Setelah Sista melihat jelas wajah cewek yang datang bersama dengan Alvin, membuat dirinya langsung berbinar. Begitu juga dengan Sila.
"Sila?"
"Sista?"
Mereka berdua pun langsung berpelukan dengan begitu sangat erat.
Alvin dan Dito yang tidak tahu apa-apa, mereka hanya bisa saling menatap satu sama lain.
"Aku kangen banget sama kamu, Sis. Apa kabar?" Tanya Sila yang masih berada dalam suasana bahagia.
"Gue baik-baik aja. Sama. Gue juga kangen banget sama lo." Balas Sista.
Kemudian mereka berdua kembali berpelukan.
Alvin yang tiba-tiba kepikiran akan tujuan kedatangannya kemari, lantas membuatnya sengaja berdeham. Memberikan kode kepada kedua cewek itu untuk memberikan kesempatan untuk meluangkan waktunya dengan Sista sebentar.
Merasa tersadar, Sista dan Sila menoleh ke arah Alvin.
"Sil, gue perlu bicara sama Sista empat mata. Jadi, lo bisa tunggu gue di sini. Atau..." Alvin menjeda ucapannya lalu menatap Dito yang berdiri di sampingnya.
"Atau lo bisa jalan-jalan sama Dito untuk saat ini."
"Loh, kok gitu sih? Tadi kamu bilang mau—"
"Sila, gue sama Alvin ada keperluan yang sangat penting hari ini. Mmm... Entar, kalau gue udah balik lagi sama Alvin, kita bisa ngobrol lebih lama lagi. Oke?"
Dengan perlahan Sila mengangguk dan mengerti ucapan Sista.
"Mmm... Dito, kalau lo nggak mau pulang, lo bisa temenin Sila di sini dulu sementara. Gue ada urusan penting sama Alvin."
Dito hanya menyunggingkan senyum miringnya.
Sista segera naik ke motor Alvin dan mereka berdua pun pergi dari hadapan Sila dan Dito.
Setelah Sista dan Alvin pergi, Sila menghela napasnya seraya menggelengkan kepalanya.
"Sista ternyata nggak pernah berubah dari dulu."
Dito yang mendengar itu, keningnya langsung mengerut.
"Maksud lo?"
"Sista itu adalah temen dekat aku. Dari awal aku ketemu dia, dia udah nunjukin dirinya yang memang apa adanya. Nggak berlebihan, natural, pokoknya dia masih tetap sama sampai sekarang." Ucap Sila.
Dito hanya diam seraya manggut-manggut.
"Oh iya, kita belum kenalan. Kenalin, namaku Sila Octavia. Kamu?" Ucap Sila seraya menjulurkan tangannya.
"Dito." Balas Dito seraya menerima uluran tangan Sila.
"Senang bertemu kamu. Mm... Kalau boleh tau, kamu siapanya Sista?"
"E... Gue... Gue temennya."
Kening Sila mengerut, "kenapa? Kok kamu gugup gitu?"
"Eh, nggak kok. Cuma agak grogi aja, pas kenalan ama lo."
"Ohh... Kenapa emangnya? Nggak usah grogi lah. Santai aja."
"Habis lo kalau ngomong formal banget. Pake aku-kamuan segala. Lo-gue aja kali."
Sila sedikit tertawa mendengar ucapan Dito.
"Aku orangnya memang gitu. Nggak bisa ngomong seperti gaya kamu. Karena aku nggak biasa. Lain kali, kalau ngomong ke aku, biasa aja. Nggak usah grogi lagi. Kan, udah kenal."
Dito hanya menyunggingkan senyumnya sebagai jawaban.
"Oh iya, kalau boleh tau, Sista sama Alvin masih pacaran sampai sekarang?" Tanya Sila.
Di tanya dengan kalimat seperti itu, membuat Dito jadi tidak tahu harus menjawab apa.
"Eng... Sista sama—"
Suara dering ponsel Sila terpaksa harus memberhentikan ucapan Dito. Membuat Dito jadi bernapas lega.
Sila melihat ke layar ponselnya. Dan di sana ada nama Papa Alvin. Sila pun segera mengangkat telfon.
"Iya, halo Om?"
"Kamu lagi sama Alvin kan, sekarang?"
"Itu tadi sih, Om. Sekarang, Alvin lagi pergi sama pacarnya."
"Terus, kamu di tinggal sendiri?"
"Nggak kok, Om. Ini aku lagi sama Dito, temen pacarnya Alvin."
"Pergi kemana Alvin sekarang?"
"Mm... Nggak tau juga sih Om, dia mau kemana. Soalnya dia nggak kasih tau. Ada apa ya, Om?"
"Tidak ada apa-apa. Om cuma mau tau keberadaan kamu sama Alvin. Yasudah. Nanti kalau Alvin udah kembali, kamu langsung pulang ya, sama dia."
"Iya Om."
"Baiklah kalau gitu."
Kemudian sambungan telfon pin terputus.
"Itu.. Papanya Alvin?" Terka Dito.
"Iya."
Dito mengangguk.
"E... Dito?"
Dito menatap Sila.
"Boleh nggak, kamu temenin aku ke minimarket?" Ajak Sila.
"Boleh, yuk."
Dito menyetujui ajakan Sila. Ia berpikir, daripada tinggal duduk diam seperti orang canggung, ada baiknya ia pergi jalan-jalan bersama Sila.
Sementara itu, di tempat yang sama pula, tanpa sepengetahuan orang-orang, sudah sejak tadi Pak Somad merekam semuanya.
Setelah hasil rekamannya siap, ia segera mengirimkannya ke Andre. Memberi kabar, setiap kegiatan yang dilakukan Sista sekarang.
~to be continued~
(Ketika Sista dan Sila bertemu 👭)
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?