Maaf kalau masih ada kesalahan 😊
🍁🍁🍁
Setelah pak Satpam pergi, Papa Sista segera keluar melihat siapa orang yang telah berani mau bertemu dengan putrinya.
Sampai di luar, Papa Sista langsung memicingkan matanya kala melihat seorang cowok yang tengah berdiri membelakangi gerbang. Beliau pun segera berjalan menghampirinya.
"Ada perlu apa kamu kemari?"
Alvin segera membalikkan badannya mendengar suara Papa Sista.
"Alvin?"
"Om. Apa Sista ada di dalam?" Tanya Alvin dengan raut khawatir.
"Untuk apa kamu cari-cari anak saya?"
"Saya ada perlu sama Sista, Om," ucap Alvin dengan begitu penuh pengharapan.
Papa Sista langsung menatap ke arah lain.
"Alvin. Dengar baik-baik kata-kata saya. Kamu dan Sista sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sekarang. Jadi tolong, jangan pernah kamu temui dia lagi. Dia sudah tidak mau lagi sama kamu."
"Apa maksud Om?"
"Jangan pura-pura bodoh Alvin. Saya tau, kalau Sista sudah mengatakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerti, baiklah. Saya akan memperjelaskannya."
Karena ingin mendengar penjelasan Papa Sista, Alvin hanya menurut diam saja.
"Sista akan saya dekatkan dengan anak teman saya yang bernama Dito. Kamu memang pacaran sama Sista. Tapi dengan kamu menjalani hubungan tanpa restu dari orang tua, saya yakin kalau hubungan kalian berdua tidak ada apa-apanya. Dan saya juga tau, kalau kamu belum mengatakan apapun sama sekali ke orang tua mu. Saya yakin, jika orang tua mu tau, pasti mereka akan berpendapat yang sama dengan saya. Kamu mengerti kan, sekarang?" Jelas Papa Sista.
"Tapi Sista tidak kenal sama sekali dengan anak teman Om. Jadi apa gunanya Om mau mendekatkan Sista sama orang yang tidak dia kenal? Itu sama aja dengan pemaksaan Om."
"Heh, Sista itu anak saya. Putri saya. Darah daging saya. Jadi saya pastinya tau apa yang anak saya rasakan. Memang, dia tidak kenal. Tapi lama-kelamaan, dia juga pasti kenal. Dan mulai hari ini, stop kamu dekati anak saya. Paham kamu?!"
Setelah mengatakan itu, Papa Sista langsung masuk ke dalam rumah.
"OM! DENGARKAN DULU MAKSUD KEDATANGAN SAYA OM!"
Seruan dari Alvin tidak digubris Papa Sista. Papa Sista tetap berjalan terus masuk ke dalam rumah tanpa perlu menoleh ke belakang, menatap wajah seorang cowok yang telah mengambil hati putrinya.
"SISTA! AKU YAKIN KAMU MENDENGAR AKU! TOLONG, JANGAN PERNAH KAMU BERUBAH DEMI MEMENUHI AMBISI PAPA MU!"
Sista yang mendengar suara Alvin, spontan langsung bangkit dari duduknya.
"Papa! Tolong buka pintu nya Pa! Sista mohon," ucap Sista seraya menggedor-gedor pintu.
Papa Sista yang mendengar Alvin masih berteriak-teriak, beliau pun segera memanggil Pak Somad.
"Somad?! Somad?!"
"Iya Tuan? Ada apa?"
"Tolong kamu usir laki-laki yang ada di depan, sekarang."
"Baik Tuan."
Lalu, Papa Sista segera berjalan menuju ke gudang. Ia mendengar suara putrinya itu dari jauh ingin di keluarkan dari sana.
"SISTA! KAMU DENGAR AKU KAN?!"
"Maaf, tolong Mas pergi dari sini."
"Tidak Pak. Jangan melarang saya. Ini memang sudah tugas saya untuk melindungi Sista. Tapi Papa nya itu yang selalu jadi penghalang saya untuk tetap selalu bersama Sista."
"Maaf Mas. Tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya. Jadi Mas, silahkan pergi dari sini sekarang. Atau kalau Anda tetap tidak mau pergi, saya akan pakai cara kekerasan."
Alvin menatap Pak Somad dengan tatapan yang tak bisa di ekspresikan.
Alvin merasa saat ini ia telah kalah dari Papa Sista. Apa mungkin ini sudah saatnya ia menyerah? Tapi kalau ia telah mengangkat bendera putih untuk dirinya, berarti ia sudah pasti di cap oleh Papa Sista. Alvin tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Di sisi lain, Sista masih berusaha menggedor-gedor pintu untuk keluar dari gudang. Dan tak lama setelah itu, pintu pun terbuka.
"Pa. Papa, aku tadi dengar suara Alvin di luar."
"Itu hanya ilusi kamu saja."
"Nggak Pa. Tadi aku dengar sendiri. Dan aku yakin, aku nggak akan mungkin salah. Pa, tolong, Papa ngertiin perasaan aku. Jangan dekatkan aku sama anak teman Papa. Aku nggak mau."
"Papa tidak akan merubah keputusan Papa. Mulai sekarang, cobalah kamu melupakan Alvin. Dan melanjutkan hidup kamu dengan lembaran yang baru bersama Dito. Mulai besok, kemana pun kamu pergi, Dito akan selalu bersama kamu."
"Tapi Pa—"
"Tidak ada tapi-tapian. Pergi ke kamar kamu sekarang."
Masih dengan derai air mata, Sista melangkah keluar dari gudang.
Sista tidak bisa seperti ini. Didekatkan dengan orang yang tak dikenal itu, rasanya seperti memakan kembali makanan yang sudah di muntahkan. Apa yang harus Sista lakukan sekarang?
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?