Jalan Keluar

32 4 0
                                    

Follow akun instagram ku yuk

krtni_nrfadilla

P.s : "DM kalo mau di follback ya 🤫"

🍁🍁🍁

Sampai di kamar, Sista meluapkan segala kekesalannya itu dengan melempar tas selempang yang ia pakai tadi.

Mengusap rambutnya dengan penuh frustasi.

"Kenapa sih, Papa nggak pernah ngerti sama kemauan gue? Mana mungkin bisa gue deket sama cowok lain selain Alvin?" Ucap Sista seraya menghela napasnya dengan berat.

"Apa yang mesti gue lakuin?" Katanya lagi.

Sista tiba-tiba kepikiran dengan ponselnya. Ia pun segera mengambil ponselnya di dalam tas yang ia lempar tadi.

Setelah menemukan ponselnya, ia pun melihat di layar ponselnya sudah banyak notifikasi panggilan tak terjawab dari Alvin.

"Ya ampun. Jadi ternyata Alvin nelfon gue dari tadi? Astaga."

Dengan segera Sista mencari nama Alvin dan menelfonnya.

Tidak lama menunggu, telfon nya pun terjawab.

"Halo Al. Maaf, tadi aku nggak jawab telfon kamu."

"Iya nggak pa-pa kok. Kamu baik-baik aja kan?"

"Iya. Aku baik-baik aja. Tadi Papa aku nggak ngapa-ngapain kamu kan?"

"Nggak."

Sista langsung bernapas dengan lega mendengar jawaban terakhir Alvin.

"Syukur lah kalau gitu."

"Sis?"

"Iya?"

"Tadi waktu aku ke rumah kamu, aku terbawa rasa khawatir dan emosi karena kepikiran kamu. Tapi setelah aku pikir matang-matang, mungkin lebih baik, untuk saat ini kita break aja."

"Loh. Kenapa Al? Nggak. Aku nggak bisa putus dari kamu. Aku udah terlalu nyaman sama kamu. Aku nggak bisa sama yang lain. Apalagi yang namanya Dito itu. Aku nggak kenal sama dia."

"Kamu ingat kan, waktu pertama kita ketemu? Saat itu aku dan kamu nggak saling kenal. Tapi seiring berjalannya waktu, kita udah kenal dan semakin dekat. Kalau kamu sama Dito, pasti kamu akan ngerasain hal yang sama, Sis. Memang, cinta itu tidak langsung tumbuh. Tapi setiap kali kamu sering sama Dito, pasti rasa itu akan timbul."

"Kenapa kamu tiba-tiba mikir seperti itu? Jadi sekarang, kamu udah lupa sama kata-kata kamu tadi siang? Gitu?"

"Bukan seperti itu maksud aku Sis. Kamu-"

"Nggak Al. Sekarang aku paham maksud kamu apa. Tadi kamu sengaja dateng, untuk nyampein itu kan, ke aku? Alvin, please. Kamu jangan langsung gegabah mau memutuskan untuk break. Aku nggak mau."

"Iya, aku tau kamu memang nggak mau. Tapi mau gimana lagi. Papa kamu tadi bilang ke aku, untuk menjauh dari kamu. Dan setelah aku pikir, ada baiknya juga, kita break aja dulu, untuk menormalkan keadaan kembali."

"Biar pun kamu mau, tapi kalau aku nggak mau, kan susah. Kita nggak sinkron. Aku belum siap untuk break dari kamu. Break aja aku nggak mau, apalagi kalau sampai kita putus. Gini ya Al, coba deh, kamu bilang ke orang tua kamu. Siapa tau aja, orang tua kamu beda dari Papa aku. Menurut aku, cuma itu aja jalan satu-satunya. Kalau orang tua kamu setuju, otomatis mereka akan meyakinkan Papa aku buat menyetujui hubungan kita. Gimana? Kan, nggak ada salahnya buat mencoba."

Alvin, merasa ada baiknya juga saran dari Sista. Selama ini, Alvin tidak pernah memberitahu perihal hubungannya dengan Sista ke Ali dan Ani. Mungkin saja dengan memberitahukan perihal hubungannya, Ali dan Ani pasti setuju.

"Saran kamu juga ada benarnya. Oke, aku bakal lakuin itu. Kamu doain aku ya. Semoga Papa sama Mama aku menyetujuinya."

"Aamiin. Aku pasti selalu mendoakan kamu. Yaudah, kalau gitu aku tutup ya. Good night bae."

"Good night."

Setelah sambungan telfon terputus, Alvin mengusap wajahnya dengan gusar. Ia berharap, semoga Papa dan Mamanya tidak marah. Karena selama ini, Alvin tidak pernah menceritakan hubungannya dengan Sista.

Yang Alvin khawatirkan adalah Papanya. Bukan Mamanya. Papanya pasti perlu berpikir dua kali. Sedangkan Mamanya hanya bisa mengikut saja di setiap keputusan.

Tapi Papanya tidak seperti Mamanya. Beliau sangat begitu tegas. Buktinya soal kuliahnya Alvin. Beliau tidak ingin putra semata wayangnya itu kuliah di sini. Beliau maunya hanya di luar negeri.

Alvin harus memikirkan kalimat yang bisa meyakinkan kedua orang tuanya itu.

~to be continued~

KISAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang