Sebuah map berwarna biru diletakkan di atas meja.
"Di dalam map ini sudah berisi lengkap data dirinya seperti yang ibu minta."
Ani mengangguk sebagai jawaban lalu mulai membuka isi map tersebut.
"Saya juga mendapat informasi, jika gadis itu telah dirawat oleh Pak Andre Bimajaya. Seorang pengusaha terkenal."
Lagi-lagi Ani mengangguk seraya melihat isi map tersebut.
"Kamu tau dimana alamat rumahnya?" Tepat beliau menyelesaikan ucapannya, ia mendapat sebuah foto anak kecil berusia kurang lebih lima tahun.
"Ibu bisa melihat data lebih lengkapnya di situ. Kalau begitu saya keluar dulu. Jika ibu memerlukan sesuatu, silahkan panggil saya lagi."
Ani menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Tanpa sadar, air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya. Ia mengusap wajah anak kecil di foto itu dengan perasaan pilu bercampur rindu.
"Sista... Mama rindu"
Hanya ucapan itu yang berhasil keluar dari mulutnya ketika melihat foto Sista.
"Waktu pertama kali Mama tau kalau kamu adalah Sista anak Mama, waktu itu Mama rasanya ingin sekali memeluk kamu Nak. Tapi Mama urungkan karena adanya rasa gengsi." Ucapnya.
🍁🍁🍁
Dua orang pria paruh baya saling menjabat tangan atas berhasilnya rencana mereka.
"Akhirnya tidak sia-sia kita mendekatkan mereka. Akhirnya, mereka satu kampus, sejurusan, dan aku lihat, mereka tambah semakin dekat sekali." Ucap Tomi—papa Dito.
Andre tertawa sembari mengangguk sebagai jawaban.
"Jadi, apa rencana kedepannya?" Tanya Tomi.
"Mm... Setelah aku pikir-pikir, bagaimana kalau setelah mereka menyelesaikan studinya saja?" Ucap Andre.
Tomi perlahan mengangguk, "aku setuju. Tapi ada istilah mengatakan, 'lebih cepat lebih baik'. Justru lebih bagus kita tunangkan saja mereka berdua. Jika seperti itu kan, mereka telah diikat dalam lingkaran pernikahan. Sisa menunggu hari sakralnya saja. Bagaimana Ndre?"
"Aku setuju sekali dengan ucapan mu. Oke, nanti aku bicarakan ke Sista setelah dia pulang nanti."
"Baiklah. Ngomong-ngomong nih ya, dulu waktu Dito pertama kali liat Sista, Dito langsung terpaku. Dan nggak mau berpindah hati lagi."
"Iyakah?"
"Iya. Dito yang menceritakannya langsung pada ku."
"Baguslah kalau begitu. Kini sisa Sista yang harus aku yakinkan supaya dia mau. Tapi... Kalau aku perhatikan, Sista sepertinya langsung menyetujui," ucap Andre.
"Aku berharapnya seperti itu. Yasudah, kalau begitu, aku pulang dulu. Jangan lupa kabari aku, kalau putri kesayangan mu itu sudah setuju 🙂"
"Iya."
Tomi pun masuk ke dalam mobil lalu mulai melajukan kendaraannya. Tepat setelah mobil Tomi hilang dari pandangan Andre, matanya menangkap sosok wanita paruh baya yang berdiri dengan ekspresi datar. Tak butuh waktu lama, wanita paruh baya itu melangkah kan kakinya di area halaman rumah Andre.
"Maaf, apa benar ini rumah Andre Bimajaya?"
"Iya betul. Saya Andre Bimajaya. Ada perlu apa?"
Wanita paruh baya itu hanya terdiam.
Seakan mengerti dengan situasi dan kondisi, Andre mempersilahkan wanita paruh baya itu masuk ke dalam rumahnya.
Sampai di ruang tamu, wanita paruh baya itu menatap ke seisi rumah Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?