalian membicarakan gadis itu! Intinya, Mama tidak mau lagi melihat muka gadis itu! Paham?!" Ucap Ani lalu langsung beralih pergi dari hadapan Ali, Alvin, dan Sila.
Sila yang hanya tidak tahu apa-apa, dalam hati ia juga merasa senang. Karena kedua orang tua Alvin, lebih memilihnya ketimbang Sista yang sudah jadi pacar Alvin selama tiga tahun ini.
"Akhirnya! Ternyata, sikap pecicilan ku ini juga membawa keberuntungan. Alvin, Alvin. Aku tau kamu memang nggak suka sama aku. Tapi aku akan berusaha membuat kamu bisa lupa dengan Sista. Kalau bisa untuk selamanya." Batin Sila lalu tersenyum penuh kemenangan.
🍁🍁🍁
Motor Dito telah sampai di depan rumah Sista. Sista segera turun dari motor lalu menyerahkan helm yang ia pakai pada Dito.
Dito yang melihat kondisi wajah Sista yang sembab, jadi bertanya-tanya. Kira-kira apa yang terjadi di rumah Alvin? Sampai-sampai membuat Sista jadi menangis.
"Makasih udah nganterin." Kata Sista.
"Iya, sama-sama." Balas Dito.
"Dito?"
"Iya?"
"Sebentar malam, tolong lo temenin gue ke taman."
"Taman yang tadi?"
Sista mengangguk.
"Kalau boleh tau, lo diapain sama Alvin?" Tanya Dito dengan hati-hati. Takut jika gadis itu akan jadi marah.
"Orang tua nya Alvin nggak setuju kalau gue sama Alvin berhubungan. Jadi hari ini, gue sama Alvin putus."
"Apa? Kok bisa gitu? Ini pasti ada kesalahpahaman. Gue harus ke sana untuk—"
"Percuma Dito! Percuma! Kalau lo ke sana, yang ada Mamanya Dito bakal marah sama lo." Jeda Sista seraya menghela napas.
"Gue juga bingung sama Mamanya Alvin. Entah gue punya salah apa sama dia sampai-sampai dia begitu marah sama gue. Padahal gue nggak pernah ketemu sama Mamanya Alvin. Apa lo ngerasa ada yang aneh nggak, Dito?"
"Iya juga ya. Dia nggak kasih tau alasannya?"
Sista menggeleng.
"Lo nggak perlu mikirin hal ini Sis. Yang ada, lo malah tambah pusing."
"Bener apa yang lo bilang, Dit. Mm... Masuk dulu, yuk"
"E, nggak usah. Masih ada pekerjaan lain yang harus gue selesaiin di rumah."
Sista hanya ber oh ria sebagai jawaban.
Setelah itu, Dito menyalakan kembali motornya dan segera pergi.
"Ternyata Dito nggak seperti yang gue duga selama ini," Sista membatin.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?