Kenyataan Yang Pahit

25 4 1
                                    

(Mawar De Jongh - Lebih dari Egoku)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Mawar De Jongh - Lebih dari Egoku)

Tepat pukul 3 sore, Sista sudah ada di tempat yang sudah di tujukan oleh si penelfon itu tadi malam. Sudah lima menit ia menunggu. Tapi seperti belum ada tanda-tanda kehadiran wanita paruh baya itu.

Sambil celingak-celinguk tidak jelas, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Nomor itu lagi.....

Sista segera mengangkat telfon, "halo?"

"Kamu duduk di meja nomor berapa?"

"12" jawab Sista dengan singkat. Dan tanpa menunggu aba-aba pun telfon dimatikan secara sepihak oleh si penelfon seberang.

Tak lama Sista sudah di telfon, Sista terkejut saat melihat Alvin dari kejauhan bersama dengan dua orang paruh baya yang bisa Sista tebak, mereka adalah orang tua Alvin.

"Kenapa tiba-tiba mereka ada di sini?" Pikir Sista.

Lama Sista memperhatikan, semakin dekat, langkah mereka semakin mengarah ke arahnya. Dari kejauhan, Alvin hanya bisa memasang wajah datarnya.

Kening Sista mengerut saat Mama Alvin langsung mengambil tempat duduk di hadapannya dan mempersilahkan suami dan anak semata wayangnya itu untuk duduk.

Dengan ragu, Sista mulai berkata, "hm... Kalau boleh tau, kenapa tiba-tiba anda duduk di sini?"

"Saya yang mengajak kamu untuk ketemu," kata Ani.

Sista mencoba mencerna perkataan Mama Alvin. Dan perlahan, ia mulai mengerti.

"Oh, jadi Anda yang menelfon saya semalam?"

Ani hanya menyunggingkan senyum remehnya seraya menatap ke arah lain. Bisa-bisanya gadis yang ada di hadapannya ini begitu sangat formal berbicara kepadanya. Ah, rasanya Ani ingin tertawa terbahak-bahak.

Alvin yang merasa keheningan mulai melanda, ia pun berkata, "Ma. Sebenarnya Mama mau apa datang ke sini?"

"Oke langsung saja," jeda Ani.

Ia pun berdeham dan mulai berbicara, "Mama akan kasih tau kenapa Mama begitu sangat membenci gadis yang ada di hadapan Mama ini," ucapnya seraya menatap lurus ke arah Sista.

"Oke, langsung saja. Alasan saya tidak suka kalau kamu berhubungan dengan Alvin, karena kamu adalah masa lalu saya yang membuat kehidupan saya jadi hancur seutuhnya." Ucap Ani.

Kening Sista jadi mengerut pertanda bingung. Bukan cuma Sista, Ali dan Alvin juga seperti itu.

"Maksud anda apa? Saya tidak mengerti," ucap Sista.

Ani menghela napasnya. Entah kenapa rasanya, begitu berat ingin memberitahu yang sebenarnya. Jika bisa jujur, Ani begitu sangat ingin memeluk gadis yang ada di hadapannya ini. Tapi ia urungkan. Ia begitu merasa tidak menyangka jika gadis yang ada di hadapannya ini, sudah beranjak dewasa.

"Saya tidak suka kamu berhubungan dengan Alvin, karena kamu adalah anak saya juga."

Alvin dan Sista refleks dibuat terperangah dengan apa yang barusan Ani katakan.

Seraya menggelengkan kepalanya, Sista berkata, "tidak mungkin. Tidak mungkin anda Mama saya. Papa sudah bilang kalau Mama saya itu sudah tiada waktu saya dilahirkan. Tidak. Ini tidak mungkin. Anda pasti mengada-ada kan?"

Ani bangkit dari kursinya, "terserah kalau kamu tidak percaya sama saya. Untuk bisa membuktikan semuanya, ayo kita tes DNA. Biar kamu percaya sama apa yang saya katakan." Ani beralih menatap Alvin.

"Alvin, setelah ini, bersiap-siaplah untuk jadwal penerbangan mu. Karena hari ini Mama berbaik hati, jadi Mama kasih kamu waktu untuk berbicara sama perempuan ini. Ayo Pa, kita ke mobil," ucap Ani lalu pergi dari hadapan Sista dan Alvin.

Air mata mulai membanjiri pipi Sista. Ia tidak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar. Sedangkan Alvin hanya terdiam mematung dengan tatapan kosong.

 Sedangkan Alvin hanya terdiam mematung dengan tatapan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Swipe up ⬆️

Jangan lupa di vote ya teman-teman online kuhh 😊

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang