Tersakiti Bukan Berarti Tidak Peduli Lagi

6 1 0
                                    

Suasana pagi kembali menyapa para insan manusia. Suara burung berkicau berbunyi nyaring menyambut matahari yang sudah terbit.

Tiap suster yang ada di rumah sakit, masuk ke tiap ruang rawat untuk membuka gorden ruangan. Membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam ruangan.

"Good morning, miss ☺️" sapa sang suster pada Sista yang terbangun dari tidurnya, tepat di samping brankar Sila.

Sista menjawab dengan senyuman.

Setelah sang suster keluar dari ruang rawat, Sista melihat Sila yang tak kunjung sadar setelah dokter melakukan transfusi darah padanya. Kemudian Sista melihat dua orang laki-laki yang masih tertidur pulas di sebuah sofa ruang rawat.

Segelintir senyum terpatri di wajah Sista kala ia memperhatikan wajah Dito dan juga Alvin. Tapi seketika Sista sadar dari khayalannya, ketika ia melihat Alvin mulai menggeliat dan mengerjapkan matanya. Sista segera bangkit dari duduknya dan hendak keluar.

"Kemana?" Suara serak dari Alvin membuat langkah Sista terhenti.

"Cari makan," jawab Sista.

Mendengar suara dari Sista, Dito akhirnya terbangun. Ia pun mengucek  matanya dan berusaha menyeimbangi cahaya matahari yang masuk di ruangan.

"Sista? Lo mau kemana?" Tanya Dito.

"Gue mau cari makan. Lo mau ikut nggak?" Ajak Sista.

Dito mengangguk. Dan mereka pun keluar dari ruang rawat Sila.

Merasa terabaikan, Alvin hendak mengikuti mereka. Namun, ia merasa tidak tega jika meninggalkan Sila yang masih belum sadar juga. Alhasil, ia pun mengurungkan niatnya.

Duduk di samping brankar Sila dan menatap wajah tenang gadis yang sudah menemani hidupnya di negara Barcelona ini.

"Gue minta maaf karena nggak sempat jawab telfon lo tadi malam 😞😔"

🍁🍁🍁

Dito dan Sista tengah berada di sebuah kedai makan yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Sedari tadi Dito terus memandangi Sista melahap makanannya. Sedangkan makanan yang ada di hadapannya sendiri, malah ia abaikan. Lebih memilih menatap wajah indah gadis yang ada dihadapannya.

Merasa diperhatikan oleh Dito, Sista mulia bersuara, "lo kenapa liatin gue mulu? Lo nggak lapar apa?"

Sembari menopang dagunya dengan pandangan mata yang tetap menatap Sista, Dito menjawab, "gue udah kenyang dengan liat lo makan. Apalagi ditambah dengan wajah lo yang selalu menyejukkan, tiap gue tatap 😊"

Ucapan dari Dito membuat Sista jadi tersedak sendiri dengan makanannya. Membuat Dito refleks menyodorkan air minum pada gadis itu.

"Kalau makan pelan-pelan dong. Jangan karena lo udah kelaparan berat, makannya jadi buru-buru gini. Kan, kesedak sendiri," ucap Dito dengan penuh sayang.

"Udah ah. Balik yuk. Siapa tau Sila udah sadar," ucap Sista.

"Lah, cepet banget. Makanan gue kan belum habis."

"Katanya tadi udah kenyang karena liat gue makan 🙄 yaudah ayo."

"Emang gue ngomong kayak gitu?"

"😪 Lo masih mabok nih. Kayaknya nyawa lo belum terkumpul semua deh pas bangun. Jadinya kayak gini. Yaudah, lo bungkus aja tuh makanan, dan otw kita balik lagi."

Dito segera bangkit dari duduknya dan meminta penjaga kedai makan tersebut untuk membungkus makanannya lalu segera membayar tagihan makan.

"Sorry, Sir. Can you pack one more?"
(Maaf pak. Bisakah anda membungkuskan satu lagi?)

"Sure."

"Lo masih lapar?" Tanya Dito dengan heran.

Penjaga kedai itu pun segera memberikan pesanan Sista dan membayarnya lalu mengucapkan terima kasih. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Nggak. Gue nggak lapar. Makanan ini buat Alvin 🙂"

Spontan Dito berhenti sejenak.

"Kenapa berhenti Dit?"

"Gue kagum sama lo Sis. Di saat lo udah disakitin sama Alvin, tapi lo masih peduli sama dia," jedanya.

Dito menggelengkan kepalanya, "Alvin pasti udah nyesal nyia-nyiain lo sebelumnya. Lo emang cewek yang tegar dan memiliki watak yang kuat. Gue nggak pernah nemuin cewek yang sifatnya sama kayak lo Sis," ungkap Dito.

"🙂☺️" Sista merangkul lengan Dito dan berkata, "sebagai manusia atau makhluk sosial, tentunya kita diberkati rasa saling peduli pada sesama. Apapun yang terjadi, sebagai manusia kita tentunya saling membantu. Biarpun ada masalah sebesar apapun. Karena manusia itu sifatnya saling membutuhkan dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari orang lain."

"Jawaban lo bisa aja," ucap Dito seraya mengusap puncak kepala gadis itu.

"Ya emang gitu kan kenyataannya? Meskipun Alvin udah buat gue kecewa, tapi..."

"Lo masih sayang kan?"

Langkah Sista terhenti dan menatap mata Dito lekat-lekat.

Sista menggelengkan kepalanya, "itu dulu dan udah jadi masa lalu yang nggak bakal gue tengok lagi ke belakang. Sekarang, lo adalah masa depan gue 😊 jadi tolong Dit. Lo nggak usah bahas itu lagi. Jangan karena lo berpikir gue beliin makanan untuk Alvin, itu membuktikan kalau gue masih sayang ke dia 🙂 itu udah nggak berlaku lagi. Lo paham kan?"

"Oke, gue paham. Jadi, hari ini lo mau balik ke indonesia?"

"Gue liat situasi dan kondisi dulu. Kalau hari ini Sila udah siuman, kita balik bareng Papa. Tapi kalau Sila belum siuman, please tinggal di sini dulu ya ☺️"

"Terus bokap lo gimana?"

"Tadi malam gue udah jelasin semuanya ke Papa. Jadi Papa gue ngijinin. Katanya entar sore, Papa mau balik. Dia nyuruh lo buat jagain gue. Nyebelin banget kan? Kayak anak kecil mau dijagain 🙄"

"😅 Justru bagus itu. Supaya apapun yang terjadi sama lo, gue akan tetap selalu ada buat jagain lo 😊 paham kan?"

"😒 Iya iya paham. Ih, kok malah ngikut kalimat gue yang terakhir?"

"Kalimat apaan sih beb?"

"Ih, kok malah bebeb-bebeb pan sih? 😒"

"Kan, nggak lama lagi mau sah 😏😌"

"Nyebelin lo ah," ucap Sista seraya mencubit perut Dito lalu berlari dari Dito.

~Swipe Up ⬆️~

Sista dan Dito perlahan² mulai saling... 😌

"INGAT JANGAN LUPA VOTE! TUH, DITO PANTENGIN KALIAN SAMBIL MAKAN LOLLIPOP 🍭"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"INGAT JANGAN LUPA VOTE! TUH, DITO PANTENGIN KALIAN SAMBIL MAKAN LOLLIPOP 🍭"

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang