Hati Jadi Sesak

9 1 0
                                    

"Sista."

Sista menoleh ke arah Sila dan berjalan menuju ke sahabatnya itu.

"Kamu mau kan, kembali lagi sama Alvin?"

Pertanyaan dari Sila membuat Sista dengan perlahan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum 🙂.

"Nggak Sil,"

"Kenapa Sis?"

Sista menunduk dengan wajah datar.

Sila menggenggam tangan Sista lalu berkata, "Sista, Alvin itu sebenarnya masih sayang sama kamu. Cuma aku yang udah begitu jahatnya maksa dia buat bisa cinta sama aku. Tapi nyatanya nggak bisa. Hatinya masih buat kamu Sis. Pandangan ku dari awal tentang Alvin yang memang sepupu aku, dia orangnya memang dingin dan susah diluluhkan. Dan cuma kamu, orang yang bisa meluluhkan hatinya dia 😟. Jadi please, kamu kembali ya sama dia."

Sista menggelengkan kepalanya dan menatap Sila, "nggak Sil. Gue nggak bisa. Karena sekali aja hati udah tersakiti, maka kedua kalinya sulit untuk bisa terobati. Lo tau kan, betapa kecewanya gue sama lo dan Alvin waktu pertama kali kita ketemu di negara ini?"

Sila jadi merasa bersalah akan apa yang sudah pernah ia lakukan. Ia pun jadi bingung, bagaimana ia bisa menyatukan kembali dua sejoli itu.

"Maafin aku Sis. Aku terlalu terobsesi buat dapatin hatinya Alvin. Jadi please ya 😟"

Sista kembali menggelengkan kepalanya, "🙂 nggak Sil. Jujur, gue udah punya yang lain. Yang bisa ngertiin gue, paham akan situasi yang gue alami, dan selalu ada di saat gue lagi terpuruk."

"Siapa?" Tanya Sila.

Sista menoleh menatap Dito dan berjalan ke arah cowok itu dan menggandeng tangannya.

"Dia." Kata Sista sembari menatap Dito.

Hati Alvin rasanya begitu sangat sakit bak ditusuk dengan pisau. Begitu sakit rasanya mendengar kenyataan yang sebenarnya.

"Dan nggak lama lagi, gue dan Dito bakal melangsungkan pertunangan 🙂😊 iya kan Dit?"

Dito hanya mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum.

Para orang tua yang ada di dalam ruangan itu seakan mengerti situasi dan kondisi, mereka pun segera keluar dari ruangan. Membiarkan para anak muda itu menyelesaikan masalahnya.

"Tapi..."

"Itu udah jadi keputusan terbaiknya dia Sil. Jadi lo nggak usah memaksakan kemauannya," ucap Alvin menyela.

Sista refleks menatap Alvin.

"Aku ngerti kok gimana perasaan kamu. Dan aku juga ngehargain keputusan kamu. Aku yakin, dengan pilihan kamu untuk bersama Dito, udah pasti jadi pilihan terbaik kamu 🙂."

Setelah mengatakan itu, Alvin segera keluar dari ruangan Sila.

Cukup sudah. Hatinya sudah terasa sesak mendengar ucapan yang keluar dari mulut 'Mantan Pacar' nya itu. Ia sudah tak sanggup untuk mendengar itu. Akan lebih baik ia keluar saja, ketimbang tetap berada di dalam.

Melihat itu, Sila jadi merasa sangat bersalah.

"Alvin pasti sedih banget ☹️" ucap Sila.

"Udah Sil. Mending lo istirahat aja. Lo baru aja siuman. Masalah Alvin, biar gue aja yang urus. Gue bakal jelasin supaya dia mau nerima kenyataan 🙂" ucap Dito.

"Iya Sil," Kata Sista menyetujui.

🍁🍁🍁

Dito melihat Alvin yang tengah duduk di taman sendirian. Hanya air mancur yang menjadi tontonan nya. Dito segera menghampiri cowok itu dan duduk di sampingnya.

"Gue cari-cari ternyata lo ada di sini," kata Dito.

Alvin hanya diam saja. Tak ingin berbicara sama sekali. Rasanya air mancur yang ada dihadapannya lebih menarik ketimbang suara Dito.

Merasa suasana mulai awkward, Dito mulai berdeham untuk memulai pembicaraan.

"Lo marah sama gue?"

Pertanyaan dari Dito membuat Alvin menatapnya dengan ekspresi alis terangkat sebelah 😕

"Ngapain juga gue marah sama lo. Justru gue ikut seneng karena lo udah mampu ngebahagiain Sista selama gue nggak ada di sampingnya."

Dito tersenyum.

"Lo emang cowok yang beruntung. Yang dari awal cuma dijodoh-jodohin, akhirnya jadi kenyataan juga 🙂" ucap Alvin.

"Gue mau tanya satu hal ke lo."

Alvin menatap Dito.

"Kenapa waktu itu, lo abaikan Sista?"

"Nggak ada yang perlu gue jelasin. Lo udah dengar perkataan nya Sista kan kemarin malam? Kalau gue berubah karena culture. Budaya di sini yang udah buat gue berubah seratus delapan puluh derajat."

Dito jadi tercengang.

"Jadi kemarin malam lo dengar semua?"

Alvin mengangguk.

"Saat gue dengar semuanya, gue udah nyesel banget. Tapi gue percayakan ke lo. Untuk selalu ngebahagiain dia dan nggak ngebuat dia kecewa. Nggak lama lagi kalian tunangan kan? Selamat ya Bro 😊"

Dito perlahan mengangguk.

"Jadi hubungan lo yang sebenarnya ke Sista adalah saudara kandung?" Tanya Dito ingin tahu lebih dalam.

Alvin menggeleng, "bukan."

"😕 Terus, kenapa nyokap lo nyebut 'nak' ke Sista kalau ternyata lo bukan saudara?"

"🙂 Gue sama Sista hanya saudara tiri. Nyokap kandung gue meninggal pas ngelahirin gue. Dan lada akhirnya bokap gue nikah lagi. And so, gue di rawat sampai gue segede sekarang."

"Jadi Tante Ani nyokap kandung nya Sista?"

"Iya."

"Loh? Kalau Tante Ani nyokap kandungnya Sista, kenapa Sista tinggal dan dibesarkan sama Om Andre? 😕 Kok gue jadi bingung."

"Awal pas gue tau kenyataan ini, gue juga sempat bingung dan shock. Tapi nyokap gue berusaha ngejelasin yang sebenarnya. Dan perlahan gue ngerti. Kalau lo mau tau lebih jelasnya, lo coba aja tanya Sista. Dia tau kok. Itulah sebabnya dia perlahan nerima nyokap gue 🙂"

Dito perlahan mengangguk.

"Sebegitu rumitnya kisah mereka. Sampai pada akhirnya mereka saudara tiri."

SWIPE UP ⬆️

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang