Suara dentingan ponsel Alvin, mengalihkan perhatiannya yang tengah sibuk melamun. Ia memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.
Selama Alvin tumbuh menjadi manusia, ia tidak pernah dipukul oleh Ali. Baru kali ini. Dan itu pun yang pertama kalinya.
Alvin pun segera membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Sista.
"Al, kita ketemu di tempat biasa. Tapi aku datengnya sama Dito. Al, aku minta maaf banget sama kamu 🙏 aku dateng sama Dito, itu bukan maunya aku. Tapi maunya Papa aku. Aku harap kamu mengerti 😣"
Satu helaan napas keluar dari hidung Alvin.
Alvin mengerti dengan apa yang baru saja Sista kirimkan. Tapi yang sebenarnya, Alvin begitu merasa tidak ingin bertemu dengan orang yang bernama "Dito".
Memang, Alvin tidak pernah melihat wajah Dito. Ia hanya mengenal nama Dito dari Sista sendiri. Tapi Alvin merasa hatinya begitu panas jika sampai ia melihat Sista dengan orang lain. Mau bagaimana lagi? Mungkin inilah yang terbaik.
Alvin segera meraih kunci motornya yang ada di atas meja ruang tamu dan segera berangkat menuju ke tempat yang diarahkan oleh Sista.
Baru saja tiga langkah, Alvin harus terpaksa berhenti karena suara dari Sila.
"Apa lagi?" Tanya Alvin tanpa menoleh ke belakang.
Sila yang melihat Alvin seperti itu, ia pun menghampiri Alvin dan berdiri tepat di depan sepupunya itu.
"Aku ikut ya?"
Alvin berpikir, jika Sila ikut, apa yang harus cewek itu lakukan? Sedangkan pertemuannya dengan Sista, hanya secara pribadi. Tapi entah kenapa bisa jadi begini.
Baru Alvin ingin berbicara, Sila mendahuluinya.
Sila mengangkat jari telunjuknya seraya digoyangkan ke samping kanan-kiri lalu berkata, "eits, jangan menolak. Tadi Papa kamu bilang apa barusan?"
Rahang Alvin jadi mengatup. Bisa-bisanya cewek ini berkata seperti itu. Ia pun menghela napasnya gusar.
"Yaudah. Lo mau pergi kemana?" Kata Alvin.
"Kemana pun kamu pergi, aku ikut."
Alvin hanya menatap ke arah lain mendengar ucapan Sila.
🍁🍁🍁
Setelah sampai di taman, Sista segera turun dari motor Dito lalu melepaskan helm.
"Makasih udah nganter gue ke sini."
"Sama-sama. Oh iya, di sini lo nunggu siapa?" Tanya Dito.
"Bukan urusan lo. Jadi mendingan, lo pergi aja dari sini. Karena gue nggak butuh lo lagi di sini. Tadi itu, sebenarnya terpaksa. Jadi sekarang, lo bisa pergi."
"Tadi lo bilang, lo mau ke rumah temen lo. Tapi lo malah pergi ke sini."
"Dito. Lo nggak paham sama apa yang gue bilang sebelumnya? Tadi itu cuma terpaksa aja. Karena ada Papa gue. Seandainya Papa gue nggak ngeliat gue mau pergi, gue nggak bakal telfon lo dengan alasan mau ke rumah temen. Udah ngerti sekarang?"
"Oh. Jadi lo bohongin Papa lo sendiri?"
"Itu gue lakuin karena terpaksa. Karena kalau nggak kayak gini, gue nggak bakal bisa ketemu sama Alvin. Lo udah ngerti kan, sekarang? Jadi lo pergi aja dari sini. Oke? Gue nggak mau dengar pertanyaan lo lagi."
Mendengar ucapan terakhir Sista, Dito jadi mengerti sekarang. Ternyata Sista itu begitu sangat mencintai Alvin. Ia melakukan cara apapun agar bisa bertemu dengan Alvin. Meskipun hubungannya dengan Alvin tidak di setujui oleh Papanya sendiri.
Baru saja Dito ingin pergi, suara derum motor menyita perhatiannya.
Sista yang melihat Alvin datang bersama dengan seorang cewek, membuatnya jadi bertanya-tanya. Apa Alvin juga melakukan hal yang sama? Pikir Sista.
Alvin berjalan beriringan dengan Sila. Alvin sedikit menjauh dari Sila. Takut, kalau Sista akan salah paham dengannya.
Setelah Sista melihat jelas wajah cewek yang datang bersama dengan Alvin, membuat dirinya langsung berbinar. Begitu juga dengan Sila.
"Sila?"
"Sista?"
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?