Sila yang saat ini tengah duduk di ruang tamu dengan kedua kaki yang di naikkan diatas sofa sambil mengutak-atik majalah. Kegiatannya terhenti saat Alvin datang.
"Eh Alvin. Kamu hari ini rapi banget. Mau kemana? Ikut dong?" Ucap Sila.
"Nggak boleh."
"Loh? Kenapa? Masa nggak boleh sih?" Ucap Sila sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ini urusan pribadi gue. Oh iya, Mama sama Papa gue kemana?"
"Pergi ke restoran. Tapi nggak lama lagi mereka pulang. Kenapa Al?"
"Ck, lo jadi cewek kepo banget sih. Selalu aja bertanya. Kan udah di bilangin ini urusan pribadi? Masih nggak ngerti juga?"
"Ya, aku cuma mau tau aja Al. Kamu kenapa sih, selalu dingin ke aku? Dari dulu kamu selalu kayak gini ke aku. Kamu nggak pernah berubah. Sama sepupu baik-baik dikit kek."
"Kalau sama lo, gue nggak perlu baik. Dari dulu lo itu pecicilan tau nggak. Cuma lo nggak nyadar."
"Alvin!"
Seruan dari Ali membuat Alvin dan Sila bersamaan menoleh.
"Papa?"
"Kenapa kamu bicara seperti itu ke sepupu kamu sendiri?" Tanya Ali.
"Habis dia—"
Plaakk
Satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi Alvin. Membuat Ani dan Sila sontak terkejut.
"Berani kamu bilang seperti itu ke Sila, Papa nggak akan segan-segan memberi kamu pelajaran," ucap Ali.
Ali langsung pergi dari hadapan Alvin setelah mengatakan itu.
🍁🍁🍁
Papa Sista—Andre, yang melihat putri nya itu terlihat rapi, kini mulai bertanya-tanya. Terlihat dari wajah putrinya itu. Sista begitu sangat terlihat bahagia.
"Sista? Kamu mau kemana?" Tanya Andre.
Sista berpikir, kalau ia langsung mengatakan bahwa dirinya akan bertemj Alvin, otomatis Papanya tidak akan mengizinkan.
"Eng... Aku mau ke rumah temen aku."
"Sama siapa? Dito nggak kamu ajak juga?"
Sista memasang ekspresi takut-takutnya.
"E... Aduh gimana ya Pa. Bukannya aku nggak mau. Tapi... Ini kan, urusan cewek. Kan, nggak baik kalau Dito juga ikut."
"Tapi kalau Dito yang antar kan, bisa."
"Nggak usah Pa. Biar Sista naik taksi aja. Aku nggak mau ngerepotin Dito. Dia pasti ada kerjaan lain."
"Udahlah, nggak pa-pa. Dito itu, pasti lebih mementingkan orang yang dia sayang daripada kerjaan yang dia lakukan."
"Tapi Pa—"
"Jadi sekarang, kamu telfon dia. Suruh jemput kamu sekarang." Pinta Andre.
Apa yang harus Sista lakukan? Jika ia tidak menuruti kemauan Papanya, bisa-bisa hari ini ia tidak akan bertemu Alvin.
"Yaudah deh." Kata Sista.
Mau tidak mau, Sista harus menelfon Dito. Karena jika tidak, sesuatu pasti akan terjadi lagi padanya. Seperti yang terjadi kemarin.
"Halo Dito?"
"..."
"Boleh lo jemput gue sekarang?"
"..."
"Gue mau ke rumah temen gue."
"..."
"Gimana?" Tanya Andre setelah Sista selesai menelfon.
"Dia mau."
"Baguslah kalau begitu."
"Yaudah Pa. Kalau gitu, aku keluar dulu nungguin Dito."
"Iya."
Setelah keluar dari rumah, Sista segera mengirimkan Alvin pesan.
"Al, kita ketemu di tempat biasa. Tapi aku datengnya sama Dito. Al, aku minta maaf banget sama kamu 🙏 aku dateng sama Dito, itu bukan maunya aku. Tapi maunya Papa aku. Aku harap kamu mengerti 😣"
Tidak lama setelah Sista mengirim pesan, Dito pun datang.
Sista segera naik ke motor Dito tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Dito.
"Jalan."
Dito menghela napasnya lalu ia memberikan Sista helm.
"Pakai dulu."
Sista mengikuti instruksi Dito. Setelah Sista selesai memasang helm di kepalanya, Dito mulai melajukan motornya.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?