Sista tersenyum menatap Alvin. Sista merasa jika Alvin pasti tidak merasa yakin dengan yang ia ucapkan. Tapi hanya inilah jalan satu-satunya.
Sista tersenyum lalu berkata, "tadi kamu mau ngomong apa?"
Spontan Alvin menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
"Nggak jadi."
"Loh, kok gitu sih. Aku bisa liat dari mata kamu, kalau ada hal yang mau kamu omongin."
Alvin hanya diam seraya merunduk menatap sepatunya.
Sista menghela napasnya, "yaudah, kalau kamu nggak mau ngomong. Aku ngerti kok, apa yang kamu rasain. Memang bener ya apa yang orang-orang bilang. Berpisah itu memang sulit. Disaat lagi sayang-sayangnya, tiba-tiba putus."
Mendengar ucapan Sista, Alvin langsung menoleh menatap Sista.
"Apa kamu merasa aneh nggak sih, tiba-tiba mama ku marah ke kamu?" Tanya Alvin.
"Awalnya aku mikir kayak gitu. Tapi sekarang, aku baru ngerti. Persepsi ku tentang mama kamu, mungkin mama kamu udah punya pilihan lain. Bisa kamu liat kan, betapa marahnya dia saat tau nama ku? Entah ada angin apa tiba-tiba dia begitu nggak suka dengan aku dan juga nama ku. Seakan-akan, dia benci banget gitu sama aku," ucap Sista.
Tanpa sadar, apa yang Sista pendam di hatinya, ia pun keluarkan.
"Jujur Al, sebenarnya aku nggak mau mengakhiri kisah kita ini gitu aja. Tapi mau gimana lagi? Kalau aku terus-terusan sama kamu, yang ada orang tua kamu bakal benci sama kamu."
"Kenapa kamu mikirnya bisa sampai ke situ?" Tanya Alvin.
"Ya, coba kamu pikir deh. Kalau kita terus melanjutkan hubungan ini, orang tua kamu akan benci sama kamu karena udah jadi anak yang nggak nurut sama perkataan orang tua. Dan aku nggak mau kamu jadi gitu hanya karena hubungan kita."
"Sebenarnya, dari hati yang paling terdalam, aku belum siap mengakhiri semuanya. Kamu ngerti kan maksudnya?"
"Iya aku ngerti. Tapi mau mau diapa lagi? Masa iya sih, aku harus salto depan mama kamu hanya karena dia nggak setuju. Kan, nggak lucu."
Ucapan receh Sista, mampu membuat Alvin menyunggingkan senyum.
"Ini yang ngebuat aku nggak bisa berpaling dari kamu. Kamu itu lucu bagi aku," ucap Alvin seraya mengacak puncak kepala Sista lalu beralih memeluk Sista dengan erat.
Sista hanya bisa terdiam kaku saja saat dipeluk. Ia pun membalas pelukan Alvin dengan begitu erat seraya memejamkan kedua matanya. Merasakan hangat tubuh Alvin yang menyelimutinya di malam ini. Ah, ingin rasanya Sista menghentikan pergerakan dunia ini untuk sejenak. Menikmati alunan kenyamanan yang mengalir di tubuh masing-masing. Tapi rasanya begitu mustahil.
Malam ini adalah malam yang begitu sangat berarti bagi Sista dan Alvin. Dunia serasa milik mereka berdua saat ini.
Dari balik pohon, Dito melihat kemesraan Sista dan Alvin. Entah kenapa hatinya saat ini merasa panas melihat mereka berdua. Oh, apakah Dito sudah mulai jatuh cinta dengan Sista? Jika iya, sejak kapan hal itu terjadi? Dito tidak merasakannya. Rasanya tersirat.
~to be continued~
Sorry telat update gaess, soalnya dah masa sibuk2 nya aku kuliah 🙏😣 sekali lagi maafkeun akohh yg telat updatenya 😣
(Di mulmed, Dito sedih gaess)
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?