Telfon Misterius

8 2 0
                                    

"Tunggu. Nama itu sepertinya nggak asing deh. Sebelumnya aku pernah dengar nama ini. Apa Mama punya fotonya?"

Ani mengangguk dan segera mengeluarkan ponselnya. Memperlihatkan wajah ayah kandung Sista.

Saat melihat foto itu, seketika Sista dibuat terkejut. Melihat foto ayah kandungnya, membuat pikirannya terbawa pada waktu ia pulang dari Spanyol bersama Dito.

Flashback on*

"Dit, kita berhenti pas depan warung itu ya? Haus nih."

Dito mengangguk seraya tersenyum.

"Pak, ada air mineral botol nya nggak?" Tanya Sista setelah tiba di warung tersebut.

"Ada neng."

"Saya mau satu," jedanya lalu menatap Dito, "Dit, lo mau apa?"

"Samain aja."

"Oke. Pak, tambah satu botol lagi air mineralnya."

"Iya neng."

Kemudian penjaga warung itu segera memberikan dua botol air minum pada Sista lalu menerima selebaran uang lima ribu pada sang penjaga warung.

Sista memberikan sebotol air minum pada Dito.

Sista langsung saja meneguk air nya hingga menyisakan setengah botolnya.

"Ah, segernya 😊"

Pandangan Dito teralihkan saat meneguk air. Pandangannya tertuju pada seorang pria paruh baya dengan koran yang sampirkan pada lengan kirinya. Wajahnya begitu tampak lelah diikuti dengan bulir-bulir keringat yang menyebar pada kulitnya.

Dito tidak melihat jelas wajah pria paruh baya itu karena tertutup oleh topi yang ia kenakan.

"Sis."

"Hm?"

"Lo liat bapak itu deh."

Sista mengikuti arah pandang Dito.

"Kayaknya bapak itu pengen makan, tapi uang yang dia punya nggak cukup," ucap Dito.

"Iya juga ya. Yaudah, kita ke sana yuk. Kayaknya dia lelah banget."

Dito mengangguk.

Mereka pun kembali keluar dari mobil dan segera menghampiri pria paruh baya di warung tempat Sista membeli air minum botol sebelumnya.

"Waduh, maaf pak. Uangnya tidak cukup buat beli air botol. Kalau bapak mau, air kemasan gelas kecil ada kok. Gimana Pak?" Kata sang penjaga warung.

"Tapi saya haus sekali ☹️."

"Ada apa pak?" Tanya Dito.

"Ini Mas, bapak ini mau beli air minum botol, tapi uangnya tidak cukup. Jadi saya sarankan untuk membeli air kemasan gelas saja. Tapi bapaknya nggak mau."

"Yaudah. Nih pak, buatkan nasi goreng untuk bapak ini." Ucap Sista seraya memberikan uang dua puluh ribu.

"Tidak perlu, Nak. Tidak usah repot-repot."

Sista tersenyum, "nggak papa, Pak. Ini sudah jadi tugas kami sesama manusia untuk saling membantu. Dan saya lihat, keliatannya bapak begitu lelah sekali. Sekarang, bapak duduk dulu. Sambil tunggu pesanan makanan, kita cerita-cerita dulu. Gimana Dit?"

Dito mengangguk, "iya betul sekali. Bapak keliatannya lelah sekali. Lagi pula kenapa bapak jualan koran?"

"Saya harus menghidupi diri saya sendiri Nak. Karena kalau saya hanya berdiam diri saja, saya pasti tidak akan mungkin bertahan hidup."

"Kalau boleh tau, nama bapak siapa?" Tanya Sista.

"Nama saya Dimas, Nak."

Sang penjaga warung pun datang membawa pesanan yang seperti Sista minta.

"Ini nasi gorengnya dan air minum botolnya."

"Makasih pak."

"Iya neng."

Flashback off*

"Seperti itu Ma ceritanya. Pantas aja, waktu pertama ketemu, hati Sista langsung respect. Ternyata pak Dimas itu ayah kandung Sista."

"Iya Nak. Mama juga baru tau, kalau ternyata Papa mu itu menjual koran. Waktu Mama ketemu dia, Papa mu tidak cerita ke Mama soal kehidupannya."

"Yang jadi pertanyaan ku Ma. Siapa orang yang udah berani mengirim foto ke Om Ali? Udah jelas-jelas kan, waktu Mama ketemu Papa, tempat itu nggak ramai?" Tanya Sista memastikan.

"Iya. Di tempat itu cuma ada Mama dan Papa mu."

Baru saja Sista ingin berbicara, Dito datang memberi arahan pada gadis itu, untuk segera menemui Andre.

"Ma, aku pulang dulu ya. Nanti kalau aku bakal cari tau, siapa dalang dibalik perseteruan antara Mama dan Om Ali. Oke? Jadi untuk sekarang, Mama baikan aja dulu sama Om Ali. Siapa tau hati Om Ali sekarang udah baikan 😊"

"Iya Nak. Kamu hati-hati ya."

Sista mengangguk.

Setelah Sista tak terlihat lagi dalam pandangannya, tiba-tiba ponsel Ani berdering. Menampilkan deretan nomor tak di kenal dalam layar ponselnya. Tanpa ragu, ia pun segera menjawab telfon tersebut.

"Halo?"

"...."

"Apa?! Tunggu dulu, jangan dimatikan! Siapa kamu?! Dan apa tujuan mu melakukan itu?!"

Tutt... Tutt...

Telfon dimatikan secara sepihak oleh orang itu. Membuat Ani dilanda rasa khawatir dan takut.

SWIPE UP ⬆️

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang