Suara dering ponsel berhasil membangunkan Alvin yang masih terlelap dalam tidurnya.
Dalam keadaan setengah sadar, Alvin mengangkat telfon itu tanpa melihat nama siapa yang tertera di sana.
"Halo?"
"Halo Al. Aku mau tanya. Gimana sama orang tua kamu? Apa mereka setuju?"
Alvin langsung membulatkan kedua matanya seraya bangun dari tidurnya.
"Haduhh... Gimana ya?" Ucap Alvin seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sementara itu, Sista yang mendengar jawaban Alvin yang terdengar bingung, membuat keningnya mengerut.
"Gimana apanya Al?"
"Tadi malam, aku nggak sempat ngomong ke Papa ku, cuma Mama ku aja."
"Terus respon Mama kamu apa?"
Belum lagi terdengar jawaban Alvin di seberang sana, ponsel Sista tiba-tiba di rebut oleh Dito.
"Eh, Dito! Balikin HP gue! Gue lagi ngomong sama seseorang! Balikin nggak?!" Ucap Sista seraya berusaha meraih ponselnya yang sengaja Dito tinggikan agar Sista sulit meraihnya.
"Gue kan, nyuruh lo bersiap-siap. Bukan nelfon seseorang. Gimana sih?"
"Suka-suka guelah. Lagian ngapain juga sih, lo ngajak-ngajak gue olahraga pagi segala. Nggak penting tau nggak?"
"Lo susah banget di bilangin ya. Gue dateng ke sini secara baik-baik buat ngajak lo hidup sehat. Tapi lo mengabaikan ajakan gue."
Sista menghela napasnya dengan berat, lalu berkata, "gue tau niat lo itu baik. Tapi setidaknya kan, ngertiin gue sejenak. Dari awal gue liat lo, gue ngerasa, kalau lo itu beda dari Alvin. Kalau di liat-liat, dari ujung kaki sampai ujung rambut lo, lo sama sekali belum dewasa. Lo masih anak-anak. Dan yang jadi intinya adalah, lo bukan siapa-siapa gue. Jadi sekarang, lo keluar dari kamar gue dan pergi dari sini. Dan satu lagi. Balikin HP gue."
"Oke. Gue bakal pergi. Tapi jangan harap lo bisa ambil benda ini dari gue," ucap Dito.
Setelah mengatakan itu, Dito keluar dari kamar Sista seraya memutar-mutar ponsel Sista.
Setelah Dito hilang dari pandangannya, Sista langsung mencak-mencak tidak jelas karena kelakuan Dito.
"Iiiiiiiii.... Sumpah! Tuh cowok nyebelin banget sih?! Mana HP gue di ambil lagi. Gimana cara gue bisa telfonan sama Alvin lagi, kalau HP gue ada di dia? Haishhh.."
Sista langsung keluar dari kamarnya dan berlari secepat mungkin agar ia bisa berhasil menahan Dito agar tidak pulang.
Sesampainya di bawah, Sista tidak melihat keberadaan Dito. Ia melihat keluar dan hasilnya sama. Ia tidak menemukan Dito.
"Tuh cowok cepet banget hilangnya. Haduhhh... Mana benda kesayangan gue diambil lagi."
"Ekhm... Ekhm..."
Suara dehaman dari seseorang, membuat Sista menoleh ke belakang.
"Dito! Gue minta sama lo balikin HP gue. Gue minta secara halus nih. Jangan sampai lo ngebuat gue jadi naik darah. Okehh?? Balikin dong."
Dito langsung menyunggingkan senyumnya.
"Apa lo pikir, gue bakal luluh sama ucapan lo yang halus itu? Nggak! Gue bakal balikin HP lo, kalau lo mau nurutin apa yang gue mau."
Tidak ada jalan lain. Sista harus menuruti apa mau Dito. Kalau tidak, Dito akan menyita ponselnya untuk selamanya.
Lagian, Dito itu bukan siapa-siapanya Sista. Bukan sepupu ataupun saudara. Dan bukan juga pacar. Tapi Dito bertingkah laku layaknya orang yang penting di dalam hidup Sista.
Ini semua gara-gara Papanya. Jika bukan karenanya, hal ini tidak akan terjadi.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?